Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 13 Yoganidra 4

24 Juli 2021   09:43 Diperbarui: 24 Juli 2021   10:00 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja  Erlangga  bertapa, sebelum  menjadi  raja (lukisan Bp Y.P.Sukiyanto)

"Oh, tidak, Romo. Aku sedang membayangkan betapa luar biasa perjuangan

Romo membangun kerajaan sampai sebesar ini."

"Ya, anakku, ini semua anugerah. Romo juga sering bertanya kepada diri sendiri mengapa harus Romo yang mengalami semua ini.

 Inilah yang mengingatkan Romo untuk selalu eling lan waspodo (ingat dan waspada). Menjadi raja tidak boleh bersikap melik gendhong lali (lupa daratan), yang membuat orang yang sudah berkuasa lupa akan tujuan hidup semula, bahwa hidup untuk memuji Sang Murbeng Jagad dan mengabdi serta membantu sesama."

 "Hidup harus dihiasi dengan banyak berbuat kebajikan kalau kita ingin selamat dan sempurna bersatu pada Sang Hyang Widhi. Baiklah, Romo lanjutkan ceritanya. Wilayah kerajaan Romo waktu itu hanya meliputi daerah Sidoarjo dan Pasuruan sepeninggal ayahanda Dharmawangsa Teguh, eyangmu.

"Banyak daerah bawahan yang melepaskan diri, apalagi rakyat diporakporandakan sewaktu penyerangan Raja Wurawari. Kehidupan rakyat menjadi porak-poranda karena dia adalah raja yang bengis dan tidak berperikemanusiaan.

"Bagi rakyat kecil yang tidak punya kekuatan hanya bisa menurut pada perintahnya, karena kalau tidak, akan mendapat siksaan atau bahkan dibunuh. Itulah sebabnya banyak rakyat yang mengungsi. Dalam peristiwa ini Romo bertemu dengan Maha Mpu Baradha yang sakti mandraguna, yang asalnya dari daerah Blora atau yang disebut Lemah Citra.

"Dari Mpu Baradha, Romo banyak belajar falsafah hidup dan tatacara pemerintahan, bagaimana mengutamakan kepentingan rakyat. Mpu Baradha bisa merasakan bagaimana penderitaan rakyat kecil, walaupun dia berasal dari keturunan Brahma. Beliau selalu hidup dan berpihak kepada rakyat jelata. Padepokannya terletak di Lereng Gunung Mayit, yang membentang antara Rembang dan Blora.

"Di situ tanahnya subur, gemah ripah loh jinawi. Desa tempat Mpu Baradha yang disebut Lemah Citra atau Desa Sayuran itu banyak menghasilkan sayur mayur, palawija, buah-buahan, dan padi. Tapi paling terkenal karena mutu sayur-mayurnya. ( Bersambung)

 

Oleh : Sr.Maria  Monika  SND

24  Juli, 2021

Artikel  ke  415

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun