Ini baru satu tarikan titik-titik lampu merah yang ada dari arah timur jalan Ngeksigondo Tom Silver ke Bugisan.
Kalau diamati dengan seksama, titik-titik lampu merah dari arah selatan Jogja keutara jumlahnya bisa lebih gayeng lagi.
Tapi apa boleh buat, biarlah tiang-tiang lampu merah yang terpasang disudut-sudut jalan tersebut, menjalankan tugasnya dengan tenang. Dengan setelan APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas) nya masing-masing.
Karena bisa jadi, dengan banyak dan gemerlapnya lampu merah saat malam hari, wisatawan yang datang ke DIY mungkin saja menjadi "terpana."
Dengan sumringahnya mereka, masyarakat DIY bisa berbangga dan melupakan sejenak, tentang status Provinsi termiskin sepulau Jawa yang telah disematkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Sekarang, mari kita coba me "Roasting" aturan APILL dengan kombinasi Plang rambu lalu lintas, yang tersebar disudut-sudut kota Jogja dan sekitarnya. Walaupun yang dibahas hanya beberapa titik saja, sudah cukup untuk menggambarkan ketidak-tegasan aturan itu sendiri.
APILL ini, alih-alih untuk tertib lalulintas, eh malah sering membingungkan pengendara motor maupun mobil.
Apalagi saat musim libur, drivernya kebanyakan orang dari luar Jogja, yang belum terbiasa pada APILL dengna kombinasi Rambu lalu lintas ala Jogja.
Dibuka dengan pertemuan jalan Bantul dan jalan Cepit Tembi.
Pertigaan ini kalau dilihat sepintas baik-baik saja. Traffic Lights berfungsi normal.
Artinya, kalau dilihat dari tiga arah jalan, penandanya terbaca dengan baik, merah berhenti, hijau jalan terus. Bahkan arah dari selatan ditambah plang untuk penguat APILL, dengan tulisan hurup besar, 'LURUS IKUTI LAMPU APILL'. Lengkap sudah.
Tapi kalau musim libur atau hari kejepit (bukan ke Cepit ya), kendaraan dari arah selatan disuruh jalan terus oleh pak Polisi. Jadi lampu dalam keadaan merah diabaikan, ini untuk menghindari penumpukan kendaraan dari arah selatan, supaya tidak macet.
Masalahnya, pak Polisi kan tidak harus stand by terus-menerus selama 24 jam di Pos Cepit, jadi pengendara dari luar Jogja banyak belum paham, bahwa saat itu, jalan kearah utara atau ke Jogja, walaupun lampu dalam keadaan merah, boleh jalan terus.
Bahkan sudah dibuatkan (entah siapa yang membuat) rambu tambahan, ditulis dengan spidol hitam diatas sobekan karton 'Keutara Jalan Terus !', digantung ditiang dengan tali rafia, jika ditiup angin gedek terombang-ambing, jadi sulit dibaca.
"Rambu" jadi-jadian ini biasanya muncul disaat musim libur..