"Dirimu dapat menuju Gunung Kintamani dalam sekejap, kamu juga dapat menaklukkannya begitu mudah, asal ada kemauan dan niat yang sungguh. Sesungguhnya orang paling sulit menaklukkan dirinya sendiri. Perjalanan yang paling panjang adalah perjalanan menuju lorong hati yang paling dalam. Padahal jarak hatimu hanya tiga jengkal dari kepalamu, namun itu akan menjadi perjalanan yang panjang.
Tiga jengkal itu akan mudah dilalui kalau kamu menyatu pasrah dan hanya tertuju pada kehendak Trinitas atau sering disebut juga Tritunggal yang Maha Kudus, yaitu pribadi Allah Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus yang menyatu. Jika manusia hanya mencari kehendak Sang Sinuci, ia akan mempunyai kepekaan radar untuk membaca suara nuraninya.
"Ketahuilah, kalau dirimu mempunyai hubungan yang dekat dengan Sang Khalik yang bertahta di hatimu, berarti kamu dalam puncak kebahagiaan karena Dialah sumber kebahagiaan sejati yang bertakhta di hatimu, maka khusuklah bersujud dan menelusuri lorong hatimu dan berdiamlah di sana. Kalau kamu ingin kuat untuk mengarungi hidup, menuju kehidupan baru dalam persatuan dengan Sang Khalik sebagai citra jiwamu."
"Baiklah, Eyang, saya akan memperhatikan perkataan Eyang. Mohon saya
diajari lagi untuk bersamadi!"
"Ya samadimu sudah baik, perlu kau ingat kau mesti memperkuat meditasimu sebagai persatuan rohmu, hatimu yang hanya diisi oleh roh Sang Khalik, sadarilah hanya berkontak pada-Nya, katupkan ibu jari dan telunjukmu dan biarkan telapak tanganmu tengadah di atas pahamu. Ibu jari itu lambang Sang Khalik, sedang telunjuk adalah lambang dirimu, manusia yang menyatu dengan Sang Murbeng Jagad, ditopang dengan tiga jari lambang alam semesta.
"Meditasi itu tidur dalam kesadaran untuk menyatu pada Sang Sumber Hidup, sedang tidur itu meditasi yang tidak sadar. Setiap manusia membutuhkan keduanya agar badannya sehat dan roh dan jiwanya pun kuat dalam persatuan dengan sumbernya Sang Hyang Widhi.
"Setiap kali dalam semadimu engkau selalu berkontak dengan Sang Gusti Murbeng Jagad itu merupakan kekuatan yang maha dahsyat. Lakukanlah selalu dalam waktu khusus, tapi juga dapat kamu lakukan jika kamu sedang dalam perjalanan atau sendirian sedang menunggu. Berkontaklah selalu dengan Sang Sumber Hidup, agar kamu terutama jiwamu tidak mudah diperdaya atau dikalahkan roh jahat. Ingatlah setan selalu berkeliling mengaum-ngaum mencari mangsanya, teguhlah engkau dalam iman dan persatuan dengan Sang Hyang Widhi. Inilah latihan keutamaan yang harus kau jalani Sanggra, cucuku."
"Terima kasih, Eyang Maha Mpu Barada untuk segala pelatihan dan
wejangan Eyang padaku, sungguh amat berguna bagiku."
"Ya, saya rasa Sang Dewi yang selalu hadir mendampingmu dalam saat-saat kamu membutuhkan bantuannya, itu telah mengajarkan banyak padamu. Dia wanita yang luar biasa, pilihan Sang Hyang Widhi. Dia begitu kuat menanggung banyak penderitaan apalagi ketika menyaksikan sendiri Putranya yang Ilahi itu disalibkan dan wafat, dia menjadi pengantara rahmat dari surga karena dia wanita yang taat menjalani kehendak Sang Hyang Widhi. Perempuan yang dalam kitab Wahyu digambarkan menginjak kepala naga, kepalanya bermahkotakan dua belas bintang lambang suku Israel. Dialah wanita sinuci yang diramalkan para nabi. Sanggra, kau harus meneladaninya kalau kau ingin hidupmu berguna dan menjadi berkat bagi sesama!"