Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dia Yang Ku Maafkan (Bagian 5)

22 Juni 2023   15:07 Diperbarui: 26 Juni 2023   23:25 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perpisahaan...

Tak terasa, proses belajar disekolah yang selama ini aku ikuti, sebentar lagi akan berakhir.

Aku, Tigor dan Ben's disuruh mempersiapkan untuk mengisi acara panggung musik oleh panitia perpisahan.

Aku bersemangat, Tigor dan Ben's juga bersemangat, kami bertiga hampir tiap hari berlatih di-studio. Lagu-lagu yang akan kami bawakan terus kami latih, agar nanti diatas panggung bisa "on fire."

Saat itu kami membawakan lagu "Galih dan Ratna", yang diambil dari sound track film Gita Cinta Dari SMA.

Kulihat Firman dan Karmila sangat menikmati dalam kemesraan, bahkan cenderung vulgar, serasa mereka berdua saja yang berada dikerumunan teman-teman seangkatan saat itu.

Kata Gombloh, tai kucing jadi rasa coklat kalau cinta sudah melekat. Karena cinta buta memang sering membuat banyak orang kehilangan akal.

Acara perpisahan pun berakhir...

Saat itu perasaan bahagia dan sedih, bercampur aduk, dan terus bergelayut dibenak ini.

Karena tak lama lagi aku akan berpisah dengan sahabatku, berpisah dengan guruku, berpisah dengan sekolah ini, dan berpisah dengan gadis yang pernah merasuki jiwaku.

***

Saat tanggal pengumuman kelulusan tiba, aku sadar, berarti terakhir pula bertemu dengan sahabat-sahabat disekolah.

Ditempat inilah, kami seluruh siswa ditempa, dan dibimbing oleh guru-guru yang tak kenal lelah mendidik muridnya.

Hari yang sangat menentukan untuk melangkah kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Ada rasa was-was, apakah aku termasuk siswa yang dinyatakan lulus atau tidak.

Setelah mengetahui hasilnya, aku sangat bersyukur. Karena seluruh siswa kelas tiga, yang jumlahnya melebihi seratus siswa, dinyatakan lulus semua.

Setelah itu, untuk merayakan kelulusan tersebut, aku, Tigor dan Ben's janjian ngumpul dikantin sekolah untuk ngobrol dan makan seperti biasanya.

Tentunya juga aku ingin tahu, selanjutnya mereka berdua akan melanjutkan pendidikan dimana?

Saat menuju kantin, ketika berjalan dilorong sekolah, kami bertiga berpapasan dengan Karmila.

Saat itu Karmila hanya sendiri. "Tidak biasanya Karmila jalan sendiri", gumamku.

Karmila menyapa duluan, senyumnya masih seperti dulu, seperti pertama kali aku bertemu di gerbang sekolah tiga tahun yang lalu.

Hanya sinar matanya yang kulihat agak redup.

Kusempatkan untuk berbasa-basi sedikit, dan beri ucapan selamat atas kelulusannya, dia pun mengucapkan selamat atas kelulusan kami bertiga. Setelah itu dia pamit pulang duluan.

Batinku bertanya-tanya, kenapa Firman tidak hadir saat pengumuman kelulusan?

Padahal ini hari yang sangat penting bagi seluruh siswa, paling tidak 'say hello' atau basa-basi apalah pada kawan-kawan sekelas.

Tapi mungkin Firman ada urusan yang lebih penting, jadi agak siang datangnya. Tentang hal ini, aku enggan menanyakan keberadaan Firman saat bertemu Karmila dilorong sekolah tadi.

Seminggu kemudian, tiba-tiba saja Firman datang kerumahku, memberi kabar bahwa ia tidak melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi.

Mendengar ini aku terkejut!

Dia dipanggil orang tuanya untuk pulang ke Ujung Pandang.
Firman tidak memberi alasan yang jelas kepadaku. Aku pun tidak mau banyak bertanya, aku hanya membatin, bagaimana nanti hubungannya dengan Karmila?

Ahkh..lagi-lagi aku selalu memikirkan Karmila...

Firman meminta aku dengan sangat, pada hari keberangkatannya untuk mengantarkan ke Bandara.

Di Bandara aku bertemu Karmila, bersama tiga orang kawannya. Aku melihat dia berdiri lesu diluar ruang boarding pass.

Penampilannya berubah drastis, senyum dan keceriaannya yang dulu selalu menghiasi wajahnya sekarang tidak tampak lagi. Seperti hilang ditelan bumi.

Belum sempat aku menyapa, Firman sudah keluar dari ruang boarding pass, selesai mengurus barang-barang bagasi-nya.

Firman menghampiri Karmila, aku sengaja agak menjauh dari mereka, aku tidak tahu apa yang dibicarakan Firman dan Karmila.

Tapi kulihat dengan jelas, Firman bercakap-cakap lirih sembari tersenyum kecut.

Sedangkan Karmila banyak meneteskan air mata, matanya sembap, isak tangisnya membuat perasaanku tertekan.

Aku sempat bertanya pada diriku, kenapa semua yang menyangkut kesedihan Karmila jadi membuatku tertekan?
Apakah ini yang dinamakan empati?

Gejala ini mulai kurasakan lagi, saat bertemu di lorong sekolah ketika Karmila berjalan sendiri. Ketika itu aku sudah merasakan ada kesedihan yang dalam pada dirinya.

Setelah itu Firman menghampiriku, dia berjanji akan terus menjalin komunikasi lewat surat, dan tak lupa menyampaikan salam pada Benyamin dan Tigor.

Dan kami berpisah...

Bersambung...

Penulis, Mohammad Topani S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun