Mohon tunggu...
Moshrefa Siti
Moshrefa Siti Mohon Tunggu... Pengajar dan Owner Madumongso Pelangi Rizqy -

Berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tuhan Izinkan Aku untuk Selalu Setia

21 Maret 2019   10:15 Diperbarui: 21 Maret 2019   11:01 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sungguh di dunia ini tiada kata kebetulan

Bahkan, daun kering yang jatuh pun tak pernah luput dari kehendakNya

Aku mengilhami pertemuanku denganmu dan segala hal yang terjadi pada kita pun seperti itu

Tiada satu jenjang pendidikan yang membuat kita saling menyapa apalagi bercanda

Aku merasa Tuhan mengirimmu lewat perantara mereka yang menyambung hubungan kita

Sedikit tak masuk akal dan agak rumit, namun inilah yang mungkin dikatakan jodoh sesungguhnya

Aku tak tahu bagaimana rupamu, kepribadianmu dan juga keluargamu

Namun, itu tidak menjadi alasan aku menolakmu karena nyatanya orang tuaku menyukaimu

membahagiakan mereka adalah yang utama

senyum mereka adalah segalanya

Kulihat kau pria yang sedikit kacau dalam urusan pola hidup sehat

Tampak itu aku ketahui setelah menjadi bagian dari hidupmu

Minum kopi bagai minum air mineral, siang jadi malam dan malam jadi siang

Waktu kerjamu seakan 24 jam sehari

Sampai aku tak ingat lagi, kapan kita terakhir bercanda membahas obrolan ringan anak-anak bermain layang-layang di lapangan

Namun semua aku maklumi atas nama bagian dari tugasmu yang membentukmu seperti itu

Belum lagi aku menemukan sisi nyamanku

Tuhan menjauhkan kita dari semuanya

Kini kau siapa? Akupun terkadang tak memahaminya

Yang ku pahami kau hanyalah manusia yang Tuhan titpkan padaku agar aku bisa menjagamu

Biarpun mereka ada yang menganggap mu pembawa derita dan luka

Lantas apakah aku harus menghujatmu juga???

Tak pantas rasanya jika aku meninggalkanmu sebatang kara

Karena Tuhan telah merestui akad perjanjian kita untuk bersama baik suka maupun duka 11 tahun silam

Tahukah kalian??

Pria itu kini tak sekuat dulu

Kurus kering, kulit hitam karena terbakar semangat kerja yang tak tahu lelah demi sisa hidup yang mungkin masih bisa dibenahi

Jangan ada lagi kata menghujam dan menyayat hati, karena itu tak akan merubah segalanya

Maafkan dia, hanya itu yang bisa terucap

Dan mungkin saja kata itu tak akan kalian terima, karena awan Nimbostratus terlanjur menggumpal dan siap menurunkan uapnya menjadi tetesan air atau bahkan berupa salju

Awan itu terlalu tinggi aku tak mampu meraihnya

Jadi biarlah...

Biar awan itu pelan-pelan di bawa angin ke puncak dan di jatuhkan di sana

Tahukah kalian di mana dia sekarang??

Dia berada di seberang jauh entah dimana akupun tak pernah melihat rimbanya

Jarak dan medan terkadang menghalangi aku untuk tahu bagaimana kabarnya

Terkadang sesekali mendengar dia sakit, dan hati ini hanya bisa menjerit

Entah siapa yang berbaik hati menggantikan tugasku di sana

Kesunyian, kesendirian menjadi teman setia yang selalu menemaninya

Pria tanpa mahkota itu, menjadi tamu diantara orang asing yang 100 % beda segalanya

Pria yang tak lagi pakai sarung dan peci itu, kini melakukan segala hal yang 100 % beda dengan masa lalunya

Pria yang tak lagi duduk bersila sampai menjelang pagi itu kini mengais  rejeki yang Tuhan sebar di bumiNya

Tuhan... Ijinkan aku untuk selalu setia

Demi janji yang telah ku ucapkan padaMu tempo itu

Apapun resikonya beri aku kekuatan untuk melaluinya

Bukankah yang ku lihat menawan ternyata hanya fatamorgana??

Jadi apa bedanya mengenakan mahkota dengan topi biasa?

Semua tak ada bedanya

Ngawi, 21 Maret 2019

By: Moshrefa_siti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun