Mohon tunggu...
Qomarul Huda
Qomarul Huda Mohon Tunggu... Guru - Bapak satu anak

Masih belajar dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ada Apa dengan Ole

29 November 2021   22:11 Diperbarui: 29 November 2021   22:20 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ole berpisah dengan Manchester United (sumber foto: antaranews.com)

Setelah melalui proses berliku, akhirnya Manchester United mengumumkan menunjuk Ralf Rangnick sebagai manajer interim mereka sampai akhir musim.

Ia akan meneruskan pekerjaan berat sepeninggal Ole Gunnar Solskjaer yang diberhentikan sebagai pelatih utama.

Berbagai spekulasi mengenai nasib pelatih berkebangsaan Norwegia tersebut akhirnya menjadi kenyataan saat pihak klub mengumumkan untuk mengakhir kerjasama diantara keduanya.

Berbagai hasil buruk belakangan ini menjadi alasan kuat berakhirnya masa bakti Ole di Old Trafford. Ia dianggap sudah tidak bisa lagi membawa anak asuhnya keluar dari krisis.

Dari kondisi belakangan ini tampak ada beberapa dasar kuat mengapa Manchester United harus memecatnya.

Berbagai kekalahan

Manchester United menderita banyak kekalahan musim ini. Bahkan beberapa diantaranya terjadi di kandang sendiri.

Kekalahan memalukan 0-5 dari musuh bebuyutan Liverpool tentu mencoreng muka Ole dan klub. Apalagi dua pekan setelahnya juga dipermalukan tetangganya Manchester City dalam Derby Manchester.

Tentu puncaknya ketika secara mengejutkan dihajar Watford 4-1. Padahal Watford merupakan tim promosi yang sedang berjuang menghindari zona degradasi.

Tidak punya plan B

Saat kita lihat beberapa pertandingan United yang menguasai lapangan, namun seringkali mengalami kebuntuan.

Tim lawan seperti sudah mengetahui salah satu titik lemah United musim ini yaitu lewat skema counter attack. Salah satu yang mencolok adalah gol balasan pemain Everton Andros Townsend di Old Trafford lewat serangan balik cepat.

Gol seperti ini beberapa kali terjadi ke gawang David De Gea. Tim terlalu asyik menyerang dan mengalami kebuntuan. Saat lawan mendapatkan bola pemain belakang United tampak kalang kabut menutup daerah pertahanannya.

Hal ini disebabkan saat mengurung pertahanan lawan yang menerapkan pertahanan berlapis, pemain United tampak kesulitan untuk menembusnya.

Ini diperparah karena terlihat tidak punya rencana B saat sedang buntu, sehingga pemain lawan bisa dengan mudah menahannya dan menyerang balik.

Berbagai rekor buruk

Ole boleh bangga karena berhasil mencatat rekor tak terkalahkan di markas lawan dalam 30 pertandingan beruntun.

Namun itu tertutup oleh berbagai rekor negatif selama kepemimpinannya. Tercatat ada 13 rekor buruk yang dibukukan selama Ole menjabat.

Dalam sejarah United era Premier League, 21 persen kekalahan di kandang terjadi pada mMusim 2019/2020, United mengalami start terburuk mereka sejak musim 1986/1987.

Setan Merah belum pernah clean-sheet di kandang dalam 14 laga terakhir semenjak 1989. Untuk pertama kalinya sejak tahun 1955, United musim ini menderita kekalahan telak 0-5 tanpa mencetak satu gol pun. Dan masih banyak rekor buruk lainnya selama Ole menjadi pelatih.

Line Up yang bikin "kesal"

Penggemar Manchester United pasti sering dibuat kesal saat melihat susunan pemain starting XI. Bagaimana tidak, Ole menurunkan pemain-pemain itu saja. Parahnya saat sang pemain sedang mengalami under perform, namun tetap masuk line up di pertandingan berikutnya.

Kita bisa lihat kedua bek sayap, Luke Shaw dan Wan Bissaka. Tidak banyak kontribusi yang dilakukan mereka, malahan beberapa kali membuat blunder.

Namun Ole sangat jarang merotasi mereka sehingga dimainkan terus jika tidak cidera atau menjalani hukuman.

Sorotan juga mengarah ke kapten tim Harry Maguire. Saat ia tidak dalam performa terbaik dan seringkali membuat blunder musim ini, namun pelatih tetap mempercayainya. Hal ini yang kadang merugikan tim.

Termasuk jangan lupakan gelandang Fred. Pemain tengah asal Brasil ini bahkan sering menjadi olok-olok karena menjadi langganan pemain inti Ole padahal performanya tidak begitu memuaskan. 

Ditempatkan sebagai gelandang bertahan, ia dianggap tidak cukup tangguh untuk menjadi filter bagi baris pertahanan tim meskipun posisi idealnya sebagai gelandang tengah.

Anehnya ia tetap masuk starting XI saat penampilannya disorot menyingkirkan pemain-pemain seperti Van De Beek dan Nemanja Matic. Maka tidak heran ia dianggap pemain kesayangan Ole.

Menyia-nyiakan bakat pemain

Beberapa pemain berbakat menjalani musim yang kurang mengenakkan karena mendapat menit bermain yang sangat sedikit. Padahal mereka tampil bagus saat bermain meskipun sebagai pengganti.

Kita tentu tidak heran saat banyak penggemar United merasa kasihan dengan Donny Van De Beek yang sebelumnya tampil sangat impresif bersama Ajax Amsterdam.

Sudah sejak musim lalu Ole dikritik karena jarang memainkan Van De Beek. Padahal pada awal musim lalu bermain sangat baik. Ucapan Ole yang selalu memuji De Beek dan akan memberikan kesempatan dirasa omong kosong. 

Sialnya, ia sering diturunkan sebagai pemain pengganti di menit-menit akhir waktu normal, sehingga sulit mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Begitu pula nasib Jese Lingard. Produk asli akademi Manchester United ini tampil luar biasa saat menjalani masa pinjaman di West Ham musim lalu. Namun hal ini tak membuka mata Ole untuk memberikan kesempatan banyak.

Jadon Sancho yang baru dibeli akhirnya mencetak gol dalam dua pertandingan terakhir. Ini tidak pernah terjadi selama era Ole yang mana tidak ada gol maupun assist yang ia ciptakan. 

Ole dianggap tidak bisa mengeluarkan potensi besarnya. Ini terlihat saat ia sering dipasang sebagai penyerang kiri padahal ia lebih cocok di sektor kanan.

Pertahanan rapuh-sulit cetak gol

Manchester United terlihat kesulitan meraih clean sheet musim ini. Ini tidak lepas dari sektor pertahanan yang bapuk. Padahal sudah mendaratkan Rapael Varane terlepas dari fakta bahwa kekalahan United banyak terjadi ketika ia absen.

Apalagi beberapa kekalahan terjadi di kandang sendiri. Ini disebabkan penurunan konsistensi seperti pada Maguire dan Shaw serta cidera yang dialami Varane.

Kondisi lini depan juga tidak terlalu bagus. Setelah tampil ciamik diawal musim, kemudian seperti kehabisan bensin.

Sulit mencetak gol menjadi problem besar walaupun menguasai jalannya pertandingan. Chemistry antara pemain depan dirasa masih kurang walaupun diisi segudang pemain jempolan macam Ronaldo, Sancho, Rashford, Cavani, sampai Greenwood.

Nol gelar

Dalam era sepakbola modern sekarang ini sudah menjadi ladang bisnis yang menggiurkan. Olahraga ini punya potensi untuk mendapatkan cuan besar karena animo penggemar yang luar biasa.

Maka tidak heran beberapa tahun belakangan ini banyak pengusaha yang terjun ke dunia sepakbola dan menginvestasikan duitnya.

Kucuran dana besar diberikan dengan membeli para pemain hebat yang tentunya harganya tidak murah.

Gelontoran uang tentu harus diimbangi dengan raihan prestasi yang ingin diraih. Sebagus apapun pelatih jika tidak bisa memberikan gelar tentu bisa diberhentikan di tengah jalan.

mOle Gunnar Solskjaer diangkat sebagai manajer (pelatih) sejak tahun 2018. Namun selama hampir tiga tahun pengabdiannya tidak ada satu tropi pun yang dipersembahkan.

Padahal sudah banyak biaya transfer yang dikeluarkan untuk membeli pemain. Ia termasuk sial karena beberapa kali menuju partai puncak namun kalah di final, seperti saat kalah di final Europe League di tangan Vilareal.

Jika kita menilik ke belakang, para pelatih sebelum Ole (setelah era Alex Ferguson) bisa memberikan trofi dalam eranya yang singkat. 

David Moyes meraih Community Shield, Louis Van Gaal mendapat Piala FA, sampai Jose Mourinho mempersembahkan tropi Europe League bagi Manchester United.

Ole belum mampu meraih apapun meski ia mendapatkan dukungan dari manajemen termasuk saat ia beberapa kali berada di ujung tanduk.

Ia sebenarnya digadang-gadang menjadi suksesor Sir Alex Ferguson yang tak lain mantan pelatihnya saat masih aktif bermain. Sir Alex juga menjadi orang yang menjadi tameng saat manajemen didesak untuk segera memecat Ole.

Namun kondisi yang benar-benar terpuruk dan belum ada satu pun tropi yang diraih, tampaknya menjadi alasan kuat untuk memberikan surat PHK bagi Ole.

Walaupun sudah berpisah namun klub dan penggemar akan tetap menghormatinya sebagai seorang legenda klub yang pernah mencetak gol ikonik di final Liga Champions tahun 1999 tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun