Mohon tunggu...
MoRis HK
MoRis HK Mohon Tunggu... lainnya -

Buruh migrant. \r\nBercerita tentang Hong Kong dan hidup sehari-hari di Hong Kong.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Para Pencuri Tuhan

14 Desember 2014   17:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_341172" align="alignleft" width="300" caption="Perayaan Natal di salah satu Gereja di hong Kong dengan atraksi sinterklas (dok.pri)"][/caption]

Judul "para PENCURI Tuhan" ini terinspirasi dari judul lain, 'Para Pencari Tuhan". Saya tidak tahu siapa yang pertama kali menulis judul "para pencari Tuhan" seperti halnya saya tidak tahu apakah itu judul novel, film, sintron atau apa. Saya pernah mendengar judul tersebut (just heard, just know). Tentu saja, lepas dari apa isi kisahnya, apakah nyata atau fiksi belaka, saya sangat kagum dengan para pencari Tuhan tersebut. Kekaguman itu membuat saya geram ketika mendapati banyaknya pencuri Tuhan.

Saya bukan pembela Tuhan. Karena terang saja, Tuhan tidak perlu dibela. Apalagi kalau bentuk pembelaan itu dengan cara melukai sesama. Seperti yang dilakukan para pembela Tuhan di lapak sebelah. Atau dengan menuduh secara membabi buta orang yang nggak sepaham sebagai kapir, tidak bertuhan, de el el. Saya tidak akan bersikap seperti mereka. Namun bersikap diam rasanya juga kurang bijaksana.

Saya akan memfokuskan bahasan pada PENCURI Tuhan pada masa NATAL. Terlebih para PENCURI Tuhan pada masa NATAL di HONG KONG. Karena saya tinggal di sini, maka di sini pulalah yang saya tahu.

Sedikit ilustrasi.

Sudah sejak pertengahan bulan November, kota Hong Kong berhias dengan aneka pernik yang menarik. Toko-toko menghiasi galeri mereka dengan aksesori semacam pohon cemara. Ada yang terbuat dari boneka, misalnya di daerah Tsim Sha Tsui. Ada yang terbuat dari kotak-kotak kado, misalnya seperti yang terpampang di beberapa toko di Central. Ada juga yang menghiasi halaman toko atau hotelnya dengan banyak pohon cemara, tentu dengan lampu kerlap kerlip dan lilin elektronik yang tinggi besar, misalnya yang berada di depan Star Fery - Hotel 1881. Semua berhias. Semua berbenah. Semua atas nama NATAL.

HAKIKAT NATAL

Suka atau tidak suka, harus kita terima bahwa perayaan Natal itu berkaitan dengan perayaan kelahiran Yesus Kristus, atau Nabi Isa. Jika tidak ada peristiwa berkaitan dengan kelahiran YESUS KRISTUS, maka tidak ada perayaan NATAL. Tidak ada Christmas Party, Christmas holiday, de el el. Semua keriuhan yang berkaitan dengan Natal ini bersumber dari kelahiran Yesus.

Banyak perdebatan mengenai kebenaran historis peristiwa Natal. Apakah Yesus benar-benar dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Kemudian, apakah kaitan antara pohon cemara dan salju-saljunya dengan peristiwa kelahiran Yesus. Apakah sudah sejak awal mula ada perayaan Natal. Apa hubungan perayaan Natal dengan pesta dewa matahari dalam masyarakat Romawi kuno, dan masih banyak lagi.

Saya tidak akan menjawab semua pertanyaan tersebut, karena saya hanya akan memfokuskan diri kepada para pencuri Tuhan. Mereka yang mencuri perayaan kelahiran Yesus, dan mengklaim sebagai miliknya. Sebuah pencurian yang dilakukan dengan seksama, hati-hati dan halus sekali. Sehingga membuat banyak orang tidak menyadarinya. Semua terlena, dan merasa bahwa mereka telah melakukan dengan benar.

DATA-DATA PENCURIAN

1. YESUS dengan SINTERKLAS

Ini pencurian besar-besaran, tetapi tidak disadari. Marilah kita tengok berbagai aksesori Natal di toko-toko. Mereka menampilkan sosok kakek tua berjenggot panjang, mengenakan pakaian merah topi salju merah, mengendarai kereta yang ditarik oleh rusa, instead of Yesus.

Bahkan para guru cerita, juga di dalamnya para orangtua, yang telah diracun oleh buku-buku cerita, mereka bercerita kepada anak-anak mereka bahwa sinterklas adalah sosok yang baik hati, yang suka memberi hadiah, yang akan dimasukkan ke dalam kaos kaki. Tentu hadiah ini hanya diberikan kepada anak-anak yang baik, yang menurut kepada orangtua, yang rajin belajar, dan seterusnya.

Akibatnya, anak-anak menantikan sinterklas dibandingkan Yesus. Saya mencoba bertanya kepada beberapa anak, siapakah yang mereka nantikan pada hari Natal? Dan mereka menjawan "SINTERKLAS". Bahkan dalam perayaan Natal di Gereja, anak-anak lebih menantikan hadirnya atraksi sinterklas dbandingkan dengan mendengarkan kisah akan kelahiran Yesus.

Mengejutkan, mengerikan, tetapi nyata.

Hal yang lebih mengerikan adalah menganggap pakaian merah ala sinterklas dan seluruh aksesorisnya sebagai pakaian keagamaan. Kalau Anda tidak percaya lihatlah judul berita seperti : "Jangan Tuntut Muslim Pakai Topi Sinterklas".

Mengapa sampai ada berita seperti itu? Karena ada anggapan bahwa pakaian sinterklas adalah pakaian keagamaan, pakaian keagamaan orang katolik atau kristen. Mengapa ada anggapan seperti itu? Karena masyarakat sudah tercuri pemikirannya, mereka memahami bahwa NATAL = SINTERKLAS. Pakaian sinterklas  = pakaian Natal. Kemudianmereka menghubungkan bahwa Natal itu hanya milik orang Kristen, maka orang Muslim dilarang mengenakan topi sinterklas.

Maka tidak mengherankan kalau perayaan Natal itu identik dengan atraksi sinterklas. Bahkan tidak jarang, dalam sebuah perayaan Natal tidak ada kisah mengenai kelahiran Yesus. Biasanya, karena cerita itu dianggap kurang menarik. Yang lebih menarik adalah atraksi kakek tua berjenggot panjang alias sinterklas. Karena dia membawa kantong berisi hadiah.

Kemudian ada orang yang mencoba mencari pembenaran. Bahwa sinterklas itu pada mulanya adalah St. Nikolas. Seorang uskup yang sangat baik hati, yang suka menolong dengan membagi-bagi hadiah. Dan seterusnya dan seterusnya. Andaikata cerita ini benar; tetap saja perayaan Natal bukanlah perayaan seorang uskup yang baik hati. Perayaan Natal tetaplah perayaan kelahiran Yesus. Bahkan saya bisa berkata bahwa uskup ini juga telah mencuri perayaan Natal yang sejati.

Mereka semua tertipu, mereka semua telah tercuri pemahamannya. Sekali lagi harus diingat bahwa NATAL TIDAK SAMA DENGAN SINTERKLAS.

2. CHRISTMAS WITHOUT CHRIST

Seperti saya katakan di atas, alasan utama perayaan Natal (Christmas) adalah kelahiran Yesus Kristus. Tidak ada perayaan Natal kalau Yesus tidak pernah lahir. Tetapi pada saat ini, banyak orang merayakan "christmas" tetapi tanpa Yesus, tanpa Kristus.

Yang saya lihat di Hong Kong; orang merayakan Christmas dengan pesta, dengan berbelanja, dengan memberi hadiah yang mahal-mahal, dengan berlibur, dll. Tetapi lupa kepada hakikat yang mendasar. Mereka melupakan Tuhan. Bahkan pada beberapa toko, mereka mengganti slogan "Merry Christmas" dengan "Happy Holiday", atau "Sesaon Greeting". Mereka lupa, mengapa ada perayaan ini, mengapa ada lilin, mengapa ada malaikat. Karena ingatan mereka telah dicuri.

Maka muncullah perayaan CHRISTMAS tetapi tidak ada CHRIST-nya. Mereka melakukannya sebagai sebuah ritual. Ritual tahuhan, bahwa pada pertengahan bulan November hingga awal Januari, tiap rumah, toko, sekolah, harus dihias dengan bunga-bunga berdaun hijau dan merah, dekorasi dengan lampu kerlap-kerlip, ada juga aksesoris kakek tua berjenggot panjang mengendarai kereta yang ditarik rusa. Tetapi tidak tahu, mengapa melakukan itu.

Kisah ini seperti sebuah keluarga yang merayakan pesta ulang tahun anaknya yang ke-3. Mereka mengadakan perayaan ulang tahun itu di sebuah restoran. Acaranya sangat meriah dengan berbagai atraksi. Pada akhir acara banyak orang bertanya, "di manakah yang sedang dirayakan ulang tahunnya?"

Orangtuanya menjawab, "Dia kami tinggal di rumah. Karena kalau diajak ke sini nanti akan menggangu, akan rewel dan merepotkan sekali, yang akan membuat pesta kita menjadi kurang meriah."

Ini hanya sebuah cerita, tetapi bisa menggambarkan kondisi orang-orang yang sedang merayakan Natal tetapi melupakan Yesus Kristus.

PENUTUP

Tanggal dan waktu perayaan Natal masih beberapa hari lagi. Masih ada kesempatan untuk sadar dan tidak tertipu. Mengenakan atribut sinterklas TIDAK SAMA dengan merayakan Natal. Menghias rumah dengan aksesori pohon cemara bukanlah cerminan perayaan Natal.

Merayakan Natal yang benar tentunya menyambut kedatangan Yesus. Untuk bisa merayakannya maka harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Persiapannya bukan soal pakaian bagus, pesta meriah, tetapi hati yang bersih dan tulus.

Ada lagu sederhana yang mungkin bisa mengingatkan kita kembali akan makna Natal yang sesungguhnya, dan bagaimana semesttinya merayakan Natal. Lagu tersebut berjudul Happy B'day Jesus.

Happy birthday Jesus / I'm so glad it's Christmas / All the tinsel and lights / And the presents are nice / but the real gift is YOU

Happy birthday Jesus / I'm so glad is Christmas / All the carols and bels / Make the holiday swell / And it's all about YOU

HAPPY BIRTHDAY JESUS, JESUS I LOVE YOU.

Videonya bisa dilihat di sini.

Salam hangat dari Hong Kong yang dingin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun