Hingga kini banyak sebutan pahlawan bagi mereka yang dianggap berjasa dan berdedikasi bagi masyarakat dan negara.
Kita pernah dengar berita tentang sosok Mbah Sadiman, pahlawan penghijauan. Sedih melihat kondisi hutan yang gundul karena penebangan liar dan menyebabkan wilayahnya kekurangan air bersih, ia melakukan penghijauan dengan menanami sedikitnya 11 ribu pohon di areal hutan milik Perhutani.
Ia adalah pahlawan bagi masyarakat sekitarnya di Wonogiri karena berkat perjuangannya, sudah tidak terjadi lagi kekeringan.
Seorang dokter bernama dr. Lie Dharmawan membuat banyak orang takjub kala mendirikan Rumah Sakit Apung (RSA) yang sudah lebih dari 10 tahun berlayar. dr. Lie berjasa besar karena rumah sakit dari kapal ini memberikan layanan kesehatan gratis untuk warga miskin yang ada di pelosok terutama di wilayah Indonesia timur.
Salah satunya Maluku yang terdiri dari ribuan pulau membuat jangkauan akses kesehatan sangat terbatas. Ia bagai pahlawan bagi warga miskin di daerah pinggiran.
Pandemi Covid-19 memunculkan pahlawan yaitu para tenaga kesehatan atau nakes. Peran mereka sangat besar sebagai garda terdepan membendung penyebaran virus sekaligus merawat pasien yang terkontaminasi.
Harus siaga penuh dengan pakaian hazmat yang menyiksa bukan perkara mudah. Bahkan banyak sekali dokter maupun perawat yang gugur dalam menjalankan tugasnya karena ikut tertular dari pasien
Beberapa waktu yang lalu kita juga terharu saat pasangan ganda putri bulutangkis Gresya Polii-Apriyani Rahayu meraih medali emas Olimpiade Tokyo beberapa waktu lalu. Mereka bagai pahlawan karena mampu mengharumkan negara dengan mempersembahkan medali emas satu-satunya dalam even olahraga terbesar sejagat tersebut.
Satu pelajaran yang bisa kita petik adalah para pahlawan tersebut untuk mencapai tujuannya melalui berbagai perjuangan yang berat.
Para pejuang kemerdekaan harus bergulat dengan selongsong senapan dan mempertaruhkan nyawanya demi perjuangan kemerdekaan. Tokoh diplomasi harus berpikir keras berunding dengan penjajah dan mencari dukungan internasional.
Tidak jarang mereka harus dibuang oleh pemerintah kolonial di daerah terpencil. Mbah Sadiman berjuang sendirian menanami seluas 100 hektar di tengah komentar miring para tetangganya.