Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Musibah Kematian Yang Pasti Datang

17 September 2023   15:26 Diperbarui: 20 Oktober 2023   17:46 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makam Baqi di Madinah (Jernih.co)

Sahabat Nabi sekaliber Abu Hurairah, yang paling banyak meriwayatkan hadits inipun gentar menghadapi kematain, dan menangisi nasibnya, tidakah ini menjadi pelajaran bagi kita?

Menangisi diri sendiri itu memang lebih utama, dari pada menangisi kematian orang lain. Selagi masih ada kesempatan untuk menangis, menangislah.

Dengan menangisi diri sendiri akan kematian yang pasti dihadapi, disertai rasa takut, lebih menyadarkan kita untuk bersungguh-sungguh menyiapkan diri menghadap sang Khalik.

Oleh karena itu, Hasan al Basri rahimahullah menasehati anak-anak dan murid-muridnya, "Kematian itu mengeruhkan kehidupan dunia, sehingga tidak menyisakan secuil kegembiraan pada mereka yang punya hati."

Ketika Amr Ibnu Ash seorang yang cerdik, sahabat Nabi yang pernah menjadi Gubernur di Mesir, dan pernah menjadi Jenderal perang pada masa kekhalifahan Umayyah radiallahu anhu, ketika menghadapi proses sakaratul maut, Abdullah anaknya yang zuhud dan ahli ibadah berbisik, "Ayah, gambarkanlah proses kematian itu padaku!"

"Anaku, demi Allah, rasanya gunung-gunung seperti dihimpitkan keatas dadaku, aku seakan bernapas melalui lubang jarum!"

Pahami dan resapi deskripsi ini, yang menggambarkan, dada terasa terhimpit, sampai-sampai bernapas saja seakan melaui lubang jarum, jadi betapa payahnya manusia saat menghadapi sakaratul maut.

Nabi Muhammad salallahu alaihi wasallam pernah menangis, ketika seorang anaknya yang bernama Ibrahim meninggal dunia. Beliau bersabda, "Mata boleh menangis mengeluarkan air mata, dan hati bersedih, namun kami tidak mengatakan kecuali sesuatu yang membuat ridho Tuhan."

Beliau menangis sebagai wujud belas kasihan dan kasih sayang terhadap anaknya. Tetapi hati Beliau penuh dengan ridho terhadap Allah Ta'ala, dan bersyukur pada-Nya, dengan lidah tetap berzikir dan memuji-Nya.

Karena Beliau memahami, siapapun yang mengadapi sakaratul maut, dia akan merasakan sakit yang luar biasa.

Dalam sejarah diceritakan, Khalifah Dinasti Abbasiah, Harun ar-Rasyid yang pernah menantang, dan mengatakan pada awan, "Wahai awan, hujanlah sesukamu dimana kau mau, pasti hujanmu akan jatuh diwilayah kekuasaanku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun