Mohon tunggu...
Shaleh Jenius
Shaleh Jenius Mohon Tunggu... Mahasiswa - hidup sekali

jangan menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bunyi dan Makna pada Essai dalam Puisi "Inspirasi tanpa Api" Karya Tri Budhi Sastrio

3 Agustus 2022   18:34 Diperbarui: 3 Agustus 2022   18:49 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Saroto (dalam Azahar, 2018: 56),Yang termasuk prosa, antara lain cerita pendek, novel, dan roman dengan kata lain prosa atau fiksi adalah karangan yang bersifat menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. 

Sedangkan puisi adalah jenis sastra yang bentuknya di pilih dan di tata dengan cermat sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat bunyi, irama, dan makna khusus dengan kata lain puisi adalah rangkaian kata yang sangat padu. 

Pradopo (2010: 7) mengatakan bahwa puisi merupakan hasil eksperimen dan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Kajian dalam penelitian ini tidak menyeluruh pada semua aspek dan jenis sastra namun fokus pada jenis sastra puisi. Menurut Kosasih (dalam Sulkifli, 2016) puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan katakata indah dan kaya makna. 

Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Menurut Dresden (dalam Sulkifli, 2016) puisi adalah sebuah dunia dalam kata. Isi yang terkandung di dalam puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah dunia bernama puisi.

Dalam kajiannya, puisi terbagi menjadi dua jenis yaitu puisi lama dan puisi baru. Puisi lama puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan. Aturan puisi lama seperti jumlah kata yang terdapat dalam 1 baris, jumlah baris yang terdapat dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata pada tiap baris, dan irama seperti mantra, pantun, gurindam, syair, dan talibun. 

Sedangkan puisi lama adalah puisi yang sudah tidak terikat oleh aturan, berbeda dengan puisi lama. Puisi baru memiliki bentuk yang lebih bebas dibandingkan puisi lama baik dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima seperti Balada, Himne, Ode, Epigram, Romansa, Eligi, Satire, Distikon, terzina, kuatrain, kuint, sektet, septime, oktaf dan sonata (Itaristanti, 2014: 76).

Memahami puisi dapat dilakukan dengan memahami dari berbagai sudut pandang, baik secara bahasa, kaitan puisi dengan teks lain, struktur puisi, dan dapat dipahami melalui proses kreatif penyair. Setiap karya sastra memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrensik, unsur intrinsik puisi meliputi sajak, rima, irama, bait, dan diksi unsur ini dapat disebut struktur puisi. 

Sejalan dengan itu semua bunyi dan makna menjadi fokus dalam penelitian yang akan menjadi teori pembedah pada objek penelitian.

Menurut Dresden (dalam Sulkifli, 2016) puisi adalah sebuah dunia dalam kata. Isi yang terkandung di dalam puisi merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk sebuah dunia bernama puisi. Telaah kajian bunyi dalam puisi, terdapat banyak unsur pengkajian sajak, misalnya unsur Aliterasi, kosa kata, citraan, majas, dan bahasa retorika. 

Pada artikel ilmiah ini, penulis akan menganalisis unsur Bunyi Irama, kakafoni, dan efoni dalam puisi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun