Sedangkan Enea, si penggemar berat bulu tangkis, berbeda dengan Fabio. Dia tidak pernah membuat nangis teman satu kelasnya, namun dia suka meninggalkan kelas saat pelajaran matematika berlangsung. Tidak jelas alasannya yang selalu menghindari pelajaran matematika.
Beruntung, Jessica memiliki Claudia dan Aurora. Dua gadis kembar yang cantik dan juga cerdas itu dapat diandalkannya. Walaupun terkadang mereka suka naik pitam karena ulah kedua adiknya yang sering menyembunyikan lipstick dan make up mereka.
Malam hari selepas salat Magrib, mereka berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Malam itu terasa agak berbeda dari biasanya karena ketidakhadiran Romeo.
Seperti biasa, setelah makan, Claudia dan Aurora yang bertugas mencuci piring dan gelas bekas makan malam mereka.
Begitu cepatnya waktu berjalan, suara azan Isya sudah berkumandang, mereka lalu bersiap melaksanakan salat Isya di masjid yang hanya berjarak 30 meter dari rumah mereka.
Usai salat Isya, mereka berkumpul di ruang keluarga, tepat di hadapan mereka ada sebuah televisi yang sedang menayangkan pertandingan kejuaraan bulu tangkis Thomas Cup antara Indonesia melawan India di babak final.
"Bu, kapan aku dibelikan sepeda baru? Sepeda yang lama kan sudah rusak." Tanya Fabio kepada ibunya membuka obrolan malam itu.
"Iya besok ya, kalau ayahmu sudah pulang dari luar kota." Balas Jessica. Mendengar hal itu, raut kesedihan terpancar dari wajah Fabio. Dalam hatinya, dia berharap tidak menunggu ayahnya pulang terlebih dahulu baru dibelikan sepeda baru.
"Kelamaan dong, Bu. Lihat tuh, Fajri aja punya sepeda baru. Masa Fabio gak punya sih," ucap Aurora yang ikut dalam obrolan itu.
"Memang sepeda Fajri itu baru, ya?" tanya Claudia membalas ucapan Aurora.
"Barulah, sepedanya baru saja dibelikan ayahnya kemarin sore." Jawab Aurora.