Mohon tunggu...
Monang Ranto Vaber Simamora
Monang Ranto Vaber Simamora Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Suami dari seorang istri dan seorang gembala jemaat.

Perintah itu pelita, ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menguak Kebohongan: Gender Sebagai Pilihan Pribadi atau Ancaman Peradaban?

28 Mei 2024   20:12 Diperbarui: 28 Mei 2024   20:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seluruh dunia yang beradab mengakui bahwa seksualitas adalah perilaku seks manusia sejak lahir, dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Selama ribuan tahun, identitas seksual tidak pernah dipertanyakan karena merupakan fakta yang diterima oleh seluruh peradaban.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, identitas seksual menjadi masalah kemanusiaan karena disebarkan dan diajarkan sebagai pilihan pribadi. Akibatnya, banyak orang mengalami kebingungan dalam mengidentifikasi seksualitas mereka. Sebagai masalah pilihan pribadi, ini menjadi ancaman bagi peradaban dan iman Kristen.

Kemajuan peradaban dunia membawa banyak hal baik, seperti teknologi yang semakin maju, ilmu kedokteran yang semakin canggih, dan peralatan pertanian yang semakin modern. Di tengah kemajuan ini, kebebasan berpikir dan berpendapat dijunjung tinggi sebagai hak asasi setiap orang. Hak asasi ini sering digunakan dengan baik, menghasilkan banyak kemajuan yang kita lihat saat ini.

Namun, ada bidang lain yang mengalami kemunduran, sebagai hasil negatif dari kebebasan berpikir yang tidak memiliki batasan. Kebebasan ini memunculkan masalah bagi peradaban dunia, yaitu kebingungan seseorang akan identitas seksualnya. Sepanjang peradaban manusia, tidak pernah ada orang yang mempertanyakan identitas seksualnya karena itu adalah hal yang alami diketahui saat seseorang mengalami proses pertumbuhan.

Namun, saat ini, banyak orang yang mengalami kebingungan seksual. Mereka tidak dapat menentukan apakah mereka laki-laki atau perempuan. Selain kebingungan seksual, mereka juga melakukan sesuatu yang lebih tidak masuk akal, seperti memilih untuk tidak mengakui jenis kelamin laki-laki maupun perempuan dan beralih memilih gender netral.

Konsep-konsep yang mengaburkan ini digagas oleh kaum feminis dan variannya, termasuk kaum LGBTQ++. Pengaburan makna seksualitas ini dilakukan dengan membuat definisi yang berbeda antara jenis kelamin dan gender. Kelompok ini membedakan jenis kelamin secara biologis dan gender sebagai pilihan pribadi. Dengan melakukan hal ini, mereka bebas menentukan apapun yang mereka inginkan berdasarkan definisi yang mereka tetapkan.

Kebingungan Identitas Seksual

Perkembangan ideologi gender telah banyak memakan korban, terutama anak-anak remaja. Masalah kebingungan identitas gender lebih banyak dialami oleh remaja di Amerika. Dalam satu studi tentang 34.706 remaja, 10,7% responden tidak yakin dengan orientasi seksual mereka (Remafedi, Resnick, Blum, & Harris, 1992).

Bagaimana mereka tidak mengalami kebingungan, jika para guru dan dunia pendidikan sudah menerima gender sebagai pilihan pribadi dan ideologi gender telah diterima sebagai bagian dari ilmu? Di Thailand sendiri ada 18 gender (Soranews24).

Kasus "gender cair" merupakan bentuk penjajahan terhadap budaya dunia (laki-laki dan perempuan) yang sudah mapan selama ribuan tahun. Selain media, dunia pendidikan juga menjadi agen-agen bebas dalam menyebarkan ideologi gender. Dari puluhan jurnal tentang seksualitas, gender merupakan bagian dari seksualitas yang diterima dan disetujui oleh para sarjana.

Penerimaan ini tidak lepas dari definisi yang diberikan oleh kaum feminis terhadap istilah gender. Pemakaian kata gender dalam feminisme awalnya dicetuskan oleh Anne Oakley. Dia memulainya dengan mengajak dunia untuk memahami bahwa ada dua istilah yang serupa namun tidak sama, yaitu seks dan gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun