Beberapa anggota MKD menganggap itu adalah sadapan. Saya sangat setuju dan sudah menduga lama tentang ini.
Kenapa?
Anda semua, kalau sudah mendengarkan rekaman yang diputar resmi pertama kali di Sidang MKD pada Rabu, 2 Desember 2015, suaranya sangat tidak jernih. Suara kresek mendominasi. Rekaman dihidupkan agak lama, sebelum pembicaraan dimulai. Suara terdengar samar samar, seolah ini jelas bukan rekaman
Logika terpentingnya adalah, Sudirman sebut rekaman itu diketahui semua pihak, termasuk Novanto
Pertanyaanya, mengapa rekaman itu sangat tidak jernih, harusnya suara itu jernih
Karena menurut pemahaman saya, rekaman itu diketahui semua pihak. Kalau ada satu pihak yang tidak tahu, apa bedanya dengan sadapan.
3. Perhatikan saja obrolan yang keluar dari Maroef, orang Freeport yang disebut Sudirman pelaku perekaman.
Nyaris obrolan tiga orang anak manusia itu, didominasi Riza Chalid, kemudian Setya Novanto dan terakhir Maroef Sjamsoeddin
Khusus Maroef, sangat sedikit kata kata yang keluar dari mulutnya. Seharusnya, sebagai pihak yang lagi butuh dukungan stakeholder terkait untuk perpanjangan, harusnya dia agresif bertanya dan membuka kemungkinan agar stakehplder mengamini niat mereka menggali emas dan kekayaan lainnya, lebih lama lagi.
Perhatikan lagi dengan seksama, tampak Maroef sangat hati-hati berbicara. Padahal, lazimnya orang yang kebebasan berbicaranya, kebebasan ekspresinya dijamin, tentu banyak berbicara. Apalagi dilakukan di ruangan tertutup bukan di ruangan publik
Apa ini yang disebut kerja intelijen?
4. Perhatikan waktu perolehan rekaman itu
Sudirman Said mengaku pertemuan cawe cawe itu terjadi pada sekitar Juni 2015
Dan Sudirman melaporkannya ke MKD pada 16 November 2015
Sudirman mengaku menerima bukti rekaman sekitar satu bulan sebelum pelaporan
Pertanyaannya, mengapa butuh waktu lama melaporkannya ke MKD
Apakah ini ada kaitannya dengan pembuatan senyap pilkada serentak?
Lihat saja, pesta demokrasi pertama kali dilakukan secara nasional ini , sepi sekali dari perhatian publik