Cerah mentari di Ostia sore itu,
Sementara debur laut Tyrhenia,
Mengingatkan kembali suasana di tepian pantai Cartago,
Di mana permainan air di bibir pantai, menjilati jemari kakimu.
Sore ini telah kau genggam ranum manisnya kebahagiaan.
Pohon-pohon kurma yang memisahkan antara atrium,
dan kawasan pantai menjadi saksi.
Kau nikmati buah-buah rindu, yang telah lama ingin kau raih.
Dan kini telah kau rasakan semua itu.
Sore ini, di atas dipan yang beralaskan kain putih,
Engkau terbaring,
Matamu terpejam, jemari anakmu kau genggam
Kau sakit namun ka  bahagia
Pembicaraanmu berkisar IMAN PADA TUHAN
Yang kini telah kau miliki berdua.
Walau sejam terjadi, namun, tiada mampu terlupa di hati anakmu.
Walau bumi tiada lagi disobekan alur bajak,
Angin  kembara, meniup lembut segar sukma,
Menghalau geraknya bunga-bunga rumput kecil
Matamu terbuka ceria menyambut panggilan Tuhan.
Senja kecerahan cinta
Menghantar sukmamu, Juwita
Berbekal kelimpahan keutamaan.
Kau genggam doa dan pujian dalam diam
Oh, SANTA MONIKA
Kuingin satu bersamamu
Membidikkan doa-doa buat sesama.
Menuju cinta Sang Raja.
Tenggelamnya surya senja hari.
Merengkuh kedamaianmu.
Kau sibakkan halimun duka
Kau bisikkan kata bahagia.
Dan kecerahan langit rembang petang saat ini
Mebidukkan kedamaian seorang santa
Oh, Santa Monika
Bentangkan keibuanmu kepadaku
Kuingin kelak pergi dalam kedamaianmu.
Pohonkan doamu pada-Nya
agar jiwaku senantiasa siap,
Menanti jemputanmu, untuk menemui raja kita.
Yang menanti dengan kecemerlangan cinta abadi.
Oleh Sr Maria Monika SND
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H