Keturunan Kapala Nagari yang Sakti
Suasana Dusun Sosor Topi Aek tak berbeda dengan perkampungan pada umumnya. Namun ada sebuah fenomena menyebabkannya terasing. Warganya banyak yang mengalami gangguan jiwa. Bahkan hampir di setiap rumahtangga. Kondisi itu terjadi sejak 25 tahun lalu.
Sosor Topi Aek bukanlah dusun terpencil, sebab berada di Kecamatan Tarutung yang merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Bagian dari Desa Parbaju Toruan.
Tiga tahun lalu saya menyambangi dusun yang keganjilannya itu belum banyak diketahui publik. Dengan kendaraan bermotor hanya dibutuhkan sekitar 15 menit dari pusat Kota Tarutung.Â
Akses jalan ke perkampungan itu cukup memadai. Dari pertigaan Bondar Sibabiat di Jalan Mananti Sitompul (Jalinsum Tarutung-Sipirok), jaraknya sekitar 500 meter.
Setelah melewati jalan beraspal sepanjang 350 meter, bersambung ke jalan rabat beton. Sebelum jalan semen itu ada, akses masuk ke dusun tersebut hanya jalan tikus dari tepian sungai. Tetapi kini sudah dapat dimasuki kendaraan roda empat.
Langit siang kala itu cukup cerah di kawasan dataran tinggi tersebut. Suasana dusun tampak tenang. Pintu rumah warga banyak yang tertutup. Hanya ada beberapa anak bermain. Mereka berlarian riang di halaman perkampungan.
Disusuri, dapat dihitung ada 8 unit rumah di sana. Posisinya berjejer hingga ke ujung kampung. Jarak antar rumah berkisar 10 hingga 30 meter. Ada yang sudah permanen dari beton, semi permanen, ada juga yang masih berdinding papan.
Mata pencarian warga di sana mayoritas bertani sawah dan ladang. Makanya di sisi kanan dusun terbentang hamparan sawah dan perladangan yang indah. Sebagian sawah tampak baru ditanami. Sebagian lagi sedang dipanen. Musim tanam padinya belum serentak.
Sedangkan sisi kiri dusun langsung berbatasan dengan Sungai Aek Situmandi, sebuah sungai besar yang membelah Rura Silindung (Kota Tarutung). Nama dusun ini sepertinya disesuaikan dengan letaknya. Sebab secara harfiah, Sosor Topi Aek berarti: tepian sungai.
Perempuan di kampung ini banyak yang bertenun kain ulos/selendang khas Batak. Dalam bahasa daerah disebut "martonun". Kerajinan tradisional rumahan itu sudah mereka tekuni secara turun-temurun. Hampir di setiap rumah ada perempuan yang melakoninya.