Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Korean Enthusiast | Cerebral Palsy Disability Survivor

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com www.wahkorea.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Di Penghujung Ramadan Terakhir

30 Mei 2018   21:14 Diperbarui: 4 Juni 2018   14:23 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku kalu ceramah tentang rokok, ado bae yang idak suka. (Aku kalau ceramah tentang rokok, ada saja yang tidak suka)" Mancak Yasin berapi-api.

"Padahal sudah tau di dalem Qur'an, makanlah yang halal lagi baik bagimu, mase be ngerokok. (Padahal sudah tau di dalem Qur'an, makanlah yang halal lagi baik bagimu, masih saja merokok)"

 "Manusio tekak bin bantahan nian. Rokok itu isinyo racun galo-galo, mase be diisep. (Manusia tak tahu diatur. Rokok itu isinya racun semua, masih saja dihisap) "  

"Itulah tantangannyo, Wak. (Itulah tantangannya, Wak)" timpal Ayah. "Mereka belum merasoke akibatnyo (Mereka belum merasakan akibatnya)"

"Moi, agek kau tulis di blog bahayo merokok biar ado manfaatnyo jugo.. (Moi, nanti tulis di blog bahaya merokok biar ada manfaatnya juga..)" Ibu meneruskan. Mendengarnya aku mengangguk. Berusaha untuk tidak membantah.

Palembang Agustus, 2014

Hari Jumat sore, aku baru saja pulang dari kantor. Ketika itu aku mendapati ibu sedang menangis di dekat telepon.

"Bu, ado apo? (Bu, ada apa?" tanyaku berusaha kalem. Padahal nun jauh di dalam hati terasa galaunya.

"Uwakmu ... Uwakmu positif." balas Ibu sambil terus menangis.

Aku berusaha mencerna kata-kata Ibu. Beberapa hari ini, satu orang anggota keluargaku menghilang. Ayah pergi mengantar Mangcak Yasin berobat ke Malaysia. Berdua saja. Tidak bertiga. Siang tadi diumumkan hasil biopsi paru-parunya. Rencananya dua hari lagi mereka baru pulang kembali ke Palembang.

"Positif kanker?" tanyaku perlahan. Ibu mengangguk sekali. Entah bagaimana kabar itu lagi-lagi mengiris nurani bagai sembilu. Padahal bukannya Mangcak Yasin sudah divonis dokter kanker paru-paru di RS di Palembang? Seharusnya berita ini tidak lagi membuat kaget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun