panggilku dengan suara melengking terdengar seperti auman serigala yang sedang melihat mangsa.
Seperti kor dengan kompak mereka menjawab.
“Ada apa…?”
Yoyok yang berbadan kurus dengan rambut kriting seperti mie yang baru diseduh berlari secepat kilat tiba dihadapanku
“ono opo pung?”
belum sempat kujawab, datang Didin dan Ali secara bersamaan.
Didin berkulit putih dengan badan tambun dengan nafas terengah-engah berlari sempoyongan sambil sekali-kali menaikkan celananya yang kedodoran,
“Aadaa apa…ada apa…?”
Sedangkan Ali yang berkulit hitam dengan rambut belah tengah dan tahi lalat di dagu bak bintang film terkenal pada masanya berlari kearahku dan berhenti tepat disampingku dengan mimik serius,
“Ada apa sii!”
Aku terbengong