Saya menduga, ihwal pemberian dukungan like dari pembaca dimaksudkan agar simposium ini gaungnya besar, sebab masing-masing peserta akan gencar berpromosi demi mendapatkan sebanyak-banyaknya tanda bintang. Tapi, sistem registrasinya gampang “dibobol”. Andai proses registrasinya harus memakai email asli, lalu server memverifikasi dulu alamat email tersebut, tentu kecurangan bisa diminimalisir.
Lagi pula, naskah yang di-vote banyak orang, tidak identik dengan naskah tersebut dijamin baik. Sebagian besar vote itu dilakukan dengan cara asal-asalan. Yang penting, Anda sudah login, lalu search nama peserta, selanjutnya klik tanda bintang. Tanpa perlu baca naskah, tanpa tahu isinya.
Secara berseloroh, seorang guru berujar, dia akan meminta siswanya untuk mendukung. Kalau ada 700 siswa, separuhnya saja memberi like, itu sudah 350 vote. Very simple.
Karena itulah saya berharap para juri mengabaikan jumlah vote ini. Nilailah karya ilmiah berdasar bobit akademiknya. Jika pun perlu ada vote, mekanismenya harus diubah. Misalnya, juri menentukan lebih dulu 20 nominasi naskah terbaik, lalu masing-masing kandidat diberi waktu beberapa hari untuk mempromosikan karyanya melalui media sosial. Nah, kalau pembaca setuju memberikan dukungan, tinggal memberi like.
Cara ini juga bisa diakalin sih... Sebab peserta bisa saja memobilisasi vote secara kurang fair seperti di atas. Tapi, setidaknya juri sudah menggaransi, bahwa naskah yang diumumkan sebagai kandidat pemenang adalah naskah yang bobot akademiknya memang baik. Siapapun pemenang yang mendapatkan like terbanyak, pastilah karya terpilih di antara banyak karya yang lain.
Surabaya, 29 Oktober 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H