Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com www.wahkorea.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Di Penghujung Ramadan Terakhir

30 Mei 2018   21:14 Diperbarui: 4 Juni 2018   14:23 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tertegun. Ingin rasanya aku bertanya siapa yang meninggal. Namun lidahku kelu tak mampu bergerak. Lalu sejenak kemudian, aku terbangun dari tidur dalam keadaan basah kuyup.

Palembang, Ramadhan 2015

Penyakit itu membuat tubuh Mangcak Yasin semakin terlihat kurus. Efek kemo mulai hebat dirasakan oleh beliau. Beberapa hari ini, sesaknya semakin menjadi. Selama berada di Palembang, ia beberapa kali masuk rumah sakit. Tapi semenjak Ramadhan tiba, sakit itu menghilang. Seolah-olah mengerti dan membiarkan Mangcak ikut menjalankan puasa.

Source: okezonenews
Source: okezonenews
"Mati Idup dak katek yang tau. (Mati hidup tidak ada yang tahu)" Mangcak memulai obrolannya padaku di telepon. Kebetulan saat itu aku sekeluarga sedang mudik ke Jakarta, "Perantaronyo biso macem-macem. Mangcak dak pernah merokok, tapi keno penyakit ini.. (Perantaranya bisa bermacam-macam. Mangcak tidak pernah merokok, tapi terkena penyakit ini)"

Aku tergugu. Entah apa yang harus kukatakan selain berusaha membesarkan hatinya. "Ahh, Mangcak tuh kuat wongnyo. Insya Allah sembuh. (Ahh, Mangcak itu kuat orangnya. Insya Allah sembuh.)"

Di ujung telepon, Mangcak Yasin malah tertawa. Suaranya terdengar riang. Meski sejurus kemudian, ia kembali terbatuk-batuk. "Nee.. sudahlah, batalke bae puasonyo" kataku mendadak cemas.

"Idakk.. aku nak puaso. Takutnyo ini ramadan terakher aku..  (Tidak, aku mau puasa. Takutnya ini ramadan terakhirku)"

Beberapa hari setelah lebaran..

Pesawat yang membawa kami kembali ke Palembang baru saja landing. Aku, ibu dan ayah langsung bergegas menyewa mobil menuju ke rumah sakit. Aku ingat saat itu baru jam delapan. Kudengar Mangcak Yasin tidak sadarkan diri lalu dibawa ke ICU. Penyakit kanker sudah sedemikian parahnya menggerogoti badannya yang kini tinggal tulang berbalut daging.

Ketika kami tiba di rumah sakit, ternyata semua keluarga besarku telah berkumpul. Mereka semua menangis. Persis seperti yang ada dalam mimpiku. Mangcak Yasin telah pergi sepuluh menit sebelum kami datang. Aku masuk ke ruang ICU dengan pikiran kacau. Kudapati dokter dan suster sedang melepas satu persatu kabel yang dipasang di tubuh ringkihnya.

"Idakk.. aku nak puaso. Takutnyo ini ramadan terakher aku.. (Tidak, aku mau puasa. Takutnya ini ramadan terakhirku)"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun