AWALNYA publik sepakbola Aceh sempat cemas dengan karamnya 'kapal' Pra PON. Namun, asa itu kembali mengapung, saat mantan skuad Arafura Games diutus membela panji Merah Putih ke Myanmar. Kenapa?
Cemas, karena bisa menjadi sinyal awal macetnya roda regenerasi. Sebagai contoh, mayoritas bekas pemain PON, mencuat di level senior. Sebut saja, eks pemain sepakbola Aceh di PON XVII 2008 Kalimantan Timur, yang kini beredar di sejumlah klub Divisi Utama.
Ada Fahrizal Dilla, Mukhlis Nakata, Fahrizal, Agus Mulyadi dan Defri Rizki dan lainnya. Pemain-pemain itulah yang kemudian membawa kejayaan bagi yang dibelanya.
Misal, Persiraja Banda Aceh, ada lima bekas pemain PON lalu. Klub berjuluk Laskar Rencong ini, runner-up Divisi Utama musim lalu. Imbasnya, otomatis mereka menyegel tiket promosi ke Liga Super Indonesia (Indonesian Super League).
Di bawah racikan Herry Kiswanto, tim ini menjadi klub pertama di Aceh yang lolos ke kompetisi elite di kancah nasional sejak kompetisi ini digulir pada 2008 lalu. Makanya wajar, bila publik Aceh dibalut euforia.
Kegembiraan tak berhenti di situ saja. Pasalnya, klub-klub Aceh lain juga merajai semua kompetisi yang digelar PSSI. Jika format kompetisi tak berobah, musim depan, Aceh 'mengutus' lima wakilnya di kancah Divisi Utama yakni, PSAP Sigli, PSLS Lhokseumawe dan PSSB Bireuen, PSBL Langsa dan PSGL Gayo Lues.
Di tambah lagi Persijay Pidie Jaya yang juga promosi ke Divisi I. Kejayaan itu, juga diikuti tim muda Aceh menjadi juara di Arafura Games 2011 di Darwin, Australia. Lalu, pesepakbola cilik Putra Banna,.
Catatan itu dilengkapi lagi oleh Aceh Selection. Ini tim instan gabungan pemain lokal dan asing yang beredar diberbagai klub di tanah air. Tapi lebih dominan dihuni skuad Persiraja dan PSAP Sigli.
Pada Sabtu 2 Juli lalu mereka baru saja merekuh Piala Internasional Gubernur Aceh II. Piala itu diikuti dua tim dari negeri jiran Malaysia. Selebihnya, klub ISL semacam Semen Padang, dan Pelita Jaya, ikut meramaikan ajang tahunan ini.
Event itu digelar dalam usaha memberi 'nafas' bagi sepakbola Aceh yang merosot akibat deraan konflik sosial yang dipicu oleh hadirnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan bencana alam tsunami.
"Selama itu pula, pembinaan sepakbola terhenti. Pemain-pemain bola kelahiran Aceh pun memilih bermain di luar klub Aceh. Namun, sepakbola Aceh kini mulai bangkit," ungkap Gubernur Aceh Irwandi Yusuf.
Jalur Bangkit?
Kebangkitan itu juga diakui Halilintar Gunawan. Pelatih nasional asal Bandar Lampung; Halilintar Gunawan. Mantan pelatih Persiraja itu menyakini sepakbola Aceh sedang berada di jalur mengulang sejarah tahun tiga dekade silam.
"Saya yakin, sepakbola Aceh sedang menuju jalan pengulangan sejarah 31 tahun lalu," tukas Halin, menjawab Waspada, saat bertemu di Batam, Kepulauan Riau, Jumat, 26 Juni lalu.
Torehan sejarah itu dicatat Persiraja sebagai juara Perserikatan PSSI di Stadion Senayan Jakarta dengan mengalahkan Persipura 3-1 dalam partai final, pada 31 Agustus 1980.
Dia memang akrab dengan sepakbola Aceh. Sebagai pelatih sepakbola, jasanya acap dipakai klub Aceh. Dia pernah melatih di Persiraja Banda Aceh, PSSB Bireuen dan PSAP Sigli.
"Sepakbola Aceh sekarang hebat, Oh ya, selamat, Persiraja sudah promosi ke Liga Super," tutur Halin, staf ahli Technical Study Group (TSG) di Badan Liga Indonesia yang juga Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi KONI Lampung ini.
Dalam hal pembinaan pemain muda, dia juga mengakui sebagai aset berharga dalam mengangkat kembali martabat sepakbola Aceh. Halin menilai program pengiriman tim junior belajar ke Paraguay sebagai terobosan jitu.
"Pembinaan pemain muda seperti ini patut terus digalakkan. Ini program jangka panjang yang bagus. Kita harap ini jalan mengembalikan kejayaan sepakbola Aceh,” Halin optimis.
Pemerintah Aceh berniat memiliki satu tim sepakbola yang tangguh, sehingga bisa menjadi kiblat persepakbolaan di Tanah Air. Atas dasar itu, Gubernur Irwandi Yusuf mengalokasikan dana sekitar Rp45 miliar untuk pembinaan tim junior ke Paraguay selama tiga tahun.
Ada 30 atlet yang dikirim. Mereka sudah berada di negara itu sejak 8 Agustus 2008. Ini tahun terakhir tim junior Aceh ditangani Escuela Empoli FC di Amerika Selatan itu.
Tetapi 12 di antaranya sudah kembali ke tanah air. Sisanya dimagangkan pada sejumlah klub elite di Paraguay dan Argentina. "Akhir Oktober tahun ini mereka akan kembali ke Aceh," tukas Nuzuli MS, Kepala Bidang Olahraga, Dispora Aceh.
Nuzuli melihat, konsep yang dicetus Gubernur Aceh itu terobosan bagus dalam pembinaan pemain usia muda. "Semoga ini menjadi langkah awal untuk mengembalikan kejayaan sepakbola kita," kata mantan Sekretaris KONI Aceh ini.
Dengan pola pembinaan usia dini, dia yakin hasilnya akan dipetik nanti. Kini, katanya, publik sudah bisa melihat perkembangan sepakbola Aceh, ada lima tim di Divisi Utama, dan satu di ISL.
"Tim-tim junior juga sudah mulai menggeliat. Kita berharap ini menjadi sinyal kebangkitan sepakbola Aceh masa mendatang, semoga," harap tokoh olahraga Aceh ini optimis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H