Mohon tunggu...
Mohammad TaufiqAziz
Mohammad TaufiqAziz Mohon Tunggu... Guru - Guru/Dosen

Memantau dunia pendidikan, khususnya pendidikan secara umum, pendidikan Islam, pemikiran pendiidkan Islam, sejarah dan sepak bola. Saat ini sebagai pengajar di SMK Pesat IT Xpro dan Dosen di kampus swasta.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mendidik Anak Ala Nabi Ibrahim

29 November 2022   11:15 Diperbarui: 29 November 2022   11:25 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal Nabi Ibrahim, seorang Nabi yang sangat besar pengaruhnya di seluruh dunia, bahkan namanya dikenal oleh seluruh agama-agama besar di dunia. Karena saya seorang muslim, mungkin saya banyak bercerita tentang nabi Ibrahim dalam agama saya (Islam). Di agama Islam, Nabi Ibrahim dikenal sebagai bapaknya para Nabi-nabi (abul anbiya), sebab memang betul seluruh nabi-nabi setelahnya berasal dari keturunannya. Ada dua jalur utama keturunan Nabi Ibrahim yang nantinya dari dua jalur ini banyak lahir para Nabi dan rasul dan orang-orang Shaleh.

Jalur pertama, adalah dari jalur Nabi Ismail AS, dalam kisahnya sebelum memiliki keturunan Nabi Ismail ini, Nabi Ibrahim lama tidak memiliki anak dari siti sarah(istrinya), yang akhirnya istri beliau memberikan izin kepada Nabi Ibrahim untuk menikah kembali dengan wanita yang bernama siti hajar. Singkat cerita dari pernikahan tersebut Nabi Ibrahim memiliki anak yang beliau beri nama Ismail. kemudian Allah Ta'ala memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa istrinya (siti hajar) dan putranya Ismail ke sebuah tempat yang diberkati dan kelak menjadi qiblat umat Islam. Akhirnya di tempat tersebutlah (makkah) siti hajar dan nabi Ismail tumbuh dan memiliki keturunan hingga sampai ke Nabi akhir zaman, yakni Nabi Muhammad Saw.

Jalur kedua, adalah dari Jalur Nabi Ishaq AS, beliau adalah anak kandung dari Nabi Ibrahim dan siti sarah. Cerita singkatnya setelah Nabi Ibrahim "meninggalkan" Siti Hajar dan Nabi Ismail di makkah, maka beliau kembali ke palestina menemui istrinya siti sarah. Atas izin Allah Swt walaupun keduanya sudah berusia lanjut, mereka berdua memiliki keturunan yang diberi nama Ishaq. Kemudian dari jalur Nabi Ishaq ini pula banyak lahir para Nabi dan Rasul, mulai dari Nabi Yaqub, yusuf, musa, dan Isa AS.

pertanyaan berikutnya, bagaimana cara mendidik anak (parenting) Nabi Ibrahim dan istrinya ini mampu melahirkan generasi yang luar biasa. Setidaknya ada 10 rahasia parenting Nabi Ibrahim (dikutip dari umi liha di keluargacinta.com/rahasia-parenting-nabi-ibrahim):

1. Berdoa kepada Allah Ta'ala untuk diberikan anak yang shaleh

Sebelum menikah Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah Ta'ala yang doanya tersebut diabadikan di dalam Al Qur'an

" Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang sholih"(QS. Ash Shaffat: 100) 

setelah menikah dan memiliki anak pun kita juga dapat berdoa seperti apa yang sudah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS, agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih.

2. Memilih pasangan yang baik

Parenting itu dimulai bukan saat kita sudah memiliki anak, tapi jauh dari itu yakni saat memilih pasangan. Pasangan dari Nabi Ibrahim adalah pasangan-pasangan yang baik, mulai dari Siti Sarah yang merupakan putri Raja Haran, saat muda ia memilki pandangan tentang ketidak setujuannya dalam penyembahan Berhala. Siti Hajar sebagai istri kedua Nabi Ibrahim merupakan wanita yang berakhlak mulia. Dalam hal memilih pasangan ini Allah Swt berfirman dalam QS. An Nur ayat 26:

"Perempuan yang keji adalah untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Perempuan yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula"

3.Berorientasi pada anak

Nabi Ibrahim adalah sosok ayah yang memiliki orientasi visi yang luar biasa pada anaknya, beliau bercita-cita kelak anak keturunannya adalah manusia-manusia pilihan Allah Ta'ala yang mampu menjadi pemimpin dan memiliki pengaruh yang luar biasa kepada alam semesta. Dan visi ini diijabah oleh Allah Swt yaitu lahirnya Nabi Muhammad Saw dan Nabi-nabi lainnya. Allah Ta'ala mengabadikan doa Nabi Ibarahim AS di dalam Al Qur'an:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim" (QS. Al-Baqarah: 124)

4.Penanaman Aqidah kepada anak

Aqidah adalah dasar dan pondasi dari Agama, Aqidah adalah pondasi dari seluruh aspek kehidupan anak, dasar dari pola pikir dan perilakunya. Aqidah adalah prioritas utama Nabi Ibrahim dalam mendidik anaknya.

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam" (QS. Al-Baqarah: 132)

5.Al Qur'an dan hikmah (sunnah) dasar dalam mendidik anak

Rahasia parenting Nabi Ibrahim berikutnya adalah, Allah menganugerahi Nabi Ibrahim dengan kitab dan hikmah. Dengan panduan keduanya, ia mendidik Ismail dan Ishaq. Ilmu parenting saat ini bisa dijadikan rujukan dalam mendidik dengan catatan selaras dengan Al Qur'an dan sunnah, bila bertentangan maka pilihlah parenting yang berlandaskan Al Qur'an dan hikmah (sunnah), seperti halnya Nabi Ibrahim AS.

 Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (QS. An-Nisa': 54)

6. Lembut hati dan penyantun pada anaknya

 Parenting yang dilakukan Nabi Ibrahim AS dilakukan dengan lembut hati dan penyantun pada anaknya. Nabi Ibrahim memposisikan anaknya adalah amanah dan anugrah yang luar biasa dari Allah Ta'ala, sehingga dalam mendidiknya harus dengan cara terbaik. 

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. At-Taubah: 114)

7. Menjadi teladan bagi anaknya

Orangtua harus memberikan teladan kepada anak-anaknya. Satu keteladanan lebih berpengaruh bagi anak daripada 1000 kata-kata. Coba perhatikan ayah yang menyuruh anaknya sholat di masjid tapi dia sendiri tidak pergi ke masjid. Apakah anak mau? Seringnya malah membantah. Tapi kalau orangtua sudah rapi, sudah wudhu, siap ke masjid, tanpa disuruh pun anak tertarik untuk ikut ke masjid.  Begitupun kebaikan-kebaikan lainnya orang tualah yang pertama kali menjadi teladan dan contoh bagi anak-anaknya.

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan) (QS. An-Nahl: 120)

8. Segerakan dan  kembalikan segala urusan kepada Allah Ta'ala 

Kita sebagai orangtua, kadang khilaf dalam mendidik anak-anak. Kadang kita terlalu menggantungkan diri pada kemampuan dan ilmu kita , kadang kita menggantukan segalanya pada kemampuan manusia yang lemah ini. Segeralah kembali kepada Allah, mohon lah kepada Allah, dan gantungkan segalanya kepada Allah dalam untaian doa-doa terbaik untuk anak kita. Usaha saja tidak cukup dalam mendidik anak, perlu doa dan tawakal (mengembalikan segala urusan kepadaNya).

Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. (QS. Hud: 75)  

9. Membiasakan Berdialog dan bermusyawarah dengan anak

Kadang kita suka memaksakan pendapat ke anak? Kadang tersampaikan "Kamu harus masuk sekolah ini ya" atau "Kamu harus pilih ekskul ini ya". Kita perlu membiasakan dialog dengan anak (komunikasi dua arah) tujuannya agar orang tua tahu isi hati anak, agar ia paham dan agar ia bahagia. Sungguh berbeda patuh pada orangtua karena paham dengan patuh karena terpaksa.

Nabi Ibrahim tahu bahwa Nabi Ismail harus patuh pada perintah Allah Swt, tapi beliau tidak memaksanya, melainkan berdialog, bermusyawarah, bicara dari hati-ke hati, komunikasi dua arah.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash-Shaffat: 102)

10. Menyertai setiap langkah dan pilihan anak dengan doa

Kekuatan orang tua selain kasih sayang dan didikannya adalah doanya. Doa adalah senjatanya orang yang beriman, begitulah sabda Nabi Muhammad Saw. Kalau sebelum memiliki anak kita berdoa agar diberikan keturunan yang shaleh, maka setelah mendapatkan anak, doa orang tua makin sering dan makin luar biasa kualitasnya. 

Dan inilah rahasianya mengapa Nabi Ibrahim yang demikian jauh terpisah jarak dari Ismail, belau berdua tetap memiliki hubungan hati. Ketika Ibrahim datang, Ismail tidak meragukan keshalihan ayahnya. Mengapa? Karena Nabi Ibrahim terus mendoakannya.

Doa Nabi Ibrahim untuk anaknya ini luar biasa panjang. Sebagiannya diabadikan Al Quran dalam surat Ibrahim ayat 35-41, hampir satu halaman mushaf. Padahal biasanya, doa para Nabi itu pendek-pendek. Doa Nabi Adam saat bertaubat setelah diturunkan ke bumi hanya satu baris. Doa Nabi Yunus saat ditelan ikan hanya satu baris. Namun doa Nabi Ibrahim untuk anaknya hampir satu halaman mushaf.

Sudahkah kita mendoakan anak-anak kita dengan doa yang sungguh-sungguh, khusyu' dalam munajat yang panjang?

Lalu bagaimana dengan Siti Hajar? Bunda Siti Hajar juga memiliki kebaikan-kebaikan seperti suaminya. Mulai dari keyakinannya kepada Allah dan kekuatan tawakkalnya ketika ditinggalkan di Makkah berdua dengan bayi Ismail, sampai ketaatannya kepada Allah.

Peran besar Hajar adalah mendidik Ismail ketika terpisah jarak dari Ibrahim sesuai prinsip parenting Ibrahim tersebut. Ditambah menceritakan kebaikan-kebaikan Ibrahim pada Ismail sehingga meskipun tidak melihat langsung, Ismail bisa memvisualisasikan ayahnya yang luar biasa sehingga cinta dan hormat kepada beliau. Ia juga selalu merindukan ayahnya sehingga ketika pulang, disambutnya dengan penuh cinta dan penghormatan.

Akhirnya di penghujung tulisan ini, kita berusaha semaksimal mungkindan berdoa kepada Allah Ta'ala agar menjadikan kita semuanya mampu mendidik anak seperti Nabi Ibrahim dan Istrinya. Semoga sedikit tulisan ini menginsiparsi, Amin ya Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun