Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 16)

3 Mei 2018   07:52 Diperbarui: 3 Mei 2018   08:40 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bao Xing kembali berkata kepada pejabat kabupaten, "Tuan Pejabat harus menghentikan tugasnya sebagai kepala desa. Tuan kami akan membawanya bersama-sama ke ibukota untuk melayani Nyonya Besar sepanjang perjalanan. Oleh sebab itu, kita harus memberinya pakaian yang bagus. Ini juga membutuhkan bantuan Tuan Pejabat." Sang pejabat pun menyetujui dengan berkata, "Baiklah, akan dilaksanakan." "Apa yang diperintahkan Tuan kami, Tuan Pejabat harus segera melaksanakannya. Fan harus mengikuti kami sehingga Tuan segera mengirim dia kemari setelah urusannya selesai. Namun terlebih dahulu Tuan harus mempersiapkan pakaian, perhiasan, dan para pelayan wanita untuk segera dibawa ke sini," tambah Bao Xing. Pejabat itu pun segera melaksanakannya.

Bao Xing kemudian masuk ke dalam kuil untuk melapor kepada Bao. Ia juga menyuruh pendeta Taois membersihkan ruangan kecil yang disebut aula awan. Tak lama kemudian dua orang pelayan wanita datang beserta pakaian dan perhiasan. Mereka melayani Li mandi dan bertukar pakaian. Bao bermalam di aula sebelah barat dan segera menuliskan sepucuk surat. Setelah menyegelnya dengan baik, ia menyerahkannya kepada Bao Xing. Ia menyuruh Bao Xing agar terlebih dahulu menuju ibukota dengan menunggangi kuda dan berpesan agar ia berhati-hati di jalan.

Setelah Bao Xing pergi, Fan datang dan memberi hormat dengan bersujud kepada Bao. Ia memberitahukan bahwa tandu dan kuda telah dipersiapkan dan pejabat kabupaten telah mengurus tempat tinggal bagi Bao sepanjang perjalanan. Bao melihat Fan telah bertukar pakaian dan berpenampilan baru, tidak seperti sebelumnya. "Sesungguhnya seseorang bergantung pada pakaiannya," pikir Bao. Bao kemudian memerintahkannya melayani Li dengan baik dan berpesan, "Nyonya Besar telah memiliki pelayan wanita yang melayaninya. Jika tidak berkepentingan, kamu tidak boleh masuk ke kamar Nyonya Besar." Fan mengiyakan lalu mengundurkan diri. Ia sangat mengerti tata krama dan berpikir bahwa sekarang ibu tua yang tinggal di tempat pembakaran itu adalah ibu dari Utusan Kaisar sehingga tidak sepantasnya bersikap seperti dulu terhadap beliau. Tentu saja ia tidak mengetahui bahwa sesungguhnya ibu tua tersebut adalah ibu suri kerajaan.

Keesokan harinya Fan membawa tandu ke depan aula awan. Para pelayan wanita membantu Li naik ke atas tandu dan Bao menahan tandu dengan berpegangan pada gandarnya. Mereka pun bersama-sama meninggalkan kuil tersebut. Tampak di luar pengawalan ketat telah dipersiapkan. Empat orang petugas mengikuti tandu Li, sedangkan Fan mengikuti dari belakang dengan menunggangi kuda. Pejabat kabupaten juga mengirimkan empat orang petugasnya untuk mengawal mereka.

Bao berjalan sejauh yang dapat ditempuh sebuah anak panah lalu berkata, "Ibu masuklah dulu ke dalam kediaman pejabat. Anakmu ini akan menyusul kemudian." "Anakku, dalam perjalanan tidak perlu terlalu banyak tata krama. Kamu juga harus masuk dengan tandu." Bao mengiyakan dan mengundurkan diri ke tandunya. Setelah itu semua orang pun menunggangi kudanya untuk berangkat.

