Mohon tunggu...
Moniqory Delmarch
Moniqory Delmarch Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perspektif Eskatologi : Slow Living sebagai Bentuk Implementasi Iman Kepada Hari Akhir

21 Januari 2025   11:03 Diperbarui: 21 Januari 2025   11:03 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentuk Slow Living dengan Menghadiri Kajian (Sumber : Meta AI)

Slow Living sebagai Bentuk Pengimplementasian Iman Kepada Hari Akhir

Kehidupan di dunia hanyalah sebagai tempat singgah bagi kita untuk terus memperbanyak ladang amal guna menghadapi alam akhirat. Sudah sepantasnya kita berbondong-bondong untuk selalu mengerjakan amal kebaikan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menjadikan umat manusia semangat dalam menjalani hari ialah dengan menerapkan slow living.

Slow living merupakan gaya hidup yang menekankan pada kualitas daripada kuantitas. Dewasa ini, banyak masyarakat yang mulai menerapkan slow living. Slow living sangat berkebalikan dengan fast living yang hidupnya terus berlari, tergesa-gesa, dan terlalu mengejar sesuatu.  Slow living dimaknai sebagai pola pikir yang menentukan gaya hidup lebih berharga dan sejalan dengan apa yang paling dihargai dalam hidup.

Mereka yang menerapkan slow living akan lebih menghargai setiap proses dalam hidupnya. Apapun yang terjadi dalam hidup akan mereka maknai secara positif, tenang, dan tidak terburu-buru. Mereka menjadikan masalah bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai tantangan yang perlu diselesaikan dengan kepala dingin, hati-hati, dan penuh makna pertimbangan.

Dalam perspektif Islam, slow living sangat dianjurkan untuk mencapai hidup yang lebih tentram dan bermakna. Dengan menerapkan slow living, manusia akan mencapai keseimbangan antara fisik dan batiniah. Slow living juga sebagai bentuk rasa syukur dan pendekatan diri kepada Allah SWT.

Slow living merupakan salah satu bentuk mengimani hari akhir dalam kehidupan beragama. Beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam slow living ialah mengetahui, memahami, serta mengimplementasikan makna dari setiap proses kehidupan setelah kematian. Dengan memahami ajaran rukun iman kelima dalam Islam tersebut, manusia akan mulai meletakkan pekerjaan, istirahat, dan ibadah dalam porsi yang seimbang. Umat manusia cenderung akan membangun hubungan yang sehat dan berkualitas dengan orang lain. Mereka juga akan menata kembali prioritas hidupnya sesuai dengan ajaran agama.

Dengan memaknai setiap kegiatan dalam slow living, umat manusia akan mendapatkan banyak manfaat dalam hidupnya. Salah satu manfaat nyata yang dapat diambil ialah manusia menjadi mengenal siapa diri mereka dan siapa Tuhan mereka. Mereka cenderung akan mendapatkan ketenangan batin dan kesehatan mental yang baik. Slow living juga menjadi satu cara untuk meningkatkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah SWT berikan dan senantiasa mencari kedamaian dengan mengandalkan Allah SWT.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun