Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Benar-Benar Diajarkan Buddha?

20 Juli 2015   08:02 Diperbarui: 20 Juli 2015   08:02 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang Benar-benar Diajarkan Buddha?
(What the Buddha Really Taught)

oleh Bhikkhu Sujato

Ketika saya pergi ke toko buku Buddhis atau perpustakaan, sering saya terpana oleh betapa banyaknya buku di sana. Rak terisi penuh oleh opini-opini orang mengenai "Apa yang diajarkan Buddha". Tapi cobalah temukan sesuatu yang benar-benar berisi ajaran Buddha dan anda akan kesulitan. Sepertinya baik-baik saja untuk menjadi Buddhis, menghadiri ceramah, membaca buku, meditasi, melafalkan (paritta/mantra), dan pergi ke retreat, tanpa pernah bertanya: Apakah yang benar-benar diajarkan Buddha?

Untuk pencari yang pemberani dan langka yang niat menyelidiki di luar apa yang diucapkan guru mereka, tak akan lama sebelum mereka mendengar Nikaya Pali. Disini, kita diberitahu, adalah Ajaran asli yang tidak diubah. Kata-kata Buddha dalam kemurnian jernih. Kita berada dalam posisi yang berbahagia mempunyai banyak terjemahan bagus dari kitab-kitab ini tersedia dalam bahasa Inggris [dan Indonesia], baik di buku maupun internet. Siapapun dengan waktu dan minat yang cukup dapat, dengan sedikit usaha, mendapatkan pemahaman yang memuaskan dalam ajaran-ajaran ini. Nikaya Pali telah menjadi salah satu pengaruh pembentuk bagi saya, tepat dari hari pertama sebagai Buddhis. Dhamma yang mereka punya jelas, rasional, seimbang, lembut, dan dalam - semua yang dapat diharapkan

Tetapi sangat mudah untuk jatuh pada sebuah 'Fundamentalisme Pali'. Kitab dan bahasanya sangat murni dan tepat sehingga banyak dari kita yang jatuh cinta pada Nikaya dan akhirnya menganggap mereka adalah SEMUANYA dari Buddhisme. Kita mengikuti secara religius pada pembedaan paling kecil, tafsiran paling halus, didasarkan pada satu kata atau kalimat. Kita memandang tanpa pertanyaan bahwa kita mempunyai ajaran asli, tanpa mempertimbangkan proses bagaimana ajaran ini diwariskan pada kita. Dalam semangat kita, kita mengabaikan kemungkinan bahwa mungkin ada perspektif lain dari Dhamma ini

Mungkin hal paling penting adalah, kita lupa - jika kita pernah tahu - alasan mengapa kita dibenarkan untuk menganggap Nikaya ini otentik pada mulanya. Walaupun memang cukup baik bagi sebagian besar Buddhis berkeyakinan untuk percaya bahwa kitab suci mereka adalah yang asli, ini tidak akan cukup untuk pencari yang tak berminat. Semua tradisi agama mencoba mengklaim pembenaran demikian, dan tidak mungkin semua benar. Klaim - klaim yang bertentangan ini membuat para peneliti di zaman modern untuk memeriksa bukti-bukti secara lebih obyektif

Ketika studi sejarah modern mengenai Buddhisme dimulai di pertengahan abad ke-19 ada kebingungan. Dalam antusiasme rasionalis, sarjana mempersiapkan pertanyaan mengenai apakah mitos tentang Buddha mempunyai dasar fakta atau tidak. Apakah ada koneksi sejarah diantara agama-agama berbeda yang dipraktekkan di tempat-tempat berjauhan seperti Srilanka, Tibet, dan Jepang? Apakah Buddha benar-benar ada? Apakah ia hanyalah dewa matahari? Apakah ia nabi Mesir? Apa yang ia ajarkan? Dapatkah kita mengetahuinya? Tradisi manakah yang paling dapat diandalkan (atau paling tidak dapat diandalkan)? Karena tradisi-tradisi telah dipisahkan karena faktor sejarah - terutama kehancuran Buddhisme di India - Mereka punya sedikit informasi tentang satu sama lain, dan masing-masing menyatakan keunggulan tradisi sendiri. Masing-masing aliran melestarikan tradisi mereka dalam koleksi besar jilid-jilid kitab yang sulit dibaca dalam bahasa yang sangat berbeda-beda (Mandarin, Tibetan, Pali, dan bahasa India lain seperti Sanskerta)

Tetapi secara bertahap bukti-bukti dikumpulkan, tradisi-tradisi dibandingkan; temuan arkeologis mengkonfirmasi fakta kunci. Kronik Srilanka berusia 1500 tahun menyebut nama-nama bhikkhu Kassapa, Majjhima, dan Durabhisara yang dikirim pada masa Asoka sebagai misionaris dari Vidisa ke daerah Himalaya; sebuah stupa digali di Vidisa dan nama-nama bhikkhu tersebut ditemukan disana, terukir dalam aksara yang berjangka waktu periode Asoka. Pada awal abad ke-20, dalam karya sarjana seperti misalnya T.W, Rhys Davies, yang tulisannya masih berharga sampai sekarang, garis besar yang akurat telah tergambar. Walaupun masih ada kontroversi di paruh pertama abad ke-20, seiring masih dikumpulkannya bukti-bukti, teks-teks baru masih diedit, dan studi-studi baru masih dikerjakan.

Tetapi, pada tahun 1882, seorang sarjana bernama Samuel Beal menerbitkan seri kuliah berjudul Buddhist Literature in China (Literatur Buddhis di Cina). Di dalamnya mengandung informasi mengenai proses penerjemahan ke dalam bahasa Mandarin, dan juga contoh terjemahan dari beberapa strata literatur Buddhis - Sutta awal, Jataka, dan teks Mahayana. Ia mengatakan demikian:
"Parinibbana, Brahmajala, Sigalovada, Dhammacakka, KhasiBharadvaja, Mahamangala; semua ini saya temukan dan bandingkan dengan terjemahan dari Pali, dan saya temukan bahwa mereka identik secara umum. Saya tidak mengatakan secara harfiah bahwa mereka sama persis; mereka berbeda dalam poin-poin kecil, tetapi identik dalam plot dan semua detil-detil penting. Dan ketika koleksi Vinaya dan Agama diperiksa secara menyeluruh, saya yakin bahwa kita akan menemukan sebagian besar jika bukan semuanya, adalah sutta Pali dalam bentuk Mandarin."

Seratus tahun lebih kemudian, studi perbandingan menyeluruh yang dicetuskan oleh Beal masih belum ada. Tetapi sudah ada perkembangan. Di tahun 1908 seorang sarjana Jepang M. Anesaki menerbitkan bukunya 'The Four Buddhist Agamas in Chinese: A concordance of their parts and of the corresponding counterparts in the Pali Nikayas'. Ini kemudian diikuti oleh buku oleh Chizen Akanuma pada tahun 1929 berjudul: 'The Comparative Catalogue of Chinese Agamas and Pali Nikayas', sebuah katalog komprehensif dari semua khotbah awal yang ada dan diketahui dalam bahasa Pali dan Mandarin, dan juga beberapa kitab awal yang tersedia dalam bahasa Tibet dan Sanskrit. Penemuan-penemuan ini dimasukkan dalam studi sejarah seperti Etienne Lamotte 'History of Indian Buddhism' dan A.K. Warder 'Indian Buddhism'.

Studi-studi ini telah mengkonfirmasi hipotesis awal Beal - teks Agama Tiongkok dan Nikaya Pali kurang lebih identik dalam isi doktrin. Mereka adalah dua edisi berbeda dari koleksi kitab yang sama. Kitab-kitab ini - yang populer dirujuk sebagai "Sutta" - dikumpulkan oleh generasi pertama pengikut Buddha, sebelum periode perpecahan sektarian. Mereka ada Buddhisme pra-sektarian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun