"Ketika pesta pernikahan sedang berlangsung, pada hari ketiga di alun-alun kota dekat kerajaan, di tempat semua pertunjukkan digelar untuk memeriahkan pernikahan Romo, tiba-tiba kota Watan diserbu Raja Wurawari yang berasal dari Lwaram[1], yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam serangan itu, Paman Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan Romo dapat meloloskan diri ke hutan pegunungan (Wonogiri) ditemani paman Mpu Narotama yang setia menjadi pembantu, tepatnya pengasuh Romo dari kecil.
Saat pelarian Romo dari huru-hara itu, Romo berusia 16 tahun. Romo tidak tahu bagaimana nasib ibumu, semua kuserahkan pada perlindungan Sang Hyang Widi, yang berkuasa atas hidup mati seseorang. Dengan demikian meskipun sedih, hati Romo bisa merasa tenang. Itu masa tersulit bagi Romo, karena Romo sangat menyayangi ibundamu. Tapi mengapa kami harus dipisahkan karena perang.
"Romo memutuskan untuk bertapa, dengan hidup dalam keheningan dan mati raga, batin Romo semakin bening mengalami pencerahan dan hati Romo makin wening, jernih untuk mendengar gema yang bergaung di sumur nurani Romo yang paling dalam. Dedaunan hutan dan wi gembili bakar yang menjadi santapan Romo, semua disediakan Paman Narotama yang setia.
 Sungguh Paman Narotama contoh seorang yang taat dalam suka dan duka, dalam untung dan malang tuannya. Kesetiaannya teruji, meskipun tanpa upah. Romo tidak memiliki apa-apa selain kain ikat dan celana pendek yang melekat di badan.
"Hari sudah larut malam, Anakku, apakah engkau masih mau mendengar
cerita Romo?"
"Ya, Romo Prabu, Nanda ingin mendengar cerita Romo sampai tuntas."
"Baiklah kalau kamu belum mengantuk dan masih tertarik untuk mendengar cerita Romo. Masa pertapaan adalah masa yang sangat berat, namun Romo merasa dilimpahi anugerah dan kekuatan, serta kecermatan untuk mendengar hati nurani lebih tajam.
 Bayangan bundamu memang selalu menghantui Romo, tapi Romo bisa merasakan bahwa bundamu pasti selamat dalam keadaan baik. Godaan menahan panas terik pada siang hari, dan kikisan dingin malam sungguh luar biasa memampukan romo untuk melatih ketahanan tubuh.
"Romo dan eyangmu Paman Narotama membuat dua pondok kecil di tengah hutan. Romo bercocok tanam dalam diam untuk dapat melestarikan pepohonan supaya tetap tumbuh mengatur dan berkembang sesuai habitatnya.