Pada saat kelahiranku usus membelit dan menurut keterangan dukun istana Nini Dyah, wajahku sudah penuh carut-marut goresan kuku. Ibundaku takut, tapi hatinya tetap tenang, karena telah ada tanda-tanda yang digenggam di dasar hatinya. Tanda dari Sang Hyang Widhi junjungannya.
Sebagai seorang perempuan dan seorang ratu, ibunda sangat peka akan tanda alam yang disimak dengan radar tajam nuraninya. Nurani menuntun lakunya untuk memenuhi tuntutan hari yang tak lepas embusan napasnya menjadi doa syukur puji, pada Dia Sang Hyang Widhi. Dia satu-satunya yang disembah dan diabdinya. Kesadaran ibunda ratu selalu dituturkan dan diajarkan pada para abdi dan dayang istana, terlebih bagi mereka yang mengandung.
"Gua garba seorang perempuan" adalah tempat sang jabang bayi mengalami tapa brata, merajut, menyerap, menyimak, dan merangkai suka dan duka yang dialami oleh bundanya. Seorang ibu senang berkidung atau mendengarkan kidung, maka anaknya akan ikut bersenandung dan peka akan gerak tarian dalam alam kehidupan.
Sang jabang bayi mampu memahami cobaan dan mensyukuri peristiwa indah yang kelak terjadi apabila dia telah terlahir sebagai manusia. Jika ibundanya senang belajar dan mengenal sesuatu yang baru, aktif dan rajin bekerja, kelak si jabang bayi yang dikandungnya akan menjadi anak yang aktif kreatif, mampu menembus zaman yang senantiasa maju dengan segala kecanggihan ilmu, tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesukaran dan kesulitan dalam hidup.
Apabila ibundanya gemar bertapa dan mati raga mengendalikan hawa nafsu dan keinginan yang tidak nalar, kelak anaknya pun akan tahu bagaimana hidup berugahari, tahu batas dan tahu berbagi pada sesamanya. Dia akan memaknai hidup penuh dengan kebijaksanaan.
Apabila ibundanya halus bertutur kata sopan santun budinya, serta baik hatinya, murah hati pada sesamanya, sang jabang bayi kelak juga akan meniru teladan hidup bundanya dalam kesopanan, indah dalam bertutur kata dan halus, baik budinya, serta murah hati penuh cinta kasih pada sesamanya.
Apabila ibundanya senang akan hal-hal seni, mencintai alam, hewan piaraan, menjaga suasana hati selalu gembira dan bahagia, sang jabang bayi pun kelak akan mengembangkan bakat itu dalam hidupnya, mencintai alam semesta, seni budaya, riang gembira, bahagia hatinya dalam mengarungi hidup.
Demikian pula jika ibundanya selalu sedih karena derita yang dialaminya, menyimpan dendam, rasa jengkel, dan hal-hal serta kata-kata negatif dari luar dirinya namun disimpan dan dirasakannya begitu mendalam, sang jabang bayi juga akan menjadi seorang pemurung. Dia mudah dengki dan iri hati, sulit mengampuni, dan serbagelap dan negatif memandang dan menilai setiap situasi kehidupan yang dialaminya nanti.
Amatlah penting bagi perempuan menjaga hati, batin, budi serta pikiran maupun tutur kata. Mempersatukan cipta, rasa, karsa menjadi satu harmoni ketika dia mengandung seorang bayi dalam rahimnya.
Dari rahim itulah titik awal jabang bayi belajar merasa sentuhan singal-singal yang diberikan oleh bundanya untuk diolah yang menjadi bekal saat dia dilahirkan nanti. Ketika dia belajar banyak tentang hal-hal yang positif, dia akan mengenal dan mempelajari banyak hal positif, merajut setiap rasa yang dialaminya menjadi bekal dalam kehidupannya nanti.
Segala apa yang didengar, dirasa, segala yang dialami di batin bundanya maupun di luar diri bundanya akan dirasa dan ditangkapnya seirama alunan napasnya. Diolah menjadi suatu keselarasan rasa di dalam batin dan jiwanya yang menumbuhkan karakternya sebagai seorang bakal manusia.