Kejadian besar ini dirahasiakan dari orang-orang luar. Gongsun merasa curiga, tetapi ia tidak dapat menerka apakah yang terjadi sebenarnya. Terlebih lagi Bao mengirim Bao Xing diam-diam agar tiba lebih dulu di ibukota untuk menyampaikan surat ke rumahnya. Oleh sebab itu, Gongsun berpikir ini pasti masalah sangat penting yang tidak boleh dibocorkan sehingga ia tidak berani bertanya kepada Bao. Ia juga tidak memberitahukannya kepada Wang, Ma, Zhang dan Zhao; hanya bisa menyimpan kebingungannya dalam hati.

Bao Xing memasukkan surat rahasia dari Bao ke dalam kantong bajunya dan malam itu juga tiba di Kaifeng. Para petugas yang berjaga menyambut kedatangannya dan menanyakan kabar tuan mereka. Pengurus kuda membawa kuda Bao Xing untuk diberi makan dan dimandikan. Bao Xing masuk ke dalam dan mengetuk pintu kamar Nyonya Li, istri Bao. Dari dalam seorang wanita yang adalah pelayan utama istri Bao keluar menyambutnya; mengetahui itu adalah Bao Xing, ia segera menyuruh pelayan wanita melaporkan kedatangannya kepada Nyonya Li.

Setelah menerima kabar bahwa suaminya telah menghukum mati Pang Yu, Nyonya Li khawatir Guru Besar Pang akan membalas dendam dan membuat rencana jahat terhadap Bao. Oleh sebab itu, setiap hari ia merasa gelisah. Hari ini tiba-tiba melihat Bao Xing pulang seorang diri, ia semakin terkejut dan segera keluar untuk menanyakan kabar suaminya. "Tuan baik-baik saja. Beliau terlebih dahulu mengirim saya pulang untuk menyampaikan surat ini," kata Bao Xing yang kemudian menyerahkan sepucuk surat. Surat itu diterima oleh sang pelayan yang lalu memberikannya kepada Nyonya Li. Pada amplop luarnya tertulis "Aman dan selamat" dan setelah dibuka, di dalamnya terdapat amplop kecil bertuliskan "Untuk istriku, rahasia".

Nyonya Li segera membuka amplop itu dengan penjepit rambut emas dan membaca isi surat tersebut yang mengatakan bahwa Bao bertemu dengan Ibu Suri Li di Chenzhou dan berpura-pura menganggapnya sebagai ibu. Bao menyuruh istrinya membersihkan kamar di sebelah timur aula Buddha untuk didiami oleh ibu suri. Ia juga berpesan agar Nyonya Li bersikap seperti seorang menantu terhadap mertuanya ketika menyambut ibu suri sehingga orang-orang tidak curiga dan hal ini tidak boleh dibocorkan kepada siapa pun. Di akhir surat tertulis "Setelah dibaca, bakarlah".

Setelah membaca surat itu, Nyonya Li bertanya kepada Bao Xing, "Apakah kamu akan segera kembali?" "Tuan menyuruh saya setelah mengirimkan surat harus segera kembali menjemput Tuan," jawab Bao Xing. "Jika demikian, ketika kamu menjemput Tuan, katakan kepadanya agar tidak perlu khawatir karena aku akan mempersiapkan apa yang disampaikan dalam surat itu. Saat ini tidak memungkinkan bagiku untuk menuliskan surat balasan."

Kemudian ia menyuruh pelayannya mengambil dua puluh uang perak dan memberikannya kepada Bao Xing yang kemudian mengucapkan terima kasih. Sebelum pergi ia bertanya, "Apakah Nyonya tidak memiliki perintah lainnya? Setelah memberi makan kuda, saya akan segera berangkat." "Pergilah, layani Tuan dengan baik. Kamu tidak memerlukan instruksi dariku lagi. Titipkan pesan kepada Li Cai agar tidak boleh bermalas-malasan dan setelah selesai menjalankan tugasnya, ia harus segera kembali." Setelah mengiyakan, Bao Xing segera pergi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun