Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 2)

19 Juni 2016   20:25 Diperbarui: 2 Februari 2018   09:13 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Nyonya Zhou terkejut dan berkata, “Anjing ini pasti keracunan dan mati. Tidak tahu ia telah memakan apa?” Chang Bao berkata, “Baru saja kakak ipar kedua menyuruh Qiu Xiang mengantarkan kue untuk Tuan Ketiga, tetapi tidak sengaja kue terjatuh ke tanah, dan dimakan anjing kurapan kami.” Nyonya Zhuo dalam hati memahami hal ini dan memanggil Tuan Ketiga masuk ke dalam. Ia diam-diam berpesan, “Ketika kakak ipar kedua memberikan makanan, engkau harus berhati-hati, jangan sampai jatuh ke dalam perangkapnya.” Bao mendengarnya bukan hanya tidak percaya, tetapi juga mencela mereka mengadu domba dirinya dengan kakak dan kakak iparnya, lalu dengan marah meninggalkan rumah Nyonya Zhou.

Beberapa hari kemudian Bao melihat Qiu Xiang datang dan menyampaikan pesan yang sangat penting dari kakak ipar kedua. Bao segera mengikutinya ke rumah kakak ipar kedua. Li ketika melihatnya tersenyum dan berkata, “Qiu Xiang kemarin datang ke kebun belakang dan mendengar dari dalam sumur kering ada orang berteriak. Karena aku pergi melihat di mulut sumur, tidak sengaja penjepit rambut emasku terjatuh ke dalam sumur. Aku takut ibu mertua akan menyalahkan diriku. Jika aku menyuruh orang lain mengambil, mulut sumur juga kecil, orang itu tidak akan bisa masuk. Selain itu, juga takut hal ini terungkapkan keluar. Tidak ada yang dapat kulakukan. Oleh sebab itu, aku menyuruh Qiu Xiang segera meminta Tuan Ketiga datang.”

Ia kemudian bertanya kepada Bao, “Paman ketiga, karena tidak terlalu tinggi, engkau bisa masuk ke dalam sumur dan mengambil penjepit rambut emas itu, agar menghindari kakak ipar mendapatkan masalah. Tetapi tidak tahu apakah paman ketiga setuju pergi masuk ke dalam sumur atau tidak?” Bao menjawab, “Tidak masalah! Tunggu aku masuk ke dalam dan membantu kakak ipar mengambilkan barang itu.”

Kemudian Li menyuruh Qiu Xiang mengambil tali dan bersama-sama Bao pergi ke pinggir sumur di kebun belakang. Bao mengikatkan tali pada pinggangnya, tangannya berpegangan pada mulut sumur, kemudian meminta Li dan Qiu Xiang pelan-pelan melepaskannya. Baru saja turun setengah jalan, terdengar teriakan dari atas, “Gawat! Pegangannya terlepas!” Bao berpikir talinya lepas dan hidupnya seakan-akan dalam bahaya. Terdengar suara benda jatuh dari dalam sumur, tetapi untungnya sumur itu tidak ada air dan ia jatuh tanpa mengalami luka. Bao dalam hati baru memahami, “Ini sebabnya Nyonya Zhou berpesan kepadaku agar berhati-hati. Ternyata kakak ipar kedua memiliki niat jahat terhadapku. Tetapi sekarang aku sudah terjatuh ke dalam sumur, orang lain juga tidak tahu, bagaimana aku bisa keluar?”

Ketika merasa putus asa, melihat di depan ada sekilat cahaya. Bao dalam gelap tidak tahu harus bagaimana dan berpikir, “Mungkinkah itu penjepit rambut emas yang memancarkan cahaya?” Ia bergerak maju sedikit menggunakan tangannya, tetapi belum sempat menyentuhnya, cahaya itu juga bergerak maju. Bao terkejut dan bergerak maju lagi untuk menangkapnya. Ia semakin bergerak semakin jauh dan bergerak maju lagi juga tidak bisa mendapatkannya.

