Dengan wajah lugu dan menahan tawa,
“Ada apa kok kesini…?”
Yoyok yang pertama kali datang menghampiriku dengan logat Surabayanya
“Cuk, bukannya awakmu tadi manggil…?”
Ali tanpa bicara hanya memandangku dengan sedikit melotot.
“Aku tadi hanya manggil aja, mau bilang kalo aku sudah dapat Tawes besar”, sambil menunjuk kearah kempis.
Sedangkan Didin yang nafasnya masih ngos-ngosan hanya tersenyum sambil menahan tawa.
Wajah Yoyok dan Ali terlihat menahan emosi. Tanpa berkata lagi, Yoyok dan Ali langsung balik badan. Baru sepuluh langkah mereka berjalan, dengan kompak berhenti dan membalikan badan serta menatapku sambil tersenyum. Aku curiga dengan senyuman sahabatku, sebelum otakku menterjemahkan senyum mereka.
Tiba-tiba...
Ali dan Yoyok berlari ke arahku, tanpa diberi waktu untuk berfikir apa yang akan mereka lakukan, sedetik kemudian Ali mengangkat tangan dan kaki kananku, sedangkan Yoyok mengangkat tangan dan kaki kiriku. Tubuhku diangkat tinggi-tinggi sambil di ayun dari belakang ke depan.
“Jangan…, jangan…”, kataku