- Monika Sebentina
LUKA KU BALASAN LUKA MU-ITU KATA MU
Kamu menatap pada mata ku yang kian tertutup oleh bendungan
Sapaan pada kilatan amarah menyapu dipelataraan retina pupil ku
Aku bertanya pada diri ku
Apa tangan mu akan melepas dengan ringan ditubuh ku
      Aku berkata pelan dengan tekanan pada tangisan yang tidak ingin kau dengar
      Hei kau ...
      Bukan kah aku yang sedang terluka karena dustamu
      Bukankah hati ini yang telah kau rusak dengan kebohongan mu
      Tapi seperti aku yang kau pojokkan, seperti aku adalah penyebab semuanya
Katamu dengan nada yang panjang
Luka mu adalah balasan ku atas luka ku yang panjang di masa lalu
Aku kembali hanya untuk menoreh lebih dalam sakit
Aku kembali hanya untuk kau bisa merasakan hati ku yang terkoyak dimasa lalu karena mu
Itu balasmu pada ku, sayang karma ku telah ku terima untuk beberapa dusta mu
Tapi mengapa kebohongan masih terus berlanjut, dan kau hanya diam membisu
AIR MATA IBU KU
Bu
Kau berjalan tanpa henti untuk mencari segenggam nasi
Kaki mu hanya beralaskan sandal yang sudah usang
Orang-orang melihat mu bukan karena kasihan
Tapi merasa risih dengan penampilan mu yang tidak selayaknya
      Bu
      Aku menangis mengikuti dibelakang mu
      Tapi kau menampilkan wajah gembira seakan tidak terjadi apa-apa
      Kata mu tentang mereka " Tidak apa nak, mereka hanya tidak mengerti
      Tentang kita "
      Tapi apakah ibu tahu, aku melihat bahumu yang bergetar tanpa kau sadari
Bu
Bisakah kau menunggu sedikit saja lebih lama
Nanti jika waktunya telah tiba
Akan kubuat mereka terdiam karena malu
Mata mereka hanya tertunduk karena mengertiÂ
Sedikit lagi saja bu, senyuman mu ku kembalikan dengan lirih yang tulus
Â
`KITA SEMUA INDONESIAÂ
Aku berdiri diujung gunung tertinggi
Melihat indahnya negeri ku
Ku bawa bendera Merah Putih tercinta
Mengangkat tinggi dan ku kibarkan dengan lepas
      Ingatlah bangsa ku bahwa kita ini Satu
      Ingatlah negeri ku kita ini semua satu adalah Indonesia
      Janganlah kau beri batas-batas pada negeri
      Sehingga terpecah tidak ada lagi harga jasa para pahlawan ku
Telah gugur pahlawan di banyak peperangan
Ada yang telah tersiksa wafat dengan keji
Dan  sekarang kau hargai dengan pikiran-pikiran mu yang ingin
Memecahkan bangsa
Pahlawan ku yang perjuangkan semua
Jangan kau rusak dengan pikiran mu yang rendah
Pahlawan ku bertumpah darah Satu
Menyatukan negeri menjadi Indonesia
Jangan lupakan itu tanam dalam jiwa patriot mu
     Â
KAMU YANG DINANTIÂ
Dalam tangis aku membawa harapan saat bersembah sujud
Ku lipatkan tangan berkata-kata dengan doa yang ku lantunkan
Setiap hari tidak pernah berhenti
Setiap hari ku serukan apa yang ku rindukan pada Tuhan yang maha mendengar
      Bertahun-tahun aku dilema dalam penantian
      Pikiran berlalu dengan banyak pertanyaan
Apakah sebenarnya aku tidak pantas ?
      Atau mungkin hanya waktu yang belum mau memberi jawab
Ku usapkan tetesan air mata saat garis hanya memperlihatkan Satu
Ku letakkan tangan menekan sesak saat tawa yang ku inginkan bisa ku lihat
Bagaimana rasanya jika dia terasa di dalam rahim
Bagaimana rasanya mendengar kabar bahagia dari dua garis merah itu
      TuhanÂ
      Kapan dia yang dinantikan datang dalam kebahagiaan
      Kapan dia yang dinantikan datang dengan penuh harapan
      Aku sesak menahan rasa merindukan dia untuk segera ada
      Aku sakit disetiap luka dengan hinaan orang yang terus bertanya
UNTUK IBU KU-DARI ANAK MU YANG AKAN MENIKAH
Bu
Ada banyak ucapan terimakasih yang ingin ku sampaikan
Tapi lidah ku terasa kelu hanya untuk mengungkapkan kata
Ada pula beribu maaf yang ingin ku katakana pada mu
Tapi mengapa bibirku juga tertutup dan merapat saat menatap mu
      Bu
      Mungkin keegoisan dan gengsi menutupi wajah ku
      Tapi aku ingin kau tahu bahwa sebenarnya aku begitu mengasihi mu
      Kini, anak mu telah tumbuh dewasa dan akan segera menikah
      Seorang lelaki mempersunting ku dan mengajak untuk hidup bersamanya
Aku tahu ada banyak kesedihan yang kau rasakan
Bukan karena engkau tidak bahagia atau bahagiaku
Tapi perasaan mu yang mulai kesepian tanpa ada ayah
Tapi juga karena usia mu yang bertambah tua hingga hati mu begitu sensitive
      Bu
      Aku memegang mu, setelah kecil hingga dewasa kau memegang ku
      Aku menjaga mu, setelah kecil hingga dewasa kau menjaga ku
      Aku melayani mu, setelah kecil hingga dewasa kau melayani ku
      Aku memberi mu banyak cinta meski aku juga akan membagi cinta untuk
      Untuk keluarga kecil ku nantinya
Bu
Jangan takut dan merasa kesepian
Jangan bersedih dan merasa sendirian
Karena sebenarnya pemisah itu hanyalah ketika Tuhan telah berkenan untuk memanggil
Tapi selama kita masih bisa saling bertatap muka dan bersentuhan kulit
Aku ini masih anak mu , Darah daging mu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI