Enea memilih tidak ikut dalam obrolan mereka, dia asyik menyaksikan laga final bulu tangkis yang gim pertamanya telah dimenangkan oleh Indonesia lewat tunggal putra Anthony Sinisuka Ginting.
"Seru banget.....ayoo ayoo lanjutkan kemenangan di gim kedua." Ucap Enea dengan penuh semangat menyaksikan pertandingan bulu tangkis itu.
"Aurora dan Claudia, sini mendekat ke Ibu, ada yang ingin Ibu tanyakan." Ucap Jessica kepada kedua putrinya.
"Itu Jihan kok sudah diterima kuliah? Kan pendaftaran kampus belum dibuka," lanjutnya.
Mendengar pertanyaan itu dari ibunya, lantas Aurora menjawab "Kan dia siswi yang berprestasi Bu, dia juga pernah ikut kejuaraan fisika tingkat nasional, mungkin itu yang membuatnya langsung diterima tanpa harus mendaftar terlebih dahulu."
"Ohhh pantas saja. Tapi kok adiknya gak seperti dia, ya?" Jessica kembali bertanya.
Claudia dan Aurora terbahak-bahak mendengar pertanyaan itu.
"Yaa pastinya enggak dong, Bu. Kan adiknya gak sepintar kakaknya." Jawab Aurora dengan sedikit tertawa.
"Lagian dia tidak di sekolah favorit. Jadi mana bisa dia seperti kakaknya." Sambung Claudia menjawab pertanyaan ibunya.
Malam semakin dingin, suara-suara jangkrik di sekitar gubuk sederhana itu sudah mulai terdengar. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Doa-doa mereka ucapkan sebelum tidur pada malam yang dingin.
Di malam itu, langit mendung seraya akan menangis. Memberikan air matanya kepada tanaman-tanaman kering di bawahnya.