Mohon tunggu...
Momon Sudarma
Momon Sudarma Mohon Tunggu... Guru - Penggiat Geografi Manusia

Tenaga Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bukan Sekadar Network, Stability Power Itu Penting!

10 Juni 2020   07:51 Diperbarui: 10 Juni 2020   07:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : masaginews.com

"aduh, gimana...?' istriku berucap, 'karena PSBB seperti ini, honorku di sekolah dipotong setengahnya...." Paparnya di satu sore, saat kami berkumpul di ruang tengah.

"kenapa?" tanyaku, kendati hanya setengah serius memperhatikannya. Maklum, kami semua tengah asik menyaksikan film action di televise saat itu.

"ya, itu.... Pihak yayasan memutuskan, bahwa karena Pembelajaran Jarak  Jauh (PJJ), maka setiap karyawan yang tidak masuk kantor, honornya di potong setengahnya.. "ungkapnya lagi, sambil menceritakan nasib dirinya yang berstatus tenaga honorer di sebuah lembaga pendidikan.

Sudah menjadi rahasia umum. Karena pandemic Covid-19 kemarin, banyak lembaga ekonomi, seperti perusahaan, pabrik, toko, termasuk lembaga pendidikan yang tutup aktivitas nyata.  Anjuran Pemerintah, untuk meminimalisir penyebaran Covid-19, setiap instansi diharapkan memberpalkukan Work from home (WFH) atau teching from home (TFH).

Pada mulanya, kami menafsirkan kebijakan itu sebagai sesuatu yang menguntungkan bagi karyawan swasta. Bisa bekerja di rumah, dan masih tetap dibayar penuh. Tetapi, ternyata tidak demikian adanya.

"Pemasukan ke kas Yayasan, menurun.." ungkap istriku,  menuturkan pengakuan dari pimpinan Yayasannya. Jawaban itu sudah tentu tidak memberi penjelasan yang utuh, mengenai kondisi Yayasan Pendidikan saat itu. "katanya, karena banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya, sehingga banyak pula orangtua siswa yang berkurang pendapatan. Akibat dari itu, pemasukan sumbangan orangtua ke lembaga pendidikan pun, menurun pula..."paparnya.

"oh...gitu..." nalarku mulai memahami efek dari bola salju PSBB saat itu. Merumahkan karyawan, bagi sebagian perusahaan, bukan sesuatu yang menguntungkan, beigitu pula bagi seorang karyawan. Karena WFH atau TFH, tak jauh bedanya dengan setengah PHK !, atau malah mirip dengan pem-PHK-an secara perlahan.

Ya, bagi lembaga ekonomi yang membutuhkan kerja nyata, dan tatap muka, maka TFH atau WFH mirip dengan pem-PHK-an secara perlahan. Kalau karyawannya yang tidak tahan dengan upah yang sekedar didapat setengahnya, maka perusahaannya yang akan mati secara perlahan, karena membiayai karyawan tanpa ada pemasukan yang memadai.

Untuk menanggulangi kasus serupa ini, istriku kemudian sedikit membanting stir. "aku mau mencoba bisnis online.." ungkapnya, sambila membuka koneksi yang selama ini, dimilikinya, "dulu pernah, Cuma, belum bisa diandalkan.." ungkapnya lagi.

"emang sekarang mau bagaimana...?"

"Ya, mumpung punya kuota, dan ada di rumah saja, jadi pekerjaan ini, bisa dilakukan lebih baik...?" jawabnya lagi.

"kuota apa ?"

"temenku di sana, menggunakan olwaysOn, katanya  jaringannya bagus.." sambil menunjukkan salah satu nomor koneksi yang dimilikinya. "dia sudah bisnis sampai ke Jawa Timur, mengirimkan barang jualannya.."

"ngirim saudaranya ?"

"bukan, yang pesan lewat online...!" paparnya, "kan sekarang ada layanan internet yang jaringannya bagus di manapun", ungkapnya sambil menunjukkan salah satu produk layanan internet. Tri Indonesia, #KalahkanJarak untuk tetap produktif bersama jaringan baru Tri.

Jeda untuk beberapa saat. Kami kembali serius menyaksikan acara TV yang tengah ditonton saat itu. Sementara, istriku tengah berjuang dengan nasib dan kehidupannya sendiri.

Ancaman mendapat upah yang tidak maksimal, menjadikan dirinya menggeliat untuk bangkit. "harus punya bekal buat lebaran.." gumamnya sendiri, ditengah kami yang yang masih serius menyaksikan tv.

"memang ibu mau kemana ?" kata anakku yang pertama

"lhooo... kan sebentar lagi lebaran, harus bagi-bagi rijki ke orangtua, atau ponakan.." jawab dengan semangat. Kelihatannya motivasi inilah, yang membuat semangatnya membara. Sepengetahuan kami, memang di setiap tahunnya, dia kerap kali berbagi hadiah dengan ponakan dan orantua atau mertua. Karena tradisi serupa itulah, ancaman potongan honor dari perusahaan, membuatnya harus banting setir.

Obrolan itu, terhenti, saat acara tv berakhir, dan kemudian kami pun berpisah untuk sementara, menjalani tugas harian atau kewajiban masing-masing. Saya termasuk orang yang tidak memperhatikan lebih lanjut, mengenai kegiatan istriku saat itu.

Satu minggu sudah berlalu.

"alhamdulillah...." Ucapnya spontan dihadapan kami, di tempat yang biasa kami berkumpul, "barang yang dikirimnya sudah sampai ke tujuan.." ungkapnya lagi.

"ke mana?"

"lumayan, ke luar kota....tasik, bogor dan ada decch.." jawabnya, "pokoknya, lebaran tahun ini, insya Allah aman. Stok cukup, bekal tersedia.." ungkapnya dengan penuh ceria.  

"ya, syukurlah..." jawabku, sambil merayakan kebahagiaan sore itu, dengan mempersiapkan buka puasa yang sudah disiapkannya sedari tadi siang.

Dari pengalaman itulah, terbetik sebuah pesan hidup yang sangat berharga. Media sosial memang sudah bisa mengalahkan jarak. Tidak ada yang jauh, sepanjang kemauan itu ada dalam diri kita. Tidak ada sulit, sepanjang kemauan itu tetap terpajang.

Dari sinilah, pengalaman sukses orang lain menjadi penting untuk memantik semangat kita, tetapi pemanfaatan fasilitas teknologi informasi menjadi strategis dalam mejaga kestabilan semangat kita. @triIndonesia, #kalahkanjarak, tetap produktif, menjadi inspirasi kuat. Untuk memastikan ini, saya kembali mencoba untuk melirik link berikut.

Jaringan yang kuat, kuota yang stabil, bukan saja membangkitkan semangat, tetapi juga menjaga percaya diri untuk tetap bisa produktif, kapanpun, dimanapun dengan siapapun !

Itulah yang kita sebut, kekuatan zaman sekarang ini, bukan hanya mengandalkan kekuatan jaringan, tetapi butuh kestabilan. network power is bot enough, kita butuh stability power,

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun