Mohon tunggu...
Mohammad Topani S
Mohammad Topani S Mohon Tunggu... Penulis - Penulis yang ingin berbagi kebaikan walaupun hanya sedikit.

Pengisi suara (dubber).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dialog Imajiner dengan Kucing si Jawara Kampung

17 Juni 2023   19:18 Diperbarui: 19 Juli 2023   10:44 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar, Pixabay.com

Dialog Imajiner Dengan Kucing si Jawara Kampung.

Namanya Arnold, mirip nama depan tokoh film Hollywood Arnold Schwarzenegger, yang juga mantan Gubernur California.

Dikampung saya, yang luasnya kurang lebih sama dengan lapangan bola sepak, Arnold sangat ditakuti, dia tidak ada tandingnya, dan Arnold memang suka gelut.

Pernah suatu ketika, selagi azan subuh berkumandang, dia lewat didepan rumah dengan badan penuh luka dan berdarah!

Saat itu saya hanya membatin, ini pasti habis gelut, dan biasanya dia menang.

Langkahnya santai, tapi terlihat mantap, dia berjalan tanpa melirik kanan-kiri, seperti memakai kaca mata kuda. Terlihat jelas dia sedang menebar aura wibawa.

Arnold ini kucing jantan, yang sering numpang tidur diteras depan rumah saya. Tapi sebenarnya, pilihan favorit hewan nocturnal sekaligus soliter ini, lebih nyaman tidur diatas jok motor matic, yang saya parkir digarasi terbuka.

Kebiasaan tidurnya, saat srengenge mulai memancarkan sinar hangatnya kebumi.

Walhasil, selain untuk peraduan, jok motor tersebut berfungsi sebagai "batu asah", untuk menajamkan kukunya, mungkin juga untuk persiapan gelut, atau hanya peregangan otot, agar kelenturan tubuhnya tetap terjaga.

Akibatnya, jok motor tersebut beret-beret, garis robekannya memanjang, seperti gambar logo minuman berenergi, yang sering kita lihat terpampang dibanner sekeliling sirkuit Motor GP.

Nama Arnold disematkan oleh anak saya, katanya, nama itu pantas disandang kucing hitam berbadan tegap ini, karena dia pemberani, cepat merespon marabahaya.

Mungkin anak saya terinspirasi dari bintang laga film Holywood tersebut. Walaupun hanya mengambil nama depannya saja, 'Arnold'.

Suatu ketika, saking penasaran, saya mencoba mengorek informasi mengenai sepak terjang dalam kehidupan malam yang dialaminya.

Dengan sorot mata tajam, dia terus memperhatikan gelagat saya.

Mungkin karena insting hewan petarung! Membuatnya siap untuk menghadapi segala apa pun, yang akan mengancam keselamatannya.

Dengan hati-hati saya mendekat, walau bagaimana, dia tetap kucing liar yang responsif.

Setelah dia merasa nyaman, saya memberanikan diri untuk mulai membuka "dialog" dengan Arnold secara 'Imajiner'.

Berikut, petikan dialognya...

Saya: Apa yang kamu cari setiap malam di kampung ini?

Arnold: Selain berburu tikus, saya selalu menandai wilayah kekuasaan dengan urin.

Saya: Kenapa harus begitu?

Arnold: Kucing itu hewan teritorial, jadi harus tegas! Tidak boleh memble, jangan sampai ada yang mencaplok wilayah kekuasaan ini dengan seenaknya.

Saya: Jadi siap tarung kalau ada yang berani mencaplok?

Arnold: Betul, saya siap tarung, bahkan tarung sampai mati!
Ini bukan hanya masalah kekuasaan saja, tapi juga tentang kelangsungan hidup, regenerasi, dan harga diri.

Saya: Bisa dijelaskan secara ilmiah dan sistematis?

Arnold: Baik, pertama, dikampung ini banyak kucing betina yang siap dipinang untuk regenerasi, dan ini harus dilindungi.
Kedua, kontrol wilayah harus dilakukan setiap malam, jangan sampai ada batas teritori yang dilanggar.

Ketiga, ketersediaan makanan, seperti tikus, kodok, belalang dan jenis serangga lainnya, dipastikan tersedia dan harus dikuasai, agar kami kucing-kucing yang ada dikampung ini tidak kelaparan.

Saya terdiam sejenak, sambil berfikir keras untuk mengajukan pertanyaan yang lebih tajam.

Saya: Kamu merasa menjadi pemimpin kucing-kucing diwilayah ini?

Arnold: Saya bukan hanya "merasa", tapi saya memang diakui sebagai pemimpin sejati diwilayah kampung ini.

Meraihnya tidak gampang, saya harus bertarung satu lawan satu. Benar-benar seleksi alam, tidak ada tipu-tipu apalagi intrik jahat untuk meraih kepemimpinan dalam dunia kami.

Kadang pernah juga saya dikeroyok, tapi semua bisa diatasi walau badan ini penuh luka.

Saya: Baik, jadi bagaimana kalau ada serbuan kucing dari wilayah lain?

Arnold: Maaf, bisa diperjelas maksud pertanyaannya?!

Saya: Begini, kalau ada kucing-kucing dari wilayah utara memasuki kampung ini, dengan dalih mencari makan bagaimana? Toh makanan yang ada sini kan cukup tersedia?

Arnold: Maukah anda mendengar keterangan saya, yang sangat mendasar mengenai hal ini dengan sabar?

Saya: Dengan senang hati, silahkan...

Arnold: Di dunia hewan, khususnya kucing, selain mempertahankan teritorial dan segala isinya, kami juga memikirkan ketahanan pangan, untuk kelangsungan hidup kucing-kucing yang ada dilingkungan kami.

Tujuannya, agar nutrisi dapat terpenuhi dengan baik, tentu hal ini bisa berdampak positif pada sistem imun ditubuh kami.

Bayangkan...

Kalau kucing-kucing dari wilayah utara tersebut sengaja disusupkan untuk membawa virus ganas, yang bisa menjangkit dan menjadi wabah, bisa punah populasi kucing dikampung kami!

Arnold terdiam sejenak, terlihat seperti berfikir sangat dalam, lalu ia melanjutkan...

Karena itu, hanya ada dua cara untuk mengatasinya.
Pertama; kekebalan tubuh harus prima. Hal ini hanya bisa didapat, apabila kucing makan dengan asupan nutrisi yang baik pula.

Standart ini, tidak bisa terpenuhi, kalau ada kucing-kucing dari wilayah utara ikut nimbrung cari makan diwilayah kami. Karena persediaan makanan terbatas.

Dampak lain, sudah pasti hal ini bisa memicu perkelahian masal, antara kami dan mereka!

Maka, jangan sampai mereka masuk kewilayah kami, dan saya pastikan, hal ini tidak akan terjadi.

Beeehh!
Saya terkesima mendengar penjelasannya. Jawara kampung ini, terus menatap saya dengan sorot mata yang tajam.

Arnold tahu saya respect dengan penjelasannya.
Karena itu, ia meneruskan paparannya...

Kedua; tentunya dengan cara vaksin masal, untuk seluruh kucing yang ada dikampung ini, dan hal ini butuh biaya besar, sedangkan kami kucing kampung yang dianggap liar. Dilirik sebelah mata pun tidak.

Maka, vaksin masal bagi kami, sama saja 'Bagai Pungguk Merindukan Bulan', alias mustahil kami mendapatkannya.
Kecuali kucing rumahan, mereka ada majikan yang mensubsidi untuk vaksinasi.

Jadi, tidak ada cara lain, kecuali mengusir kucing-kucing penyusup dari utara tersebut, dengan cara full body contact! 

Agar mereka hengkang dari wilayah kampung ini.

Sampai disini saya tidak melanjutkan pertanyaan, saya hanya diam.

Saya dapat merasakan langsung, dari intonasi suara yang dikeluarkannya, bukan seperti lip service alias membual.

Saya pernah menyaksikan sendiri, tatkala dia mempertahankan wilayah kekuasaannya dari kucing pendatang yang tak dikenal.

Dengan suara lengkingan khas dan jurus cakar mautnya, dia menghalau pendatang ilegal tersebut dengan kekuatan maksimal, tanpa ada keraguan sedikitpun. Dan...menang!

Malam semakin dingin.

Karena saya dilihatnya hanya termenung, maka Arnold beranjak dari posisi duduknya. Dia berjalan pelan menuju pematang sawah didepan rumah. Dan menghilang dikegelapan malam...

Sosok Arnold si kucing petarung ini terbayang terus di kepala saya.

Bukan hanya karakternya yang lugas dan cerdas, tapi keberaniannya untuk melindungi populasi kucing dikampungnya, dari rongrongan pendatang ilegal perlu diacungi jempol.

Menurut saya, Arnold memang layak jadi pemimpin sejati...

Penulis, Mohammad Topani S

#cerpenbebas

#pulpen

#sayembarapulpen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun