Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dikira tukang jemputan !

12 Juni 2024   13:48 Diperbarui: 13 Juni 2024   05:21 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam situasi itulah, saya sedikit senyum bahagia, melihat anakku yang juga sudah melihat kehadiran orangtuanya di lokasi itu. Tanpa, sengaja, mata pun menatap kepada beberapa orang yang berdiri dipinggiran jalan, sambil menunggu jemputannya. 

Ada yang menunggu orangtuanya, anggota keluarga  yang menjemputnya, dan ada pula yang penjual jasa antar jemput atau disebutnya go-jak atau go-ber, anteraja atau apa pun nama merk tersebut. Dalam situasi itulah, tanpa sengaja, mataku pun menatap beberapa wajah yang tampak harap-harap cemas menunggu kedatangan penjemputnya.

Kendaraan semakin mendekat, dan kemudian diarahkan ke pinggiran dengan maksud untuk parkir dengan maksud menunggu kedatangan Anak. dalam situasi itulah, pikiran ini dikagetkan. Dari jarak yang tidak jauh dari lokasi kendaraan yang diparkir, kemudian seorang ibu-ibu menghampiri dan mengatakan, "ke kompleks itu ya.. Pak..", ungkapnya. 

Mendengar sapaan itu, perasaan ini agak kaget, dan belum pulih kesadarannya. Saya sendiri, malah membalasnya dengan jawaban, "baru pulang ngajar, Bu.." sambil senyum dengan retorika balik bertanya. Mendengar pertanyaan itu, si Ibu itu pun kaget, dan kemudian balik bertanya lagi.

"iya, .." ungkapnya agak kaget. "maaf, salah." ucapnya sambil tersipu malu. Dia mengatakan begitu, karena anakku, tiba dihadapanju dan meminta helm yang dibawa dari rumah. "kendaraannya mirip.." ungkap si ibu lagi. Mendengar ucapan dan penjelasan itu, saya hanya senyum kecil. Kemudian, dengan serta merta si Ibu bergerak mundur, menjauh dari ku, dan kembali mengejar go-jak yang baru tiba menghampirinya.

"dasar, mimpi apa aku semalam..", ungkapku dalam batin. Ungkapan dalam batin yang diiringi oleh tertawa kecil anakku yang m melihat drama pendek saat itu. 

Oh... nasib... Kejadian ini, rasanya bukan kali pertama menimpa. Sebelumnya pun pernah terjadi juga. Merujuk kejadian itu, kepikiran dalam diri ini, apakah gara-gara penampilanku yang pasaran atau mirip dengan penjual jasa angkutan, atau penjual jasa angkutan yang tidak disiplin dan tak berseragam, sehingga tampil menyelundup seakan-akan sebagai saudara atau orangtua ?  

Kenapa demikian ? seperti yang diketahui bersama, di sejumlah titik di Kota Bandung ini, ada jalur kendaraan yang TERLARANG dilewati kendaraan antar jemput online. Dengan alasan itulah, kemudian, pegawai antar jemput online itu, seringkali tidak mengenakan atribut atau tanda khusus, dengan maksud untuk mengamuflasekan identitasnya. 

Akibat nya ? ya, kejadian seperti kali ini...

udah deh.. nikmati aja... perjalanan harian kali  ini...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun