Anne berpendapat bahwa gender dan seks memiliki konotasi yang berbeda, baginya gender merujuk pada makna sosial dan seks merujuk pada makna biologis. Dengan kedua makna yang berbeda inilah kaum feminis menyebarkan konsep tentang gender yang semakin berkembang dengan pemikiran-pemikiran baru yang berorientasi pada kaum feminis.
Seksualitas Bukanlah Soal Konstruksi Sosial
Seksualitas manusia sudah diakui dan tidak dipertanyakan selama peradaban manusia di bumi. Ini sudah diterima sebagai kebenaran umum di seluruh dunia yang beradab. Tidak ada kelompok manusia yang mengadakan kesepakatan untuk menentukan mereka menjadi laki-laki dan perempuan. Anehnya, para pendukung konsep gender menuduh bahwa seksualitas adalah masalah konstruksi sosial (penerimaan umum).
Konstruksi sosial terhadap masalah seksualitas baru muncul sejak konsep gender dicetuskan oleh kaum feminis. Namun, kita tahu, pernyataan "seksualitas adalah masalah konstruksi sosial" adalah tuduhan yang tidak berdasar. Tuduhan ini lahir hanya demi membela konsep gender yang dijunjung sebagai pilihan pribadi.
Seksualitas adalah Fakta Sejak Manusia Ada
Alkitab mencatat: "Lalu berkatalah manusia itu: 'Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki' (Kejadian 2:23)." Semua umat manusia sejak dalam kandungan memiliki dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, seperti Adam dan Hawa.
Tidak ada konsep gender yang merupakan pilihan bebas. Jika seseorang tidak bebas lahir dalam keluarga yang dia mau, mengapa dia bisa bebas menentukan identitas seksualnya? Ini adalah kesalahan. Hanya karena seseorang dapat memilih sesuatu, tidak berarti pilihannya itu benar dan nyata.
Seksualitas Ditentukan oleh Tuhan Sendiri
Alkitab mencatat: "laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Ia memberkati mereka dan memberikan nama 'Manusia' kepada mereka, pada waktu mereka diciptakan (Kejadian 5:2)." Tuhanlah yang menentukan seksualitas manusia, karena Dialah yang menciptakan dan berkuasa atas tubuh manusia. Manusia tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, termasuk menentukan jenis kelaminnya (seksualitasnya).
Bukan manusia yang menciptakan tubuhnya, karena itu manusia tidak memiliki hak untuk menentukan jenis kelamin yang dia inginkan. Manusia tidak memiliki hak untuk memilih gender netral atau mengatakan bahwa masalah jenis kelamin adalah masalah kesepakatan umum.
Karena itulah, tokoh-tokoh feminis Kristen seperti Rosemary L. Ruether tidak memiliki hak untuk mencari kesetaraan gender dalam seluruh Alkitab. Karena Tuhan yang menetapkan penulisan Alkitab. Penulisan Alkitab bukanlah kehendak seorang penulis tetapi kehendak Allah.