Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 29, Perutusan Misi Jiwa Kelana (2)

12 Agustus 2021   11:34 Diperbarui: 12 Agustus 2021   11:42 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ah, perempuan kan sudah takdirnya bekerja di dapur, olah-olah (memasak), mengatur rumah tangga, belanja, mencuci dan bekerja di sawah seperti ini. Apa perlunya belajar. Kamu bersyukur bisa nyantrik dan menimba ilmu, apa kamu bisa membaca?"

"Bisa, Mbah, sejak kecil saya diajari membaca huruf Sansekerta, jadi saya bisa membaca. Saya juga ingin mengajari anak-anak terutama perempuan untuk belajar membaca, supaya bisa membaca kitab-kitab kuno. Dengan begitu mereka akan mendapat banyak ilmu pengetahuan dan wawasan sehingga tambah pintar."

"Apa perlunya perempuan harus pintar?" tanya mereka serempak.

"Ya perlu, lah, perempuan kan membimbing dan memelihara anak-anak, kalau ibunya pintar, anak-anaknya juga pintar, tidak mudah dipermainkan orang lain atau dibohongi. Itulah perlunya seorang wanita menjadi pandai, sebab pengaruh ibu itu sungguh luar biasa terhadap anak-anaknya."

"Benar juga kamu, Sanggra, apa kamu mau mengajari kami?" sahut Warti, bersemangat.

"Oh, dengan senang hati. Nanti aku akan bilang sama Pak Karmo, ya, atau Pak Lurah sekalian agar aku boleh mengajar anak-anak, baca tulis di desa ini."

"Hore ... hore," teriak mereka. "Apa saya juga boleh ikut?" sahut mbah Karto.

"Boleh, Mbah, tidak ada kata terlambat untuk belajar. Saya malah kagum Mbah Karto punya semangat muda. Luar biasa masih mau belajar.

 ( Bersambung )

 

Oleh  Sr. Maria  Monika  SND

12  Juli, 2021

Artikel  ke : 434

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun