Pada pagi harinya, tepat pukul 07.00, kami berangkat dari tempat tinggal kami menuju Surabaya. Perjalanan sejauh 324 km itu akan kami tempuh selama enam jam lamanya.
Sudah lama aku tidak melihat wajah nenekku, pertemuan terakhirku dengannya terjadi saat aku masih SMA. Sementara kakekku, aku belum pernah satu kali pun melihat wajahnya.
Kami melaju sangat cepat seperti cheetah yang sedang berlari berburu mangsa. Dari jendela mobil di sisi kiri, aku melihat tiang lampu pinggir jalan seperti mengejar kami, beradu kecepatan dengan kami. Langit terlihat cerah, seperti tidak akan menurunkan hujannya di hari itu.
Sudah tiga jam perjalanan, kami berhenti untuk rehat sejenak. Tidak lupa kami mengisi perut dengan makanan dan minuman yang membuat perut kami membesar dan sedikit mengantuk.
Kami pun melanjutkan perjalanan kami yang masih panjang. Sudah tiga jam lagi kami melaju, akhirnya kami sampai di Kota Pahlawan.
Aku melihat dari kaca mobil, nenekku masih sehat, di umurnya yang sudah kepala tujuh, dia masih bisa berjalan dengan bantuan tongkat di tangan kanannya. Kucium tangan nenekku dan kupeluk erat dia. Kurasakan rinduku padanya.
Aku bahagia waktu itu, menikmati liburanku usai ujian yang sempat membuat otakku menjadi beku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H