Mohon tunggu...
Mohamad Redika Januar
Mohamad Redika Januar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pelita Harapan

Etika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Etika Normatif dan Etika Deontologis dalam Film "Schinder"S List"

5 Juli 2023   21:37 Diperbarui: 5 Juli 2023   21:50 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

-Dalam film ini terlalu banyak konten negatif dan sensitif yang meliputi konten keagamaan maupun politik

b. Permasalahan Dalam Film "Schindler's List"
Permasalahan yang terjadi dalam film Schindler's List yaitu:
-Terjadinya kepanikan pada warga Yahudi di Polandia yaitu ketika mengetahui bahwa Nazi akan melakukan invasi terhadap negaranya tersebut. Dalam hal ini, yang dapat dilakukan oleh warga Yahudi di Polandia yaitu hanya berdoa untuk keselamatan dan berusaha kabur dari tentara Nazi
-Warga Yahudi dipaksa oleh tentara Nazi untuk ditangkap dan terpisah dari keluarga
-Terjadinya kebiadaban perang yang membuat Schindler sadar untuk menyelamatkan warga Yahudi dari invasi atau penangkapan yang dilakukan oleh tentara Nazi dengan cara melakukan perjalanan bisnis meskipun mereka dipaksa bekerja keras namun memperoleh upah yang sedikit
-Terjadinya pembantaian yang sangat sadis yang dilakukan oleh tentara Nazi kepada warga Yahudi yaitu meliputi perampasan barang berharga, pembakaran rumah serta melakukan penembakan terhadap warga
-Terjadi penyiksaan terhadap seluruh warga Yahudi oleh tentara Nazi
-Di antara kebahagiaan yang terjadi pada saat pesta, terjadi pula penyiksaan yang merengut kebahagiaan warga Yahudi
-Terjadi pelarangan terhadap penayangan film tersebut di beberapa Negara karena dianggap terlalu banyak hal yang tidak boleh untuk ditonton atau dilihat dalam film ini
-Dalam film ini terlalu banyak konten negatif dan sensitif yang meliputi konten keagamaan maupun politik

5. KESIMPULAN

Etika merupakan suatu pedoman atau pegangan yang memiliki kewajiban untuk dilakukan oleh individu maupun sekelompok orang dalam masyarakat di mana dipakai oleh mereka untuk menghitung seberapa baik atau buruknya perilaku maupun tindakan seorang individu maupun sekelompok orang dalam suatu masyarakat. Hal yang dialami seorang individu maupun sekelompok orang dalam suatu masyarakat dalam kehidupannya selalu berhubungan atau dikaitkan dengan norma, nilai, perilaku, hukuman atau sanksi maupun moral yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Etika yang ada di masyarakat ini meliputi hal yang dilakukan oleh individu maupun sekelompok orang dalam suatu masyarakat mampu memiliki sifat maupun perilaku yang baik. Etika yang ada di masyarakat juga dijadikan sebagai pegangan untuk menciptakan adanya ketertiban, keamanan maupun kesejahteraan di masyarakat.
Norma adalah suatu pedoman atau pegangan yang memiliki kewajiban untuk dilakukan oleh individu maupun sekelompok orang dalam masyarakat di mana dipakai oleh mereka untuk menghitung seberapa baik atau buruknya perilaku maupun tindakan seorang individu maupun sekelompok orang dalam suatu masyarakat. Sedangkan, moralitas merupakan suatu hal yang dilakukan oleh seorang individu maupun sekelompok orang dalam suatu masyarakat yang terdiri atas perbuatan, perilaku maupun tindakan yang dipakai dalam penentuan apakah seorang individu maupun sekelompok orang dalam suatu masyarakat untuk melihat apakah mereka memiliki sifat yang baik atau buruk dalam melakukan kegiatan atau aktivitas tertentu. Hal yang dialami seorang individu maupun sekelompok orang dalam suatu masyarakat dalam kehidupannya selalu berhubungan atau dikaitkan dengan norma, nilai, perilaku, hukuman atau sanksi maupun moral yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada filosofi Deontologis dijelaskan bahwa suatu tindakan yang dikatakan benar merupakan segala sesuatu yang memiliki niat yang baik terlepas dari hasil yang akan diperoleh. Sedangkan, pada filosofi Utilitarian dijelaskan bahwa suatu tindakan yang dikatakan benar merupakan segala sesuatu yang mampu menciptakan hasil yang terbaik. Dalam hal tersebut, terdapat sekumpulan orang yang selamat yaitu yang mereka pilih secara implisit maupun eksplisit untuk diperoleh hasil yang terbaik. Jadi, hal yang perlu dilakukan oleh mesin yaitu melakukan perbandingan terhadap dua pilihan dengan melakukan perhimpunan penyintas dan melihat mana yang lebih mungkin menjadi bagian dalam kelompok tersebut. Dalam Deontologis akan menyelamatkan satu orang untuk mengorbankan lima nyawa. Secara etika tidak akan pernah ada solusi yang sempurna untuk permasalahan dalam Problem Trolley karena hal tersebut akan menimbulkan provokasi dalam hal pemikiran dan menciptakan suatu wacana supaya dilema mengenai Problem Trolley akan dihargai baik itu dalam pemikiran secara filsafat maupun ilmiah.

Etika normatif merupakan alat untuk menunjukkan perilaku mana yang baik dan perilaku mana yang buruk. Umumnya berbentuk tertulis, misalnya tata tertib perkuliahan, kode etik mahasiswa, kode etik dosen, kode etik advokat, kode etik notaris dan PPAT, kode etik hakim, kode etik jaksa, dan sebagainya. Etika normatif juga merupakan suatu etika yang memberikan gambaran mengenai berbagai ajaran, doktrin, teori dan prinsip moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menilai baik atau buruk tindakan seseorang. Etika normatif menjelaskan studi tentang perilaku etis dan merupakan cabang etika filosofis yang menyelidiki pertanyaan yang muncul mengenai bagaimana seseorang harus bertindak, dalam arti moral. Sedangkan, etika deontologi menjelaskan mengenai tindakan dinilai baik buruk berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban. Etika deontologi juga merupakan suatu teori dalam filsafat moral yang mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu benar kalau tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan untuknya.

Beberapa hal yang terdapat dalam film "Schindler's List yaitu kehidupan warga Yahudi yang sebelumnya mengalami kebahagiaan dan kegembiraan, setelah terjadi invasi oleh tentara Nazi berubah menjadi kesedihan dan kekerasan, adanya peperangan yang membuat Schindler sadar untuk menyelamatkan warga Yahudi dari invasi atau penangkapan yang dilakukan oleh tentara Nazi dengan cara melakukan perjalanan bisnis meskipun mereka dipaksa bekerja keras namun memperoleh upah yang sedikit, terjadi penyiksaan terhadap seluruh warga Yahudi oleh tentara Nazi, terjadinya pembantaian yang sangat sadis yang dilakukan oleh tentara Nazi kepada warga Yahudi yaitu meliputi perampasan barang berharga, pembakaran rumah serta melakukan penembakan terhadap warga, film dilarang untuk ditayangkan di beberapa Negara karena dianggap terlalu banyak hal yang tidak boleh untuk ditonton atau dilihat dalam film ini, serta terlalu banyak konten negatif dan sensitif yang meliputi konten keagamaan maupun politik.

Film Schindler's List menghadapkan kita pada banyak dilemma moral. Salah satunya adalah dilemma yang dialami oleh Oscar Schindler, yakni pada sebuah situasi dimana Schindler merasa harus menyelamatkan para Yahudi yang bekerja di pabriknya, namun di sisi lain ia harus berbohong dan menyogok Nazi agar bisa menyelamatkan para Yahudi. Pada awal cerita Schindler menyelematkan Yahudi demi kepentingan pribadi dan ambisinya, tentu tindakan ini bertentangan dengan nilai etis. Namun seiring berjalannya waktu, Schindler menyadari bahwa pilihannya ini memang pilihan yang secara sadar ia putuskan untuk menyelamatkan nyawa para Yahudi. Schindler pun memilih untuk berbohong dan menyogok tentara Nazi demi bisa menyelamatkan para pekerjanya tersebut. Dari sudut pandang moral berbohong adalah tindakan yang tidak baik, dalam sudut pandang Etika Kristen berbohong jelas dilarang dalam Alkitab. Secara etis Schindler telah melanggar Etika Kristen.

Akan tetapi, mari kita memandang dengan kacamata etika lainnya. Pada kasus ini kita akan dihadapkan pada situasi yang mengharuskan Schindler untuk berbohong, yakni demi menyelamatkan banyak nyawa manusia. Ada satu tujuan dan manfaat yang ingin dicapai oleh Schindler, dimana tujuan tersebut berdampak baik bagi banyak orang, disini kita dapat memahami tindakan Schindler sebagai sebuah keputusan yang berlandaskan Etika Normatif yaitu Ulitirianisme. Etika Ulitirianisme adalah etika normatif yang menilai bahwa sebuah tindakan dianggap baik apabila output yang dihasilkan sukses atau berhasil membawa manfaat yang baik bagi sebanyak mungkin orang. Keputusan Schindler tentu merupakan buah hasil pemikiran panjangnya, dimana ia juga harus mempertimbangkan banyak variabel lain, mempertaruhkan nyawa, dan mengesampingkan pandangannya terhadap agama yang ia anut (perbuatan berbohong dan menyogok).

Berangkat dari sudut pandang tersebut dapat disimpulkan bahwa pada situasi ini, Etika Deontologis (non-klausal) akan menilai bahwa tindakan Schindler adalah bertentangan. Etika Deontologis merupakan etika yang mengedepankan kepatuhan, ketaatan, dan kewajiban terhadap moral.

Immanuel Kant menegaskan bahwa Etika Deontologis mutlak mengikat, dan tidak mempertimbangkan pada hasil akhir, baik itu akan memberikan keuntungan atau kerugian. Tentu saja hal ini bertolak belakang dengan Etika Ulitirianisme yang mementingkan kesuksesan dan hasil akhir dari sebuah tindakan atau keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun