Terdengar para selir sedang membujuk Jin Yuxian dengan berkata, "Kami juga diculik ke sini dan mulanya menolak. Kemudian kami ditekan hingga mati segan hidup pun tidak mau dan akhirnya kami pun menyerah. Ternyata kami bisa makan dan minum enak...." Tanpa menunggu mereka menyelesaikan perkataannya, Jin mengutuk mereka: "Kalian benar-benar pelacur! Aku Jin Yuxian lebih baik mati!" Kemudian ia menangis dengan keras dan para selir itu tidak dapat berkata apa-apa.
Waktu itu dua orang dayang masuk dengan Pang Yu di belakang mereka. Pang dengan tersenyum berkata, "Kalian telah membujuknya, tetapi tidak berhasil. Karena itu aku membawakan secangkir arak ini untuk ia minum. Setelah itu ia boleh pulang ke rumahnya." Setelah berkata demikian, Pang mengangkat cangkir itu untuk memberikannya kepada Jin, tetapi Jin yang takut Pang mendekatinya dengan cepat memukulkan tangannya sehingga menjatuhkan cangkir tersebut ke atas lantai. Dengan marah, Pang menyuruh para selirnya menahan Jin.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari tangga yang ternyata adalah seorang dayang bernama Xing Hua. Ia datang menaiki tangga dengan tergesa-gesa dan berkata, "Baru saja Pang Fu datang melapor kepada Tuan Bangsawan bahwa Gubernur Jiang Wan bermaksud memberitahukan sesuatu yang penting dan ingin segera bertemu Tuan. Saat ini ia sedang menunggu di Aula Ruan Hong." Mendengar bahwa gubernur datang malam-malam, Pang Yu mengetahui pasti ada sesuatu yang penting. Lalu ia berkata kepada para selirnya, "Kalian bujuklah ia sekali lagi. Ketika aku kembali nanti, jika ia masih tidak mengubah pendiriannya, aku tidak akan memaafkan kalian!"
Kemudian ia pergi menuju tangga. Baru saja menuruni satu anak tangga, ia merasakan sesuatu yang berbulu halus mengenai wajahnya dan di belakang kepalanya debu beterbangan. Ia kehilangan pijakannya ketika melangkah dan terjatuh karena tidak seimbang. Dua orang dayang yang mengikutinya di belakang juga terjatuh. Ketiga orang tersebut jatuh terguling sampai ke lantai bawah; mereka saling menarik satu sama lain. Setelah bersusah payah, akhirnya mereka dapat bangkit lalu segera menuju ke pintu aula. "Sungguh mengerikan! Rambut apakah yang menyentuh wajahku itu? Sungguh menakuti orang saja!" seru Pang.
Para dayang mengangkat lenteranya dan tampak kepala Pang dipenuhi dengan abu dupa. Pang juga melihat rambut para dayangnya juga dipenuhi abu dupa. "Ini buruk! Pasti kita telah bertemu siluman. Ayo cepat pergi!" Kedua dayang tersebut begitu ketakutan mendengar hal ini. Ketiga orang tersebut tidak mempedulikan keadaan sekitarnya berlari selangkah demi selangkah menuju ke Aula Ruan Hong.
Pang Yu bertemu dengan Pang Fu dan bertanya, "Ada masalah apakah?" "Gubernur Jiang Wan mengatakan ada hal penting dan ingin segera bertemu. Saat ini ia sedang menunggu Tuan di Aula Ruan Hong." Pang Yu segera membersihkan dirinya dari debu tersebut dan merapikan pakaiannya. Dengan sombong ia melangkah memasuki Aula Ruan Hong.
Setelah memberikan penghormatan, Gubernur Jiang duduk di tempat duduk yang disediakan. Pang Yu pun bertanya, "Gubernur di tengah malam datang ke sini, ada hal penting apakah gerangan?" "Pagi ini saya menerima surat yang mengabarkan bahwa kaisar telah menugaskan secara khusus sarjana dari Paviliun Longtu, Bao Zheng, untuk datang ke sini memeriksa pembagian bantuan. Dalam lima hari lagi ia akan tiba di sini. Ketika mendapatkan surat ini, saya merasa ketakutan dan langsung datang untuk memberitahu Tuan Bangsawan agar besok pagi bisa melakukan persiapan," jawab sang gubernur.
"Bao Hitam adalah murid dari ayahku. Dia tidak akan berani membuat masalah denganku," kata Pang. "Tuan jangan berkata demikian. Bao memegang teguh kejujuran dan keadilan, tidak takut pada kekuasaan, dan sebagai utusan kaisar ia dianugerahi dengan tiga buah alat penggal yang sangat mengerikan." Kemudian Jiang Wan mendekati Pang dan berkata, "Apa yang Tuan lakukan tidak mungkin Bao tidak mengetahuinya."
Mendengar hal ini Pang agak ketakutan, tetapi ia berkata, "Walau ia tahu, apakah yang bisa ia lakukan terhadap diriku?" Jiang dengan khawatir berkata, "'Orang besar mencegah bencana sebelum terjadi'. Ini bukan masalah kecil. Kecuali jika Bao mati, maka semua masalah akan terselesaikan." Satu kalimat ini memunculkan rencana jahat Pang. Ia kemudian berkata, "Ini apa sulitnya! Saat ini aku memiliki seorang pendekar yang bekerja untukku bernama Xiang Fu. Ia mampu melayang di atas atap dan memanjat tembok. Aku dapat segera menyuruhnya membunuh Bao di tengah perjalanannya. Bukankah urusan ini akan beres?" "Baguslah jika demikian, tetapi ini harus segera dilakukan dengan cepat dan hati-hati."
Pang Yu pun menyuruh Pang Fu segera memanggil Xiang Fu datang ke aula. Tak lama kemudian sang pelayan membawa masuk Xiang Fu yang kemudian memberikan penghormatan kepada Pang Yu dan Gubernur Jiang.
Saat itu Pendekar Selatan telah lama menguping pembicaraan mereka dari luar jendela. Ia mendengar semua rencana jahat mereka dengan jelas. Karena tidak mengetahui siapakah Xiang Fu, ia mengintip ke dalam melalui jendela. Tampak seseorang yang bertubuh tinggi dan kekar serta berpenampilan mengagumkan seperti yang diharapkan dari seorang pendekar. Sayangnya Xiang Fu berpihak dengan orang yang salah. "Apakah kamu berani membunuh orang?" tanya Pang Yu. "Hamba telah menerima banyak kebaikan dari Tuan Bangsawan. Jangankan membunuh orang, bahkan masuk ke dalam air panas dan melewati api pun hamba bersedia," jawab Xiang Fu.