Dalam hati ia kesal, wajah berkeringat, dan berkata, “Aneh! Dalam sumur bagaimana ada lorong?” Tidak ada pilihan lain baginya selain berusaha mengejar cahaya itu. Demikianlah ia telah berjalan sampai satu li jauhnya. Tiba-tiba cahaya itu tidak bergerak lagi. Bao segera berhenti dan melihat ada sebuah cermin kuno. Ia membalikkannya dan memeriksa dengan teliti.

Dalam kegelapan ia juga tidak bisa melihat dan keluar. Ia merasakan ada udara dingin yang menembus syaraf jantungnya. Tiba-tiba di depannya ada cahaya. Ia langsung membawa pergi cermin kuno itu bersamanya dan merangkat keluar. Ketika di luar ia melihat terdapat halaman terbuka di belakang tembok yang dipisahkan dengan parit. Dalam hati ia berpikir, “Ternyata sumur kering di kebun belakang kami berhubungan dengan tempat ini. Tidak perlu aku melihatnya lagi. Untungnya aku bisa meloloskan diri dari dalam sumur kering. Lebih baik aku langsung pulang ke rumah.”

Berjalan sampai di rumah, ia sangat tidak bergembira. Ia duduk sendiri dan tampak marah kemudian pergi ke rumah Wang. Mulutnya bergumam tidak senang. Wang bertanya, “Tuan Ketiga, kamu datang dari mana? Ada masalah apa sehingga suasana hatimu tidak baik seperti ini? Apakah ada orang yang mengganggumu?” Bao menjawab, “Aku memberitahukan kakak ipar, tidak ada orang lain yang menggangguku. Ini semua karena Qiu Xiang mengatakan kakak ipar kedua memanggilku dan aku segera pergi melihat. Siapa menyangka ia menyuruhku mengambil penjepit rambut....” Demikianlah seterusnya ia menceritakan bahwa Li dengan tipuan menyuruhnya masuk ke dalam sumur kering itu. Wang mendengarnya dalam hati merasa sangat marah, tetapi ia juga tidak dapat berbuat apa-apa, selain menenangkannya dan menasehatinya agar kelak di mana pun harus berhati-hati. Bao menjawab, “Baik.” Setelah berkata demikian, dari kantong dadanya ia mengeluarkan cermin kuno untuk diberikan kepada Wang dengan berkata, “Ini kudapatkan dari dalam kegelapan sumur. Kakak ipar simpanlah dengan baik, jangan sampai hilang.”

Bao kemudian pergi. Wang sendirian duduk di kamarnya berpikir, “Adik dan adik ipar benar-benar melakukan perencanaan diam-diam yang sudah dipikirkan sebelumnya. Jangankan adik ketiga yang masih anak-anak sulit mengetahui, bahkan kami berdua suami istri juga sulit mengetahui rencana jahatnya. Kelak jika mengalami masalah lagi, bagaimana bagusnya? Bodohnya mereka berdua hanya demi kekayaan keluarga melupakan prinsip moral.” Menghela napas, ia melihat kakak pertama Bao Shan masuk dari luar. Wang memberitahukan pembicaraan tadi dan menceritakan semuanya.

Kakak pertama berkali-kali menggelengkan kepala dan berkata, “Bagaimana hal ini bisa terjadi? Ini pasti adik ketiga berbuat nakal sehingga tidak sengaja jatuh ke dalam sumur kering itu. Karena diri sendiri takut mengakui kesalahan, maka membuat kebohongan ini. Jangan mendengarkannya lagi. Panggil ia sesering mungkin ke sini untuk menghindari banyak masalah.”

Kakak pertama walaupun berkata demikian sebenarnya dalam hati merasa sangat tidak tenang dan berpikir, “Masalah perbuatan adik kedua sebelumnya bukannya aku tidak tahu, tetapi aku sebagai kakak bagaimana bisa memasukkannya dalam hati. Hal ini jika diungkapkan dengan jelas, pertama akan melukai hubungan baik kakak beradik dan kedua akan menambah kecurigaan adik ipar.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun