"Oh begitu, saya pribadi sangat setuju Ning Sanggra. Jadi, kamu bisa membaca dan menulis, ya. Sungguh luar biasa, asalmu dari mana Ning, orangtuamu kerja di mana?"
"Saya berasal dari Daha, orangtua saya sebagai Demang."
"Oalah, beruntung sekali desa kami kedatangan dirimu, bisa belajar membaca dan menulis, Pak ... Bapak, ini ada tamu, Pak," panggil Bu Lurah kepada suaminya.
Pak Lurah keluar ke ruang tamu dan bergabung dengan kami.
"Oh, ada tamu, to, ada apa ini kok janur gunung. Ning Sanggra, Suti, dan
Warni datang kemari?"
"Ini, lho, Pak, Ning Sanggra minta restu agar Bapak mengizinkan dia untuk mengajar anak-anak perempuan dan penduduk desa. Kalau aku setuju saja. Bapak setuju juga, to?"
"Itu gitu to maksudnya, saya setuju sekali, syukur desa kita kedatangan Sanggra, ya, jadi penduduk kita bisa terbantu tidak buta huruf. Terima kasih, Ning Sanggra. Mau dimulai kapan?"
"Secepatnya, Pak Lurah. Jika sudah ada restu, besok pagi pun bisa. Pagi pukul 08.00-10.00 saya dan teman saya Sekar Kinasih akan mengajar anak-anak, dan malamnya pukul 19.00-21.00 saya akan mengajar orang dewasa. Apa Bapak Lurah setuju?"
"Yah aku sangat setuju, hari ini akan kuumumkan pada penduduk."
Tanpa kesulitan esok paginya aku dan Sekar Kinasih mengajar anak-anak pada pagi esok harinya ada seratus anak yang berkumpul di pendopo kelurahan. Ini pengalamanku yang pertama untuk mengajar anak-anak sebanyak ini.