Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dia Yang Ku Maafkan (Bagian 2)

19 Juni 2023   19:08 Diperbarui: 25 Juni 2023   23:49 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar, iStockphoto.com

Setelah Karmila menerim surat itu, pada dirinya terjadi perubahan yang sangat mencolok.

Selalu kuperhatikan, setiap pelajaran ekstra kurikuler olah raga gulat yang diikuti Firman, Karmila selalu menyempatkan diri untuk melihat Firman beraksi diatas matras.

Dengan tekad bulat, akupun memaksakan diri untuk ikut eksktra kurikuler olah raga gulat. Ya...tentunya untuk cari perhatian terhadap Karmila.

Padahal aku tahu persis, perawakanku sebenarnya cocok untuk olah raga lari sprint 100 m, atau lari maraton.

Belakangan kuketahui, getaran magnet rayuan wanita, walaupun itu hanya dalam hayalanku belaka, ternyata bisa membolak-balikan nalar seorang laki-laki. 

Apalagi kalau saat itu Karmila benar-benar merayuku...pasti jiwaku menghayal jadi Pangeran, yang selalu bersama dan melindunginya, hanya aku dan dia yang memiliki dunia ini, yang lain kuanggap buih air laut, banyak tapi tak berarti apa-apa.

Itulah yang kumaksud, nalar laki-laki dapat dimatikan setiap saat oleh rayuan maut wanita...

Saat aku mendapat giliran sparring partner dengan Firman.

...aku menjadi bulan-bulanan Firman diatas matras!

Watak Firman tidak seperti yang kuduga, diatas matras dia seperti Harimau Sumatera melibas lawannya, walupun ini hanya latihan biasa.

Jelas sekali Firman mempertontonkan kejantanannya di atas matras. Yang saat itu Firman tahu, Karmila memang memperhatikan dari luar jendela kaca.

Aku sempat melakukan Tap Out, (menyerah) karena dikunci dengan cara 'Triangel Choke', seperti Khabib Nurmagomedov mengalahkan Justin Gaethje.

Dan konyolnya, saat Karmila melihat kejadian itu, dengan spontan Karmila melompat kegirangan, sambil merapatkan kedua telapak tangannya...

Seperti anak-anak kegirangan karena dibelikan gulali dipasar malam.
Sampai disini sudah jelas-kan...

Dia berdua bahagia...
...aku nelangasa, sambil berjalan pulang kerumah, melalui hutan kecil yang saat itu daunnya berguguran diatas jalan setapak, dengan perasaan limbung aku terus berjalan menuju rumah.

Apakah daun-daun yang berguguran ini, karena ikut juga merasakan kepedihanku? Entahlah...

Setelah sampai dirumah, ku-ungkapkan perjalanan kisah yang kualami, dari awal kelas satu sampai berakhir dimatras gulat, pada sepupuku yang jauh lebih tua dariku.

"Apakah ini yang disebut tragedi cinta segitiga.?", desaku pada sepupuku.

"Ini namanya ending yang bahagia bagi Firman dan dia, dan kau hanya sebagai perantara orang ketiga, dan jelas bukan cinta segitiga!",  jawab sepupuku tegas.

Setelah menelan pil pahit ini, aku mulai membaca buku-buku out of the box.

Kutemukan dibuku itu kata-kata bijak,
"Kalau ingin memahami perasaan wanita dengan baik, cobalah untuk tidak memahaminya sama sekali."

Bangkit Kembali...

Kejadian diatas matras tempo hari sangat berat kulupakan, bukan karena sakit akibat bantingan dan teknik kuncian yang diperagakan Firman.

Tapi karena tingkah laku Karmila yang membuat hati ini hancur. Perasaan yang kupendam, dan mengagungkan Karmila selama ini sia-sia, ternyata selama ini, aku merasa tertipu oleh imajinasiku sendiri.

Setelah kupikir-pikir, persetan! dengan semua itu, aku harus bisa bangkit kembali, berusaha untuk melupakan kejadian-kejadian konyol yang kuperbuat karena kebodohanku sendiri.

Pengalaman pahit itu biarlah hilang dibunuh oleh waktu, aku berharap lembaran-lembaran baru datang lebih indah bersama hidupku.

Sepahit apapun perjalanan hidup yang pernah dialami manusia, pasti ada jalan keluarnya.

Aku masih muda, jalan menuju sukses masih terbentang luas, dan aku yakin peluang itu masih setia menungguku.

Karena itu, aku berusaha melupakan Karmila yang telah bahagia bersama sahabatku.

Aku mulai mengumpulkan kembali semangat hidup yang sembunyi dalam aliran darah ini.

Semangat anak muda yang dulu pernah ada, yang bergejolak layaknya lava gunung Merapi, panas...trengginas bisa menerjang apa saja yang menghalanginya, termasuk bayang-bayang Karmila...

Bersambung...

Penulis, Mohammad Topani S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun