Mohon tunggu...
Mohammad ReizaRizki
Mohammad ReizaRizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa S1 PGSD kampus UPI CIBIRU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbedaan Sistem Pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan

9 Desember 2022   14:19 Diperbarui: 9 Desember 2022   14:26 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terdiri dari 4 jenjang pendidikan yaitu, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), SLTA dan Pendidikan Tinggi. Keempat jenjang ini sejalan dengan grade masing-masing, 13-16 SD, 7-9 SMP, 10-12 SLTA dan 13-16 Pendidikan Tinggi Program S1, dan berlanjut ke program S2, dan S3. Untuk Sekolah Dasar pendidikan wajib bagi anak usia 6-11 tahun, berikutnya 12-14 tahun SMP, selama 3tahun dan berlanjut terus hingga SLTA, dan masuk ke dunia pendidikan tinggi atau sekolah akademik yang masyarakat korea, biasa menyebut (yunior high school), lalu (senior high school) dan hingga program pasca graduate school dengan gelar dokter atau master.

  • Manajemen Pedidikan
  • Anggaran/Dana Pendidikan

Anggaran Pendidikan Korea Selatan berasal dari anggaran negara. Dan sumber dana/anggaran berasal dari berbagai sumber, yaitu dari GNP untuk pendidikan, pajak pendidikan dan sebagainya, bahkan bersumber dari dunia industri yang khusus untuk pendidikan kejuruan. Berdasarkan sumber: UNESCO year book 1999, pengeluaran pemerintah Korea Selatan untuk pendidikan, hasil perhitungan GNP dari total anggaran 

pemerintah Korea Selatan, yaitu memiliki persentase sebesar 17,5%, dimana memiliki persentase yang tinggi, yang berarti negara Korea Selatan, mengeluarkan biaya anggaran pemerintah yang cukup banyak untuk kepentingan pendidikan di negaranya. Sedangakan Indonesia hanya berada pada tingkat persentase sebesar 3,4%.

  • Kurikulum Pendidikan Korea Selatan

Kurikulum di negara ini, sama dengan kurikulum di negara Indonesia yaitu mengalami reformasi. Reformasi itu dimulai atau dilaksanakan sejak tahun 1970-an, dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknis didalam kelas dan pemanfaatan teknologi yang tersedia. Tugas dan hal- hal yang harus dikerjakan oleh tenaga pendidik di Korea Selatan adalah sebagai berikut:

  • Merancang perencanaan sebuah sistem mengajar
  • Memberikan laporan Diagnosis siswa
  • Bertugas membimbing siswa belajar, dengan berbagai macam program
  • Melaksanakan pemberian test dan menilai atau mengevaluasi hasil belajar murid/peserta didik. Di tingkat Sekolah Menengah Korea Selatan tidak diadakan ujian saringan masuk. Hal tersebut terjadi, karena disebabkan oleh adanya kebijakan yaitu "equal accessibility" ke sekolah-sekolah menengah di daerahnya.

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN

Sistem Pendidikan itu, merupakan keseluruhan aspek yang ada pada bidang pendidikan, dan saling berintegrasi satu dengan yang lain. Pada suatu sistem, terdapat komponen-komponen yang akan saling berkaitan satu sama lain, untuk mendukung agar sistem yang telah di siapkan dan telah dirancang dengan baik, dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sistem Pendikan di Indonesia, meskipun sedikitnya telah mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, namun tetap saja terdapat kekurangan dan kendala di dalamnya, karena banyak faktor yang masih belum terlaksana secara baik, atau bahkan banyak faktor yang belum mendukung, untuk membuat sistem pendidikam di Indonesia ini menjadi maju dan lebih baik. Berdasarkan dari pembahasan yang sudah penulis paparkan, Sistem Pendidikan di Indonesia dan Sistem Pendidikan Korea Selatan, dari Struktur dan Jenis pendidikan tidak terlalu memiliki perbedaan, bahkan hampir sama keduanya dengan sistem 4 jenjang pedidikan yaitu, mulai dari SD-SMP-SMA/SLTA/SMK dan Pendidikan Tinggi. Yang sedikit berbeda hanya pada penamaan program S1,S2, dan Program S3 di Korea Selatan yaitu S1 (yunior high school), (senior high school), dan pasca adalah graduate school. Namun selain itu dari aspek-aspek yang lain, dimana yang terdapat didalam sistem pendidikan, memiliki beberapa perbedaan: Pertama Pengelolaan dan Manajemen Pendidikan, di negara Indonesia bersifat sentralistik, dimana keseluruhan yang berkaitan dengan pendidikan termasuk kebijakan ada pada pertimbangan pemerintah pusat. Sedangkan Korea Selatan itu perpaduan antara sentralistik dan desentralisasasi, sebenarnya jika mengacu pada sistem pemerintahannya bersifat sentralistik juga, dan hampir sama dengan indonesia, namun yang memberikan perbedaan, meskipun Korea Selatan menyerahkan semua kepada Kementrian Pendidikan, pemerintahnya tetap berupaya memberi perhatian lebih, ke beberapa daerah khusus dengan memberikan Dewan Pendidikan Nasional 

sebanyak 7 orang, yang dimana tugas mereka diberikan kewenangan terhadap pendidikan di daerah tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pendidikan, di Korea Selatan merupakan penggabungan antara sistem sentarlistis dan desentralisasi, yang jelas berbeda dengan sistem pengelolaan atau manajemen pendidikan di Indonesia. Kedua dari aspek Anggaran/Dana Pendidikan, seperti yang kita ketahui, anggaran dalam dunia pendidikan, merupakan salah satu aspek penting penentu untuk mendorong sebuah kemajuan dalam dunia pendidikan. Perbedaan dalam aspek ini sangat jelas berdasarkan pembahasan sebelumnya, dari sumber UNESCO year book 1999, menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, yaitu dihitung GNP dari total anggaran Pemerintah Korea Selatan memiliki persentase 17,5% merupakan persentase pengeluaran yang cukup tinggi, untuk kepentingan pendidikan. Dengan demikian, tanpa dijelaskan panjang lebar bahwa negara tersebut, merupakan salah satu negara yang sangat peduli terhadap kemajuan pendidikan di negaranya. Sedangkan negara Indonesia hanya memiliki tingkat persentase 3,4%. Ketiga Perbedaan Kebijakan, bahwa di Korea Selatan untuk masuk ke tingkat sekolah menengah tidak memerlukan ujian saringan masuk seperti di Indonesia, karena hal itu disebabkan oleh adanya kebijakan "equal accssesibility", atau aksesibilitas yang setara di sekolah-sekolah yang ada di daerah Korea Selatan, secara sederhanya dapat kita pahami, bahwa maksud kebijakan tersebut, adalah menciptakan akses kesetaraan dan keadilan untuk seluruh anak, yang ingin masuk ke jenjang sekolah menengah dengan hanya berdasarkan daerah dimana tempat mereka tinngal di Korea Selatan.

Di indonesia memiliki kebijakan yang hampir mirip seperti itu, yaitu jalur zonasi. Namun, di Indonesia tetap harus bersaing cukup ketat, karena zonasi pun terbatas kuota, berbeda dengan di Korea Selatan, siswa bisa masuk tanpa test atau ujian yang membingungkan, dan siswapun, akan dengan mudah masuk sekolah menengah sesuai daerah dimana tempat mereka berada. Keempat yaitu perbedaan masyarakat Korea Selatan dan masyarakat Indonesia terhadap Pendidikan. Jika dilihat dari fakta masyarakat Indonesia saat ini, sikap masyarakat terhadap dunia pendidikan sepertinya kurang memprioritaskan, hal itu bisa kita lihat dengan mudah dalam fenomena kehidupan sehari-hari, dimana hampir sebagian besar masyarakat kita lebih mengapresiasi hal-hal yang tidak mendidik, dan kegiatan itu semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hingga pada akhirnya, hanya bisa menkritisi pihak-pihak tertentu. Tidak mempunyai inisiatif sikap yang seharusnya, dan juga tidak memiliki upaya berpikir agar Pendidikan kita ini, dapat bersaing dan dapat lebih maju dari negara-negara lain. Sedangkan di Korea Selatan itu sendiri, sikap masyarakat terhadap pendidikan itu sangat baik. Berdasarkan sumber berita, mereka masyarakat Korea Selatan memiliki budaya bimbel/(bimbingan belajar), yang dimana, pendidikan diluar sekolah atau tambahan bimbingan belajar diluar sekolah juga wajib hukumnya, untuk masyarakat disana, karena hampir seluruh anak di Korea Selatan akan didaftarkan atau mengikuti bimbingan belajar setiap harinya. Hingga bahkan anak bisa pulang larut malam, itu merupakan rutinitas yang biasa nak/pelajar lakukan di Korea Selatan. Disini menunjukan, bahwa masyarakat Korea memiliki inisiatif sikap yang tanggap, dan pola pemikiran yang baik terhadap pendidikan. Hal yang baik, demikian itu dipelihara hingga menjadi sebuah budaya yang secara tidak langsung mendukung juga pada kemajuan sistem pendidikan di negaranya. Selain bimbel itu bertujuan untuk peningkatan kualitas/mutu pada bidang pendidikan, masyarakat Korea Selatan juga, memiliki anggapan bahwa 

bimbel dapat memperluas jaringan pertemanan untuk generasi muda disana. Kesimpulan dari beberapa perbedaan diatas, menunjukkan bahwa memang Sistem Pendidikan Korea Selatan itu sangat berkualitas, dan masyarakat disanapun sangat memprioritaskan dan mendukung penuh, dengan mengupayakan apapun yang dapat masyarakat upayakan demi mendorong terhadap kemajuan negaranya didalam bidang pendidikan. Selain itu kita dapat mengetahui apa kekurangan yang terdapat pada sistem pendidikan di negara kita, sehingga kita dapat membenahi dan mengambil pembelajaran yang penting, yang baik untuk dicontoh, dan untuk kita coba terapkan pada sistem pendidikan Indonesia. Saran untuk Sistem Pendikakan di Indonesia, pertama adalah dengan sering-sering mengkaji banding pendidikan di negara ini dengan negara lain, karena dengan begitu, kita akan mendapatkan banyak pengetahuan dan mendapatkan berbagai informasi, bahkan mengetahui titik dimana letak kekurangan sistem pendidikan kita. Terakhir, yaitu kita juga dapat mengukur sejauh mana, negara ini tertinggal oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi pada negara lain. Kedua mengenai anggaran, akan lebih baik kita mecontoh negara Korea Selatan, bahwa anggaran/dana paling banyak, seharusnya lebih ditujukan dan diprioritaskan untuk anggaran pada bidang pendidikan, sehingga infrastruktur di bidang pendidikan, diharapkan akan lebih memadai, dan semakin banyak tersedia fasilitas bangunan sekolah atau bangunan yang terkait dengan bidang pendidikan. Sehingga, sistem zonasi tidak terbatas dengan kuota seperti sekarang. Seperti di Korea Selatan, siswa tidak perlu was was untuk melakukan test, dan siswa tidak perlu ikut memikirkan adanya keterbatasan untuk mendapatkan pendidikan yang setara juga merata di setiap daerahnya.

Saran ketiga, menciptakan Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap Pendidikan, dengan meningkatkan minat literasi membaca, karena membaca merupakan jendela awal masuknya berbagai ilmu pengetahuan, diharapkan dengan literasi membaca yang terus meningkat, maka masyarakat akan semakin sadar bahwa pendidikan itu penting keberadaanya. Dan menjadi tergerak untuk ikut turut membantu mendukung penuh kemajuan sistem pendidikan dari negara ini. Karena peran masyarakat juga sangat penting, dan dapat menjadi salah satu penentu untuk mencapai perkembangan, dan kemajuan pendidikan negara Indonesia ini. Misalnya dengan banyak menyediakan rak buku disetiap fasilitas publik, seperti taman kota dan tempat hiburan destinasi wisata lainnya. Ini akan memakan banyak biaya, namun dapat dilaksanakan dengan dukungan berbagai pihak. Termasuk orang yang memiliki banyak koleksi buku yang tidak terpakai, dan secara sukarela besredia mau menyumbangkan pada program ini. Jika misalnya dimasa depan terlaksana. Dan terakhir, mari bersama-sama secara sadar sebagai masyarakat meningkatkan inovasi dan inisiatif, untuk menciptakan budaya-budaya yang baik berkaitan dengan pendidikan. Sekali lagi, mencontoh seperti di Korea Selatan, misalnya ada budaya bimbel untuk para siswa disana, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Jika tercipta budaya yang baik seperti budaya bimbel tersebut, pastinya Indonesia akan mengalami kemajuan yang pesat dan dapat bersaing dengan mudah bersama negara-negara maju lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun