Di pangkuan Bunda aku selalu megalami kedamaian sebagaimana aku di kandungannya di Gua Garba tempat bersemayamnya benih-benih kehidupan. Perempuan adalah Empu, yang mempunyai, dan yang memelihara kehidupan. Kehidupan yang dipercayakan oleh Sang Hyang Widhi. Dari rahim perempuan mengalirlah setiap sukacita, penderitaan, kegembiraan dan kesedihan, kehidupan yang dilahirkan.
Rahim perempuan adalah ladang pengampunan, dari situlah gambaran Sang Murbeng Jagad yang Maharahim termeteraikan. Dari rahim itulah muncul buah-buah laku tapa yang mengolah penderitaan menjadi sukacita, nafsu menjadi cinta, keganasan menjadi kesabaran, kekerasan menjadi kelemah-lembutan.
Perempuan  adalah  empu yang menciptakan pusaka bukan untuk membunuh dan memusnahkan manusia, namun menciptakan 'Pusaka' untuk memberi wibawa. Wibawa kehidupan bagi suami dan anak - anaknya. Maka pantaslah dikatakan "Surga ada ditelapak kaki seorang Ibu" karena dari pagi hingga malam, seorang ibu sibuk mengurus dan mencukupi segala kebutuhan suami dan anak-anaknya.Ibu senantiasa melayani, menyiapkan dan memelihara seisi rumahnya.
Wanita dengan kakinya sebagai jantung kedua dia selalu beranjak dan berpijak pada setiap kegiatannya. Bekerja, menyiapkan makanan, merawat rumah dan lingkungannya, dan selalu mencari apa yang belum beres untuk dikerjakannya. Bila semua sudah selesai dia baru duduk diam, hening membaca hatinya, mengangsu firman Sabda dari Sang Sumber Sabda.
Dari lelah kakinya perempuan lari ke jantung hatinya untuk semadi, karena direlung hatinya itulah Sumber Telaga Ilahi yang tak pernah kering untuk diserap, dan nantinya dia mengajarkan kepada anak-anaknya dari buah hasil permenungannya dengan Sang Sabda itu sendiri. Wanita adalah penyangga setiap rumah tangga. Jika wanita itu baik budinya maka akan membuat rumah tangganya kokoh dan menjadi penghimpun dari sanak saudara baik dari dirinya maupun keluarga dari suaminya.
Â
Gua garba perempuan adalah taman Eden, yang menguakkan keindahan dan cinta. Seorang perempuan bertanggung jawab penuh pada kesuciannya. Tidak ada seorangpun yang bisa merampas kalau dia sendiri tidak merelakannya, meski diperkosa sekalipun. Karena kesucian itu terhubung pada hati, seperti tali pusat sebagai sumber makanan yang memberi kehidupan bagi si jabang bayi yang ada di dalam kandungan.
Rahim seorang wanita begitu suci dan tulus menerima pembuahan dalam kasih, maka setiap wanita hendaknya menjaga kesucian dengan kewaspadaan karena bisa saja bahaya akan bisa menghancurkannya.
Wanita terhormat bukan hanya karena dapat melahirkan anak-anaknya, namun yang tidak melahirkan anak-anak buah kehidupan, dia tetap terhormat kalau mempunyai kasih yang tulus untuk mengembangkan dan mendidik serta memelihara anak-anak bumi yang bukan anak yang dilahirkannya sendiri. Banyak wanita-wanita pejuang berhati murni yang dituliskan dalam buku suci, "Wanita mandul melahirkan tujuh kali dan ibu yang beranak banyak akan menjadi layu."
Wanita seperti ini yang dikobarkan oleh cinta kasih keibuannya memelihara, menghidupi, melindungi anak-anak, walaupun mereka bukan anak yang lahir dari rahimnya. Wanita yang memberi kasih sayang tergerak oleh kehalusan budi dan cinta Tuhan.
Anak yang mungkin tidak beribu atau berbapa lagi atau anak yang terlantar, bahkan anak orang berada tapi tidak bersekolah dan butuh pendidikan agar moral dan bakatnya berkembang menjadi pujian dan pengabdian kepada Sang Hyang Widhi dan pengabdian bagi sesamanya.