Mohon tunggu...
Moniqory Delmarch
Moniqory Delmarch Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perspektif Eskatologi : Slow Living sebagai Bentuk Implementasi Iman Kepada Hari Akhir

21 Januari 2025   11:03 Diperbarui: 21 Januari 2025   11:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk Slow Living dengan Menghadiri Kajian (Sumber : Meta AI)

"Harta Tahta Sementara", merupakan ungkapan yang cocok untuk menggambarkan bahwa manusia hidup di dunia hanyalah sementara. Tak ada yang kekal di dunia ini. Kehidupan akan mengalami masa kemusnahan bila waktunya telah datang. Semua yang kita miliki tak akan ada artinya lagi, sekalipun jabatan seseorang maupun barang-barang mahal nan mewah. Satu-satunya yang dapat menjadi pegangan kita untuk menghadapi hari akhir kelak ialah amal perbuatan semasa hidup.

Pembahasan mengenai hari akhir mendorong kita untuk terus belajar dan mencari wawasan yang lebih luas. Terdapat satu bidang ilmu dalam filsafat yang menjelaskan mengenai hari-hari terakhir, yakni ilmu eskatologi. Ilmu eskatologi merupakan salah satu cabang dari teologi yang mempelajari tentang hal-hal terakhir, seperti akhir zaman, kehidupan akhir individu, serta segala sesuatu yang menjadi takdir di masa akhir kelak.

Ilmu Eskatologi

Eskatologi berasal dari dua kata dalam Bahasa Yunani, yakni "eskaton" yang berarti akhir dan "nophia" yang berarti studi. Eskatologi mengajarkan berbagai pokok bahasan seperti akhir dunia, alam kubur, masa kebangkitan, hari keadilan, serta kehidupan kekal yang selanjutnya. Eskatologi merupakan ilmu yang futuristik atau berfokus pada masa yang akan datang. Hal ini menyebabkan ilmu eskatologi memusatkan ajarannya pada peristiwa-peristiwa yang belum terjadi atau yang akan terjadi nanti.

Dalam bahasa Yunani atau Grik, eskatologi juga diartikan terakhir, terdekat, atau terjauh. Selain itu eskatologi sering dimaknai sebagai kebangkitan setelah kematian. Terdapat beberapa pendapat yang menyatakan bahwa eskatologi adalah ilmu tentang akhir riwayat/kehidupan atau ilmu mengenai kematian manusia.

Hubungan Eskatologi dalam Ajaran Islam 

lmu eskatologi erat kaitannya dengan ajaran Hari Akhir dalam perspektif Islam. Eskatologi sejalan dengan salah satu rukun iman dalam Islam yang digunakan sebagai landasan hidup umat muslim. Rukun iman ke 5, yakni Iman Kepada Hari Akhir merupakan suatu perintah untuk seluruh umat muslim agar menyakini mengenai adanya hari akhir dan pembalasannya.

Dalam istilah Islam, ilmu eskatologi disebut sebagai Ma'ad. Menurut Al-Taftazani, Ma'ad merupakan sumber atau tempat, dan hakikat kebangkitan adalah kembalinya sesuatu kepada yang sudah ada sebelumnya : kembalinya keberadaan setelah kehancuran, kehidupan setelah kematian, kembalinya tuh kepada tubuh yang awalnya telah terpisah. Keyakinan terhadap Ma'ad ialah hal yang dasar dalam setiap syariat.

Pembahasan mengenai eskatologi dalam Islam secara umum dijelaskan dalam Surat Al-Isra' ayat 49-51.

Artinya :

"Dan mereka berkata, "Apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan kepingan-kepingan (yang berserakan), apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" Katakanlah (Nabi Muhammad), "Jadilah kamu batu atau besi, atau (jadilah) makhluk lain yang tidak mungkin hidup kembali menurut pikiranmu (maka Allah akan tetap menghidupkannya kembali)." Kemudian, mereka akan bertanya, "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah, "Yang telah menciptakan kamu pertama kali." Mereka akan menggeleng-gelengkan kepalanya kepadamu (karena takjub) dan berkata, "Kapan (kiamat) itu (akan terjadi)?" Katakanlah, "Barangkali waktunya sudah dekat." (Q.S. Al-Isra'/17:49-51)

Adanya eskatologi dalam Al-Qur'an tentunya dijadikan acuan atau landasan pemahaman mengenai apa yang akan terjadi di hari akhir kelak. Sebagai umat muslim, kita tentunya harus terus mengamalkan hal-hal baik guna mempersiapkan hari setelah kematian. Salah satu tahap yang perlu digarisbawahi ialah memahami proses-proses kehidupan yang terjadi setelah kiamat. Dengan memahami setiap proses, tentu kita akan paham dan berusaha mengamalkan hal-hal yang sesuai dengan ajaran maupun perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

Kehidupan Setelah Kematian

Kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian justru sebagai gerbang awal kehidupan yang kekal dan abadi. Dalam Islam, terdapat beberapa tahap yang harus dilalui sebelum menuju kehidupan yang sebenarnya.  Berikut merupakan tahap-tahap kehidupan setelah kematian.

  • Alam Barzakh

Alam Barzakh atau yang dikenal dengan alam kubur merupakan pintu gerbang menuju akhir dan menjadi batas antara alam dunia dan alam akhirat. Yaumul Barzakh menjadi tahap paling awal dan merupakan pintu gerbang menuju akhirat. Pada tahap ini, malaikat Munkar dan Nakir akan menanyakan tentang seluruh amal perbuatan manusia selama di dunia.

  • Yaumul Ba'ast

Yaumul Ba'ast adalah hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur. Peristiwa ini ditandai dengan tiupan sangkakala yang kedua oleh Malaikat Israfil. Manusia dibangkitkan dan akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk ditimbang amal-amalnya. Manusia akan menuju Padang Mahsyar dengan tiga cara, yakni berkendara, berjalan kaki, atau berjalan dengan wajahnya. Hal tersebut tergantung dengan amal masing-masing manusia.

  • Yaumul Mahsyar

Yaumul Mahsyar merupakan hari berkumpulnya seluruh umat manusia di Padang Mahsyar setelah dibangkitkan dari kematian. Keadaan di Yaumul Mahsyar digambarkan seperti lapangan luas tanpa kehidupan. Setiap manusia pada hari itu akan diadili dengan diiringi oleh 2 malaikat, yaitu satu sebagai pengiring dan satu lagi sebagai saksi atas semua perbuatan di dunia.

  • Yaumul Hisab

Yaumul Hisab merupakan hari perhitungan amal untuk setiap manusia. Hisab menurut istilah akidah memiliki dua pengertian, al-'aradh (penampakan dosa dan pengakuan) dan munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh). Pada hari Hisab, manusia satu per satu akan dipanggil dan diperlihatkan seluruh amal perbuatannya semasa hidup di dunia.

  • Yaumul Mizan

Yaumul Mizan merupakan hari penimbangan seluruh amal perbuatan manusia selama hidup di dunia. Amal manusia akan ditimbang mana yang lebih banyak dan lebih berat, amal baik atau amal buruk. Pada hari Mizan inilah terjadi penentuan apakah manusia akan masuk surga atau neraka.

  • Shirath

Setelah melewati proses hisab dan mizan, manusia akan melewati jembatan yang lurus atau disebut dengan jembatan shiratal mustaqim. Proses hisab dan mizan sangat menentukan bagaimana manusia melewati jembatan shiratal mustaqim ini. Manusia dengan kondisi yang buruk akan melewati jembatan dengan ukuran sekecil rambut dibagi tujuh dan tajamnya melebihi samurai. Manusia dengan dengan amalan baik yang banyak akan melewati jembatan ini dengan tenang, ada yang melewati jembatan dengan secepat kilat, ada yang menunggang unta, kambing, atau sapi dari hasil qurban di dunia.

  • Yaumul Jaza

Yaumul Jaza merupakan hari pembalasan atas segala amal perbuatan yang dikerjakan manusia di dunia. Setiap amal baik maupun buruk akan diperlihatkan dan dibalas sesuai dengan keadilan Allah SWT.

  • Surga dan Neraka

Orang-orang soleh yang berhasil melewati jembatan shiratal mustaqim akan ditempatkan di surga atas Allah SWT. Sebaliknya, orang-orang dengan amal perbuatan buruk dan yang memiliki dosa akan ditempat di neraka untuk menerima balasan atas apa yang telah mereka perbuat di dunia.

Slow Living sebagai Bentuk Pengimplementasian Iman Kepada Hari Akhir

Kehidupan di dunia hanyalah sebagai tempat singgah bagi kita untuk terus memperbanyak ladang amal guna menghadapi alam akhirat. Sudah sepantasnya kita berbondong-bondong untuk selalu mengerjakan amal kebaikan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menjadikan umat manusia semangat dalam menjalani hari ialah dengan menerapkan slow living.

Slow living merupakan gaya hidup yang menekankan pada kualitas daripada kuantitas. Dewasa ini, banyak masyarakat yang mulai menerapkan slow living. Slow living sangat berkebalikan dengan fast living yang hidupnya terus berlari, tergesa-gesa, dan terlalu mengejar sesuatu.  Slow living dimaknai sebagai pola pikir yang menentukan gaya hidup lebih berharga dan sejalan dengan apa yang paling dihargai dalam hidup.

Mereka yang menerapkan slow living akan lebih menghargai setiap proses dalam hidupnya. Apapun yang terjadi dalam hidup akan mereka maknai secara positif, tenang, dan tidak terburu-buru. Mereka menjadikan masalah bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai tantangan yang perlu diselesaikan dengan kepala dingin, hati-hati, dan penuh makna pertimbangan.

Dalam perspektif Islam, slow living sangat dianjurkan untuk mencapai hidup yang lebih tentram dan bermakna. Dengan menerapkan slow living, manusia akan mencapai keseimbangan antara fisik dan batiniah. Slow living juga sebagai bentuk rasa syukur dan pendekatan diri kepada Allah SWT.

Slow living merupakan salah satu bentuk mengimani hari akhir dalam kehidupan beragama. Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam slow living ialah mengetahui, memahami, serta mengimplementasikan makna dari setiap proses kehidupan setelah kematian. Dengan memahami ajaran rukun iman kelima dalam Islam tersebut, manusia akan mulai meletakkan pekerjaan, istirahat, dan ibadah dalam porsi yang seimbang. Umat manusia cenderung akan membangun hubungan yang sehat dan berkualitas dengan orang lain. Mereka juga akan menata kembali prioritas hidupnya sesuai dengan ajaran agama.

Dengan memaknai setiap kegiatan dalam slow living, umat manusia akan mendapatkan banyak manfaat dalam hidupnya. Salah satu manfaat nyata yang dapat diambil ialah manusia menjadi mengenal siapa diri mereka dan siapa Tuhan mereka. Mereka cenderung akan mendapatkan ketenangan batin dan kesehatan mental yang baik. Slow living juga menjadi satu cara untuk meningkatkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah SWT berikan dan senantiasa mencari kedamaian dengan mengandalkan Allah SWT.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun