(Anguttara Nikaya 8.25)
Tidak hanya bagi kesejahteraan diri sendiri dan orang lain, seorang praktisi Buddhis juga diharapkan agar dapat berlatih demi kesejahteraan seluruh dunia:
“Di sini, bhikkhu, seorang bijaksana dengan kebijaksanaan tinggi tidak menghendaki kesusahannya sendiri, atau kesusahan orang lain, atau kesusahan keduanya. Melainkan, ketika ia berpikir, ia hanya memikirkan kesejahteraannya sendiri, kesejahteraan orang lain, kesejahteraan keduanya, dan kesejahteraan seluruh dunia. Dengan cara inilah seseorang itu adalah seorang bijaksana dengan kebijaksanaan tinggi.” (Anguttara Nikaya 4.186)
Oleh sebab itu, Sang Buddha memuji orang-orang yang setelah memahami ajaran-Nya berlatih demi kesejahteraan diri sendiri dan orang lain:
“Dua orang yang telah memahami makna dan Dhamma dan kemudian berlatih sesuai Dhamma: satu berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi tidak demi kesejahteraan orang lain; yang lainnya berlatih demi kesejahteraannya sendiri dan juga demi kesejahteraan orang lain. Orang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi tidak demi kesejahteraan orang lain dalam hal ini adalah tercela; orang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri dan juga demi kesejahteraan orang lain dalam hal ini adalah terpuji. (Anguttara Nikaya 7.68)
Meditasi dan Pengembangan Cinta Kasih sebagai Praktek Altruistik Buddhis
Sebagai penutup, ajaran Buddha memiliki tujuan utama membebaskan diri dari kelahiran dan kematian yang berulang-ulang (samsara). Tujuan ini tampak seperti mementingkan diri sendiri karena pada hakekatnya pembebasan (Nibbana) adalah bergantung pada diri sendiri dan tidak dapat diperoleh dari orang lain. Demikian pula, jalan langsung menuju pembebasan tersebut, yang dilakukan melalui praktek meditasi empat landasan perhatian (satipatthana), juga dianggap praktek yang individualis dan egois.
Namun sesungguhnya dengan menjalankan meditasi, seseorang melindungi orang lain dengan melindungi diri sendiri dan juga sebaliknya. Secara khusus, melindungi diri sendiri dengan praktek meditasi yang terus-menerus juga berarti melindungi orang lain dan masyarakat, sedangkan melindungi orang lain dengan mengembangkan kesabaran, tanpa kekerasan, cinta kasih dan belas kasih juga berarti melindungi diri sendiri. Hal ini dinyatakan Sang Buddha sendiri sebagai berikut:
Dengan melindungi diri sendiri, para bhikkhu, seseorang melindungi orang lain; dengan melindungi orang lain, ia melindungi diri sendiri.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, bahwa dengan melindungi diri sendiri, ia melindungi orang lain? Dengan mengejar, mengembangkan, dan melatih meditasi [empat landasan perhatian]. Dengan cara demikianlah bahwa dengan melindungi diri sendiri, ia melindungi orang lain.
“Dan bagaimanakah, para bhikkhu, bahwa dengan melindungi orang lain, ia melindungi diri sendiri? Dengan kesabaran, tidak mencelakai, cinta kasih, dan simpati. Dengan cara demikianlah bahwa dengan melindungi orang lain, ia melindungi diri sendiri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!