(1) “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi bukan demi kesejahteraan orang lain? Di sini, seseorang berlatih untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusinya sendiri, tetapi tidak mendorong orang lain untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusi mereka. Dengan cara inilah seseorang berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi bukan demi kesejahteraan orang lain.
(2) “Dan bagaimanakah, seorang yang berlatih demi kesejahteraan orang lain tetapi bukan demi kesejahteraannya sendiri? Di sini, seseorang mendorong orang lain untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusi mereka, tetapi tidak berlatih untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusinya sendiri. Dengan cara inilah seseorang berlatih demi kesejahteraan orang lain tetapi bukan demi kesejahteraannya sendiri.
(3) “Dan bagaimanakah seorang yang berlatih bukan demi kesejahteraannya sendiri juga bukan demi kesejahteraan orang lain? Di sini, seseorang tidak berlatih untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusinya sendiri, juga tidak mendorong orang lain untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusi mereka. Dengan cara inilah seseorang berlatih bukan demi kesejahteraannya sendiri juga bukan demi kesejahteraan orang lain.
(4) “Dan bagaimanakah seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri juga demi kesejahteraan orang lain? Di sini, seseorang berlatih untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusinya sendiri, dan ia mendorong orang lain untuk melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusi mereka. Dengan cara inilah seseorang berlatih demi kesejahteraannya sendiri juga demi kesejahteraan orang lain.
(Anguttara Nikaya 4.96)
Atau berdasarkan pemahaman dan penguasannya atas ajaran Buddha dan melatihnya kemudian apakah ia dapat mengajarkan dan mendorong orang lain untuk berlatih berdasarkan hal itu:
(1) “Dan bagaimanakah, para bhikkhu, seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi bukan demi kesejahteraan orang lain? Di sini, seseorang cepat dalam memahami ajaran-ajaran bermanfaat, mampu mengingat ajaran-ajaran yang telah ia dengar, dan memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran yang ia ingat. Setelah memahami makna dan Dhamma itu, ia berlatih sesuai dengan Dhamma itu. Akan tetapi, ia bukanlah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik; ia tidak berbakat dalam memberikan khotbah yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna; dan ia tidak mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan teman-temannya para bhikkhu. Dengan cara inilah seseorang itu berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi bukan demi kesejahteraan orang lain.
(2) “Dan bagaimanakah seorang yang berlatih demi kesejahteraan orang lain tetapi bukan demi kesejahteraannya sendiri? Di sini, seseorang tidak cepat dalam memahami ajaran-ajaran bermanfaat, tidak mampu mengingat ajaran-ajaran yang telah ia dengar, dan tidak memeriksa makna-makna dari ajaran-ajaran yang ia ingat. Karena tidak memahami makna dan Dhamma itu, ia tidak berlatih sesuai dengan Dhamma itu. Akan tetapi, ia adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik; ia berbakat dalam memberikan khotbah yang dipoles, jernih, jelas, ekspresif dalam makna; dan ia mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan teman-temannya para bhikkhu. Dengan cara inilah seseorang itu berlatih demi kesejahteraan orang lain tetapi bukan demi kesejahteraannya sendiri.
(3) “Dan bagaimanakah seorang yang berlatih bukan demi kesejahteraannya sendiri juga bukan demi kesejahteraan orang lain? Di sini, seseorang tidak cepat dalam memahami ajaran-ajaran bermanfaat … ia tidak berlatih sesuai dengan Dhamma itu. Terlebih lagi, ia bukanlah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik … dan ia tidak mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan teman-temannya para bhikkhu. Dengan cara inilah seseorang itu berlatih bukan demi kesejahteraannya sendiri juga bukan demi kesejahteraan orang lain.
(4) “Dan bagaimanakah seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri juga demi kesejahteraan orang lain? Di sini, seseorang cepat dalam memahami ajaran-ajaran bermanfaat … ia berlatih sesuai dengan Dhamma itu. Terlebih lagi, ia adalah seorang pembabar yang baik dengan penyampaian yang baik … dan ia mengajarkan, mendorong, menginspirasi, dan menggembirakan teman-temannya para bhikkhu. Dengan cara inilah seseorang itu berlatih demi kesejahteraannya sendiri juga demi kesejahteraan orang lain.
(Anguttara Nikaya 4.97)