Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 29, Perutusan Misi Jiwa Kelana (2)

12 Agustus 2021   11:34 Diperbarui: 12 Agustus 2021   11:42 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya berasal dari Daha, Mbah. Saya memang nyantrik. Ingin menambah ilmu supaya saya bisa mengajar para wanita di daerahku, selagi orangtuaku mengizinkan."

"Siapa namamu tadi? Ning Sanggra? Nama yang bagus sekali seperti nama seorang putri raja, atau paling tidak nama para priyayi Brahmana."

"Nggak, kok, Mbah, bapak saya hanyalah seorang demang, biasa hidup di tengah rakyat. Tapi bapak saya memang terbuka bahwa anaknya harus belajar agar lebih pintar daripada orangtuanya. Walau saya ini wanita, bapak mengharapkan saya bisa mandiri dan membantu banyak orang dalam berkiprah di tengah masyarakat."

"Wah, luar biasa orangtuamu, Ning, memberi kesempatan kepada anaknya untuk maju. Daha dan Blora kan jauh sekali. Naik apa kamu ke Blora?" tanya Mbah Karto lagi.

"Naik kuda, Mbah," jawabku.

"Berapa lama perjalanan dari Jawa Timur ke Jawa Tengah?"

"Empat hari tiga malam," jawabku.

"Wah, wah, perjalanan yang melelahkan. Kau tidak takut? Bermalam di mana waktu itu?" tanya Suti dan Warni silih berganti.

"Saya, diantar paman saya, jadi ya tidak takut. Paman saya pemberani. lho. Kami bermalam di rumah penduduk yang kebetulan kami temui."

"Apa setiap penduduk menerimamu? Apa mereka tidak curiga?"

"Tidak, saya merasa para penduduk sangat baik. Lagi pula kami membawa surat lontar dari baginda raja, karena bapak saya di bawah kekuasaan kerajaan Daha dan Baginda tahu niat baik kami."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun