Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 2)

19 Juni 2016   20:25 Diperbarui: 2 Februari 2018   09:13 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 2 – DEWA KUIXING* MEMBERI TANDA MELALUI MIMPI TENTANG KELAHIRAN CALON PEJABAT YANG JUJUR

Di prefektur Luzhou kabupaten Hefei terdapat desa keluarga Bao. Di desa itu hiduplah seorang tuan tanah bernama Bao Huai, yang kaya raya, memiliki banyak ternak dan ladang, berperilaku baik dan berbudi, menaati hukum sehingga orang-orang memanggilnya sebagai “Bao yang demawan” selain ia dikenal sebagai “Hartawan Bao”.

Istrinya bernama Nyonya Zhou dan memiliki dua orang anak laki-laki. Anak pertama bernama Bao Shan, yang menikah dengan perempuan bermarga Wang dan memiliki seorang anak yang belum berusia satu bulan. Anak kedua bernama Bao Hai, yang menikah dengan perempuan bermarga Li, tetapi tidak memiliki anak. Mereka kakak beradik walaupun lahir dari ibu yang sama, tetapi berbeda sifat: kakak pertama Bao Shan jujur dan berbudi, bijaksana, suka menolong orang lain, dan istrinya Wang juga orang yang baik, taat kepada orang tua dan suami, seorang wanita yang bermoral, cantik, bertutur kata sopan, dan cermat dalam mengurus pekerjaan rumah tangga. Adiknya Bao Hai suka berkata kasar, berhati culas, dan istrinya Li juga orang yang berpembawaan tidak baik.

Satu keluarga besar Bao hidup rukun dan harmonis karena Tuan Bao mengatur keluarganya dengan baik dan kakak pertama Bao Shan selalu mengalah dalam segala hal kepada adiknya. Setiap hari mereka hidup berbahagia. Mereka bekerja bercocok tanam pada musim semi dan memanen hasilnya pada musim gugur. Mereka bukan berasal dari kalangan keluarga terpelajar, tetapi merupakan keluarga yang pekerja keras dan sederhana.

Tidak disangka, Nyonya Zhou yang sudah berusia lima puluh tahun tiba-tiba hamil lagi. Tetapi Tuan Bao sama sekali tidak bergembira. Mengapa demikian? Karena suami istri tersebut sudah berusia lanjut dan telah memiliki dua orang anak, yang masing-masing sudah menikah dan memiliki anak juga, sekarang mereka harus membesarkan anak lagi. Lebih lanjut, Nyonya Zhou sudah berusia lanjut, jika melahirkan lagi, dikhawatirkan akan mengalami kesulitan dalam melahirkan. Apalagi ia harus menyusui anak itu yang tentu saja sangat melelahkan dirinya, bagaimana mungkin dapat membesarkannya lagi? Oleh sebab itu, setiap hari Tuan Bao tidak bergembira memikirkan hal ini.

Suatu hari Tuan Bao sedang duduk sendirian di ruang belajar, tanpa sengaja kedua matanya merasa lelah dan ia terjatuh tertidur di atas meja. Samar-samar pada waktu itu muncul di tengah-tengah udara gumpalan awan yang disertai tiupan angin; tiba-tiba sekilat cahaya merah memancar dan di hadapannya muncul sosok makhluk yang mengerikan, kepalanya bertanduk, wajahnya biru dengan rambut merah, mulut sangat besar dengan gigi yang mengerikan, tangan kirinya memegang sebongkah uang perak, tangan kanannya memegang sebuah alat tulis kuas, menari-nari kemudian pergi dengan terburu-buru. Tuan Bao berteriak keras dan terbangun dari mimpinya dengan penuh ketakutan.

Tiba-tiba seorang gadis pelayan mengangkat tirai pintu, masuk ke dalam, dan melaporkan, “Tuan, selamat! Baru saja nyonya melahirkan seorang bayi laki-laki. Saya sengaja datang untuk memberitahukan tuan.”

Tuan Bao hanya menghela napas dengan ketakutan dan tidak percaya tak henti-hentinya. Ia merasa terkejut dan mendesah dengan keras, “Biarkanlah, biarkanlah! Keluarga akan sial karena melahirkan makhluk mengerikan ini.”

Ia beranjak dengan perlahan-lahan dan pergi ke belakang untuk melihat hal tersebut. Untungnya kondisi sang istri selamat. Ia bertanya beberapa kalimat, tetapi tidak melihat bayi itu, melainkan membalikkan badan kembali ke ruang belajar. Di sana pelayan merawat sang ibu dan menyelimuti bayi merah yang baru lahir itu dengan mudah.

Li istri Bao Hai diam-diam pulang ke rumahnya menemukan Bao Hai duduk di dalam rumah sedang memikirkan sesuatu. Ia berkata, “Harta keluarga yang sudah dibagi dua dengan baik akan dibagi menjadi tiga. Kamu harus memikirkan suatu cara.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun