Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com www.wahkorea.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Di Penghujung Ramadan Terakhir

30 Mei 2018   21:14 Diperbarui: 4 Juni 2018   14:23 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Perasaan Ibu Mangcak tidak lamo lagi usianya. (Perasaan ibu Mangcak tak lama lagi usianya) "

"Heh.. "

Palembang, September 2014

"Stadium 3?" tanya Mang Dollah kaget, sembari mematikan rokoknya. Asap mengepul keluar dari mulutnya. Aku mengiyakan, berusaha tetap tenang saat berhadapan dengan Mamang yang satu ini. Neraka macam apa ini. Aku baru saja hendak masuk pagar rumah Mangcak Yasin untuk mengantar makanan, terpaksa harus mengobrol dengan orang satu ini. Mang Dollah sahabat dekat Mangcak Yasin sejak usia muda. Mereka hampir seumuran. Biarpun begitu aku tak menyukai Mang Dollah.

"Ustadz yang ceramah tentang rokok biso keno kanker paru-paru? (Ustadz yang ceramah tentang rokok bisa kena kanker paru-paru)" tanya Mang Dollah. Entah pada siapa. Suaranya berusaha dipelankan sepelan mungkin. Seharusnya senja itu penuh dengan angin sepoi-sepoi, namun telingaku tiba-tiba panas mendengarnya. Sambil menghela nafas, aku berusaha untuk tetap tenang.

Source: discovercity
Source: discovercity
Akhirnya aku tak tahan lagi. Kutinggalkan Mang Dollah yang terus saja mengoceh. Sahabat macam apa itu? Ketika teman dekatnya sakit, bukannya mendukung malah berbicara hal yang menyakitkan.

Di dalam rumah, ternyata kudapati Mangcak Yasin tengah duduk di ruang tamu. Seperti biasa ia tersenyum hangat padaku. Badannya tak tampak seperti orang penyakitan. Meski Mangcak sering mengeluh tak nafsu makan semenjak menjalani kemoterapi di Malaysia. Aku berusaha balik tersenyum.

Beberapa minggu lagi, pernikahan sepupuku digelar. Mangcak Yasin tampak ceria dibanding hari-hari biasa. Seolah sehat, ia sibuk kesana-kemari mengurus semuanya. Bagaimanapun yang akan menikah putra kesayangan. Satu-satunya anak lelaki yang usianya paling muda.

Palembang, Oktober 2014

Aku bermimpi aneh malam ini. Di rumah Mangcak Yasin, kudapati suasana ramai sekali. Sepertinya akan ada pesta hajatan. Ya, pernikahan sepupuku akan dilangsungkan beberapa hari lagi. Mungkinkah aku sedang menyaksikan penampakan pesta pernikahannya? Perlahan aku memasuki halaman depan rumah Mangcak Yasin.

Beberapa orang yang kukenal sedang menunduk. Seperti berusaha untuk menyembunyikan sesuatu. Pelan namun pasti, bukan rasa kebahagiaan yang kurasakan. Rata-rata semua orang disana berpakaian hitam-hitam. Aku mendapati bibiku duduk di lantai bersama Mangcak Yasin. Keduanya mengguratkan kesedihan mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun