Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Semburat Putih Pelangi Kasih Episode 7 Kasih Bunda

18 Juli 2021   07:46 Diperbarui: 18 Juli 2021   07:48 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semburat Putih Pelagi Kasih ( lukisan Bp Y.P Sukiyato dok.pri)

Kasih Bunda

Cerita  sebelumnya :

Sesungguhnya bintang itu adalah cakra yang membentang melingkari dan melindungi setiap manusia. Meningkatkan kekebalan auranya dan mengasah nuraninya untuk dekat pada Yang Esa, Yang Kuasa.

Sang Khalik menganugerahkan tanda unik di setiap sidik jari. Dari situ setiap manusia telah membawa setiap anugerah dan rahmatnya dari Tuhan, segala kecakapan, talenta, hobi, pengetahuan, kelebihan, dan ketidakmampuannya.

( Bersambung )

 

 

Bunda selalu memelukku sambil mengurapiku dengan minyak cem-ceman kembang setaman yang telah direndam minyak zaitun dan kemiri yang dihaluskan. Kata bunda, sebagai wanita rambutku mesti hitam legam. Sebagai wanita aku harus berani ditata dan menata diriku sehingga tampil cantik luar dalam. Terlebih aku seorang calon ratu yang telah lama didambakan.

Bundaku juga mengajarkan bahwa aku tak boleh membedakaan orang, baik itu dari kaum Brahmana, Kesatria, Sudra, maupun Paria. Semua sama di hadapan Sang Khalik yang memberi matahari dan hujan pada makhluk-Nya di muka bumi ini.


Setiap manusia itu secitra dengan sang Khalik dan dicintai-Nya tanpa syarat. Maka kita meski menerima setiap orang. Yang membedakan manusia itu adalah kelakuannya. Pada dasarnya mereka lahir dari Sang Sumber Kebaikan dan Kebenaran. Hanya mereka bisa memelihara kebaikan dan kebenaran yang ada di dalam dirinya atau tidak.

Bundaku senantiasa mengajarkan kebijaksanaan dan falsafah hidup dengan kasih keibuannya yang mendalam, dengan cara yang halus, agar semua yang diucapkannya itu terdengar dan terbenam dialam bawah sadar serta nuraniku untuk menjadi tindakan yang nyata.

 Aku dibiarkannya menikmati kelembutan belaiannya di atas pangkuannya. Sambil bercerita Babad Tanah Jawa yang diselingi tembang-tembang macapat. Bunda mengajariku falsafah-falsafah hidup para leluhur, yang Adi luhung, dalam memperjuangkan pertiwi ini.

Di pangkuan Bunda aku selalu megalami kedamaian sebagaimana aku di kandungannya di Gua Garba tempat bersemayamnya benih-benih kehidupan. Perempuan adalah Empu, yang mempunyai, dan yang memelihara kehidupan. Kehidupan yang dipercayakan oleh Sang Hyang Widhi. Dari rahim perempuan mengalirlah setiap sukacita, penderitaan, kegembiraan dan kesedihan, kehidupan yang dilahirkan.

Rahim perempuan adalah ladang pengampunan, dari situlah gambaran Sang Murbeng Jagad yang Maharahim termeteraikan. Dari rahim itulah muncul buah-buah laku tapa yang mengolah penderitaan menjadi sukacita, nafsu menjadi cinta, keganasan menjadi kesabaran, kekerasan menjadi kelemah-lembutan.

Perempuan  adalah  empu yang menciptakan pusaka bukan untuk membunuh dan memusnahkan manusia, namun menciptakan 'Pusaka' untuk memberi wibawa. Wibawa kehidupan bagi suami dan anak - anaknya. Maka pantaslah dikatakan "Surga ada ditelapak kaki seorang Ibu" karena dari pagi hingga malam, seorang ibu sibuk mengurus dan mencukupi segala kebutuhan suami dan anak-anaknya.Ibu senantiasa melayani, menyiapkan dan memelihara seisi rumahnya.

Wanita dengan kakinya sebagai jantung kedua dia selalu beranjak dan berpijak pada setiap kegiatannya. Bekerja, menyiapkan makanan, merawat rumah dan lingkungannya, dan selalu mencari apa yang belum beres untuk dikerjakannya. Bila semua sudah selesai dia baru duduk diam, hening membaca hatinya, mengangsu firman Sabda dari Sang Sumber Sabda.

Dari lelah kakinya perempuan lari ke jantung hatinya untuk semadi, karena direlung hatinya itulah Sumber Telaga Ilahi yang tak pernah kering untuk diserap, dan nantinya dia mengajarkan kepada anak-anaknya dari buah hasil permenungannya dengan Sang Sabda itu sendiri. Wanita adalah penyangga setiap rumah tangga. Jika wanita itu baik budinya maka akan membuat rumah tangganya kokoh dan menjadi penghimpun dari sanak saudara baik dari dirinya maupun keluarga dari suaminya.

 

Gua garba perempuan adalah taman Eden, yang menguakkan keindahan dan cinta. Seorang perempuan bertanggung jawab penuh pada kesuciannya. Tidak ada seorangpun yang bisa merampas kalau dia sendiri tidak merelakannya, meski diperkosa sekalipun. Karena kesucian itu terhubung pada hati, seperti tali pusat sebagai sumber makanan yang memberi kehidupan bagi si jabang bayi yang ada di dalam kandungan.

Rahim seorang wanita begitu suci dan tulus menerima pembuahan dalam kasih, maka setiap wanita hendaknya menjaga kesucian dengan kewaspadaan karena bisa saja bahaya akan bisa menghancurkannya.

Wanita terhormat bukan hanya karena dapat melahirkan anak-anaknya, namun yang tidak melahirkan anak-anak buah kehidupan, dia tetap terhormat kalau mempunyai kasih yang tulus untuk mengembangkan dan mendidik serta memelihara anak-anak bumi yang bukan anak yang dilahirkannya sendiri. Banyak wanita-wanita pejuang berhati murni yang dituliskan dalam buku suci, "Wanita mandul melahirkan tujuh kali dan ibu yang beranak banyak akan menjadi layu."

Wanita seperti ini yang dikobarkan oleh cinta kasih keibuannya memelihara, menghidupi, melindungi anak-anak, walaupun mereka bukan anak yang lahir dari rahimnya. Wanita yang memberi kasih sayang tergerak oleh kehalusan budi dan cinta Tuhan.

Anak yang mungkin tidak beribu atau berbapa lagi atau anak yang terlantar, bahkan anak orang berada tapi tidak bersekolah dan butuh pendidikan agar moral dan bakatnya berkembang menjadi pujian dan pengabdian kepada Sang Hyang Widhi dan pengabdian bagi sesamanya.

Wanita-wanita yang demikian menyerahkan hidupnya, waktunya, keterampilannya, pengetahuannya untuk perkembangan sesamanya, meskipun rahimnya tidak pernah melahirkan anak-anak kehidupan. Dia tetap perempuan karena dia mempunyai dan memeluk kesejatian dirinya sebagai wanita, yang berani ditata dan berani menata.

 Dia mempunyai harkat hidup untuk mengemban, mengembangkan, mendidik anak-anak yang yang bukan anaknya, karena semua itulah harkat sejati hati wanita, yang memelihara dan memperhatikan, melestarikan kehidupan.

Betapa luhurnya dilahirkan sebagai perempuan yang demikian. Bundaku Ratu selalu menasihatiku, jadi aku selalu disadarkan akan tugasku sebagai wanita yang berani menata dan berani ditata, seorang perempuan yang mempunyai, mengandung, membawa, dan melahirkan kehidupan. Kesadaran ini membuatku selalu merenung, menatap kehidupan dan mengolahnya kembali, gerakan menata hati nurani dan mengolah hidup diajarkan oleh Ayahhanda Prabu, dan Ibunda Ratu, agar hidup yang sekali ini senantiasa bermakna bagi diri sendiri maupun sesama.

(  Bersambung )

 

Oleh  Sr. Maria Monika  SND

18 Juli 2021

Artikel  ke :406

 

Wanita terhormat bukan hanya karena dapat melahirkan anak-anaknya, namun yang tidak melahirkan  buah kehidupan, dia  tetap terhormat kalau mempunyai kasih yang tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun