Mohon tunggu...
Monza Rayyan Kamesjwara
Monza Rayyan Kamesjwara Mohon Tunggu... Ilmuwan - siswa

sekolH

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Merdeka Belajar, Terjerat Paradigma?

8 November 2024   23:13 Diperbarui: 9 November 2024   01:55 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam situasi seperti ini, sekolah-sekolah di perkotaan mungkin terasa seperti oasis di tengah gurun kering pendidikan. Kelas-kelas dilengkapi dengan teknologi terbaru, guru-guru berdedikasi yang telah dilatih dengan baik, dan siswa yang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. 

Namun, jika kita melangkah ke sekolah-sekolah di pedesaan, pemandangan yang sangat berbeda terlihat. Di sana, ruang kelas masih kekurangan buku, guru terpaksa mengandalkan metode pengajaran tradisional, dan siswa belajar dalam kondisi yang serba terbatas. Kesenjangan ini menegaskan bahwa kemerdekaan dalam pendidikan belum sepenuhnya dirasakan di seluruh negeri.

Meskipun begitu, kita tidak bisa menutup mata pada beberapa kemajuan yang telah dicapai sejak implementasi Kurikulum Merdeka. Di beberapa sekolah, siswa mulai menunjukkan minat lebih besar dalam mengeksplorasi potensi diri mereka, tidak lagi hanya terpaku pada hafalan dan ujian. 

Pembelajaran berbasis proyek, yang menjadi salah satu elemen kunci dalam kurikulum ini, juga mulai diterapkan di berbagai tempat dengan hasil yang menggembirakan. Namun, lagi-lagi, kemajuan ini belum dapat dirasakan secara merata.

Di beberapa negara lain, seperti Singapura, kebijakan pendidikan yang inovatif selalu disertai dengan program pelatihan guru yang komprehensif dan berkesinambungan. Di sana, pemerintah tidak hanya berfokus pada kurikulum, tetapi juga pada kualitas pendidik. 

Di Indonesia, hal ini masih menjadi pekerjaan rumah besar. Seiring dengan kemajuan Kurikulum Merdeka, perlu ada perhatian serius terhadap peningkatan kompetensi guru, agar mereka benar-benar mampu menjadi fasilitator yang baik dalam pembelajaran yang mandiri.

Pada akhirnya, kebebasan yang dijanjikan Kurikulum Merdeka harus disertai dengan tanggung jawab dari semua pihak. Tanpa dukungan infrastruktur, pelatihan guru yang berkualitas, serta kesadaran akan kebutuhan daerah terpencil, kurikulum ini hanya akan menjadi janji kosong. Jika kita benar-benar ingin memberikan kebebasan belajar kepada semua siswa di Indonesia, maka kita harus siap mengatasi tantangan yang ada dengan solusi yang nyata dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun